Lima Konservator untuk Ribuan Koleksi

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Lima Konservator untuk Ribuan Koleksi


JawaPos.com – Konservasi adalah bagian penting bagi sebuah museum maupun galeri. Di tangan para konservator, koleksi benda bersejarah ataupun karya seni dipastikan aman agar tetap dapat diapresiasi di masa datang. Semakin banyak jumlah koleksi, idealnya makin banyak pula jumlah konservator yang bekerja. Namun, tidak demikian dengan Galeri Nasional Indonesia. Dua ribu lebih koleksi karya seni yang ada di Galnas saat ini hanya ditangani oleh lima orang konservator.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto menyebut, peningkatan sumber daya manusia menjadi salah satu fokus Galnas saat ini. ’’Sisi kualitas peningkatan sumber daya manusia menjadi prioritas kami,’’ katanya. Mengirimkan para konservator untuk mengikuti pendidikan khusus pada bidang konservasi karya seni di kampus-kampus dunia atau menambah meningkatkan pengetahuan dengan mengikutsertakan pada program-program konservasi karya seni menjadi beberapa alternatif.

Pustanto menyebut kerja-kerja konservasi yang tak jauh dari perawatan karya menjadi bagian penting di Galnas. Menurutnya, konservasi preventif dan kuratif sama-sama memerlukan perhatian serius. Termasuk kemungkinan akusisi karya yang membutuhkan restorasi juga tak luput dari perhatian Galnas. ’’Termasuk akusisi karya bisa mencapai 50 persen dari anggaran Galnas,’’ katanya.

Iwa Akhmad, salah satu konservator Galnas, menyebut proses konservasi tidak hanya berkutat pada soal merawat karya. ’’Proses lain yang tak bisa ditinggalkan adalah pendataan karya itu sendiri,’’ katanya. Siapa penciptanya, judul karya, deskripsi konsep karya, hingga meta data seperti ukuran dan media tiap karya seni wajib ada dalam proses kerja konservasi. Data-data tersebut melengkapi sisi kesejarahan, menjaga otentisitas karya berikut kualitas dan nilainya. Karya yang terawatt baik dengan sendirinya akan berguna sebagai sumber pengetahuan yang punya fungsi penting dalam Pendidikan.

Iwa menyebut, konservasi preventif yang bersifat pengendalian agar karya tetap terjaga kualitasnya sama pentingnya dengan konservasi kuratif dimana restorasi kerap tak terhindarkan. Jarot Mahenda yang juga konservator Galnas menambahkan, dalam konservasi preventif jenis media karya hingga tempat penyimpanan karya menjadi hal penting. ’’Karya seperti lukisan pasti mengalami penuaan. Bahan apa yang menjadi media karya berpengaruh pada proses konservasi,’’ kata Jarot.

Di Galnas, konservasi preventif dilakukan secara berkala. Memastikan karya tak remuk dimakan usia dan tersimpan juga terdata dengan baik menjadi rutinitasnya. Termasuk memantau karya yang telah berumur uzur. ’’Cat pada karya lukisan makin lama akan makin retak. Partikel dalam cat yang berdempetan lambat laun makin keras lalu timbul retakan,’’ katanya. Seorang konservator tidak perlu menambal retakan semacam itu. Namun memastikannya tidak melebar kemana-mana menjadi perhatian serius mengingat retakan dapat berakhir pada mengelupasnya cat. (tir)


Lima Konservator untuk Ribuan Koleksi