Upaya Diah Anggraeny Bantu Penanganan Anak Cerebral Palsy di Surabaya

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Upaya Diah Anggraeny Bantu Penanganan Anak Cerebral Palsy di Surabaya


Tak banyak yang tahu bagaimana penanganan anak dengan kondisi cerebral palsy (CP). Jangankan soal penanganan, mengenali gejala-gejalanya saja membutuhkan waktu. Itulah yang dirasakan Diah Anggraeny. Selama 13 tahun dia membesarkan Rivan Rachmad Basuki, anaknya yang berkebutuhan khusus CP.

FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR, Surabaya

INGATAN Diah seketika melayang ke tanggal 10 Juli 2006. Saat itu, perempuan 35 tahun tersebut sedang berjuang melahirkan anak pertama, Rivan. Berdasar penghitungan waktu oleh dokter, Diah sudah waktunya untuk melahirkan.

Semua berjalan lancar sampai ketika pembukaan ketujuh Diah mengalami masalah. ’’Normalnya, persalinan ada 10 kali pembukaan,” ungkap dia. Persalinan yang awalnya normal berubah jadi Caesar. Sebab, Diah mengalami sesak napas. Kondisi itu belum pernah dialaminya selama ini.

Akibat ketidaknormalan dalam persalinan itu, pasokan oksigen kepada Rivan sempat berkurang. Tim dokter mengambil keputusan untuk Caesar. ”Saya menghabiskan waktu 37 hari di ICU setelah Rivan lahir,” ujarnya.

Rivan memiliki berat 3,5 kg dan panjang 51 cm. Angka yang normal untuk bayi. ’’Tapi, setelah kejadian itu, dampak serius berlanjut,” ungkapnya.

Dua tahun pasca kelahiran, Rivan mulai menunjukkan pertumbuhan yang terganggu. Antara lain, kesulitan menggerakan tangan dan kaki. ’’Setelah saya pelajari, ternyata ini gejala CP,” kata Diah.

Baca Juga: Jatim Kembali Zona Merah, Dipicu Melonjaknya Okupansi Rumah Sakit

Jenis CP-nya disebut spastik quadriplegi. Yakni, kondisi kelumpuhan otak yang menghambat tahap tumbuh kembang empat anggota badan. Yakni, kedua kaki dan tangan. ’’CP ini termasuk golongan berat. Karena itu, butuh penanganan yang lebih serius. Harus segera dilakukan terapi,” tuturnya.

Tidak seperti saat ini, penanganan pada 2006 itu masih terbatas. Diah sempat kebingungan bagaimana melakukan terapi kepada anaknya. Bersama sang suami, dia membesarkan Rivan dengan kondisi ala kadarnya. ’’Sampai pada 2011, saya berinisiatif membawa Rivan ke Solo yang terkenal dengan kota ramah difabel. Selain belajar dari komunitas di sana, saya belajar juga ke Pediatric and Neurodevelopmental Therapy Centre (PNTC),” tambahnya.

Diah menghabiskan waktu selama tiga tahun di Solo. ”Saya langsung dibina oleh Nawangsasi Takarini, yang tak lain merupakan koordinator PNTC,” ujarnya. Selain belajar berbagai metode terapi, dia juga belajar bagaimana sebenarnya peran orang tua sebagai katalisator keberhasilan terapi. Mulai pendekatan ke anak hingga melatih kesabaran.

’’Selepas pelatihan itu, pada Oktober 2014, saya bentuk yayasan ini,” tuturnya. Diah sendiri menjadi ketua umum sekarang. ’’Hal yang memotivasi pembentukan yayasan ini karena Rivan dan anak-anak CP. Saya merasakan sendiri bagaimana susahnya menangani mereka,” ungkap Diah.

Bukan saja soal biaya, melainkan juga akses yang masih terbatas. ’’Problemnya terletak pada pengetahuan banyak orang tua yang masih kurang,” paparnya.

Oleh karena itulah, sebelum pandemi, kegiatan tatap muka pelatihan sering dilakukan. Fisioterapis juga dilibatkan untuk memudahkan pengajaran. ’’Kalau untuk pandemi ini, hanya yang urgen dan berat yang mendapatkan penanganan tatap muka. Lainnya dilakukan orang tua sendiri di rumah,” tutur dia.

Baca Juga: Warga Surabaya yang Isoman Butuh Obat, Tapi Sulit Dapat dari Apotek

’’Di masa inilah, implementasi pelatihan itu harus diterapkan,” katanya. Untuk memudahkan komunikasi, dibuat grup WhatsApp untuk menangani anak-anak CP. Baik yang masih kesulitan melatih anak maupun mereka yang memiliki problem baru untuk dicarikan solusi.

Kini yayasan tersebut memiliki 30 anak CP yang dibina. Mereka tidak saja berasal dari Surabaya. Ada pula yang dari Sidoarjo, Madura, Mojokerto, bahkan luar Pulau Jawa.


Upaya Diah Anggraeny Bantu Penanganan Anak Cerebral Palsy di Surabaya