Banyak Pasien Isoman Jatim Tak Terdata, Berpotensi Jadi Klaster Baru

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Banyak Pasien Isoman Jatim Tak Terdata, Berpotensi Jadi Klaster Baru


JawaPos.com – Lonjakan pasien yang terpapar virus korona di Jatim masih berlangsung. Berdasar data satgas Covid-19 hingga kemarin malam, tercatat ada tambahan 1.808 pasien.

Dari jumlah itu, 11.186 pasien di antaranya berstatus pasien aktif (menjalani perawatan). Separo di antaranya dirawat di rumah sakit (RS) maupun fasilitas kesehatan lain. Sementara itu, selebihnya menjalani isolasi mandiri.

Hanya, diprediksi kasus aktif di Jatim jauh lebih tinggi. Sebab, banyak pasien yang tidak melaporkan kondisi mereka ke layanan medis. Mereka memilih langsung menjalani karantina maupun pengobatan secara mandiri. Situasi itu, salah satunya, dipicu makin sulitnya mengakses layanan di RS maupun fasilitas kesehatan lain yang overload.

Sejauh ini, satgas Covid-19 sulit memantau keberadaan pasien yang menjalani isolasi mandiri tanpa melapor. Sebab, data resmi bersumber dari laporan puskesmas/fasilitas kesehatan lain yang dikirim secara berjenjang. Dari data tersebut, penanganan dilakukan.

Sementara itu, warga yang melakukan isolasi mandiri dan tak melapor tidak masuk data. ”Padahal, idealnya, masyarakat yang hasil swab antigennya positif harus melaporkan kondisinya,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Jatim dr Makhyan Jibril.

Dokter Jibril menyatakan, banyak yang enggan lapor. Mereka menjalani isolasi dan mengobati sendiri. Tak jarang, banyak pasien yang tak kunjung sembuh dan baru dirujuk ke rumah sakit saat kondisinya sudah parah sehingga potensi sembuhnya sangat kecil. ”Pola seperti itu memicu banyak korban berjatuhan,” katanya.

Baca Juga: Per Bulan, 30 Ibu Hamil di Surabaya Positif Covid-19

Dia menambahkan, virus korona membutuhkan perawatan yang cukup ketat. Itu berlaku bagi semua pasien, baik bergejala maupun tidak. Pengobatannya juga harus terpantau. Selain itu, yang dikhawatirkan adalah munculnya klaster baru di lingkungan pasien tersebut.

Karena itu, satgas Covid-19 berharap seluruh warga yang berpotensi terpapar virus korona tetap menjalani prosedur. Setidaknya melapor ke RT/RW setempat. ”Nanti RT atau RW melapor ke puskesmas. Setelah itu, ada tim medis yang memantau secara berkala. Itu akan membuat pasien lebih aman dan potensi sembuh lebih besar,’’ kata dia.

Dokter Jibril berharap PPKM darurat tidak hanya membatasi aktivitas masyarakat. Pemantauan terhadap warga yang terpapar Covid-19 harus ditingkatkan. ”Kami sangat berharap RT dan RW berperan aktif memantau masyarakat, lalu melaporkan. Dengan begitu, penanganan bisa lebih baik,’’ ucapnya.

Boleh Isoman, asal….

Di sisi lain, pilihan sebagian warga untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) cukup beralasan. Saat ini tidak mudah mendapat penanganan dari fasilitas kesehatan.

Namun, ada cukup banyak hal yang harus diperhatikan pasien Covid-19 saat menjalani isoman. Sebab, tak sedikit pasien isoman yang meninggal dunia.

Berdasar data laporcovid19.org, selama periode Juni tercatat ada 265 pasien isoman di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi yang meninggal. Sebanyak 18 kasus di antaranya terjadi di Jatim.

Lantas, apa saja yang perlu diperhatikan? Dokter tim Penyakit Infeksi dan Emerging dan Remerging (Pinere) RSUD dr Soetomo, dr Arief Bakhtiar SpP (K) FAPSR, mengatakan bahwa yang paling utama adalah tetap berkonsultasi kepada dokter untuk mengetahui kondisi tubuh.

Jika kondisi masih masuk gejala ringan seperti demam tanpa sesak, pasien bisa menjalani isoman di rumah. ”Paling tidak gejala awal itu 2–3 hari sudah mereda. Jika melebihi, harus dibawa ke RS,” katanya.

Baca Juga: Dana untuk Atasi Covid-19, Pemkot Surabaya Tunda Proyek Infrastruktur

Yang juga harus dipantau adalah saturasi oksigen dengan oksimeter. Jika berada di atas angka 93, masih aman. ”Tapi, kalau di bawah itu, perlu dibawa ke RS,” ujarnya.

Selama menjalani isoman, pasien juga tetap harus beraktivitas. Tubuh harus bergerak dan melakukan peregangan. Untuk area isolasi, warga wajib memperhatikan sirkulasi udara. Juga, diupayakan terpisah. Tentunya, protokol kesehatan (prokes) ketat diberlakukan.

Dosen Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Stefania Widya Setyaningtyas mengatakan, perlu ada asupan makanan yang seimbang. Yang mempunyai protein, karbohidrat, sayur, dan buah. Selain itu, perlu konsumsi air putih yang cukup selama menjalani isoman.

PENANGANAN PASIEN AKTIF DI JAWA TIMUR

– RS rujukan : 4.122 orang

– RS darurat : 137 orang

– Karantina di gedung : 137 orang

– Karantina mandiri : 3.985 orang

Catatan: Data tersebut merupakan jumlah pasien yang melapor ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit.


Banyak Pasien Isoman Jatim Tak Terdata, Berpotensi Jadi Klaster Baru