Kisah Driver Ojol Surabaya yang Menjadi Relawan di Mamuju

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kisah Driver Ojol Surabaya yang Menjadi Relawan di Mamuju


Bencana gempa bumi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, membuat banyak pihak tergerak untuk membantu. Termasuk driver ojek online (ojol) yang tergabung dalam Paguyuban Driver Bersatu Surabaya. Mereka terbang ke lokasi darurat bencana itu untuk menjangkau pelosok yang minim bantuan.

GALIH ADI PRASETYO, Surabaya

MAHMUDI masih ingat betul betapa anak-anak di Dusun Kampung Baru, Desa Kabiraan, semringah saat melihat para relawan datang. Mereka sudah menanti tim itu tiba di sana. Membawa logistik bagi mereka yang sudah kehilangan semuanya.

Sambutan itu bukan tanpa alasan. Dua hari setelah gempa, bantuan tidak kunjung tiba. Masih banyak kebutuhan warga yang belum tercukupi. Salah satu kendalanya adalah akses menuju lokasi bencana. Perlu berjalan kaki 10 kilometer untuk menjangkau dusun itu. Hujan membuat medan semakin berat.

’’Pakai motor pun maksimal hanya bisa membawa barang dua kardus. Karena menggunakan motor trail,” katanya.

Di sana ada 150 keluarga yang harus mengungsi. Sebanyak 95 persen rumah mereka hampir roboh dan rusak berat. Menempati lokasi itu tidak mungkin, gempa susulan juga terus terjadi.

Mahmudi adalah salah seorang di antara lima relawan driver ojol yang terbang dari Surabaya ke Mamuju dan Majene. Mereka fokus membantu korban gempa yang belum terjangkau bantuan. Mulai bahan pokok hingga logistik lain.

’’Kami berangkat tepat H+2. Memang kami sudah berkoordinasi dengan driver ojol di Sulawesi juga terkait apa saja yang diperlukan. Juga, lokasi mana yang memerlukan bantuan,” katanya.

Tidak hanya berkutat pada kebutuhan dan logistik, mereka juga fokus mengembalikan kondisi psikis anak-anak. Akibat pandemi sekaligus gempa, tidak sedikit anak yang trauma. Mereka enggan masuk rumah atau tidur di tenda.

’’Tidur tidak tenang. Yang jelas, apa yang mereka rasakan begitu berat. Kami berupaya membantu mereka. Kebetulan, dari Surabaya kami membawa banyak mainan,” ujar bapak satu anak itu.

Misalnya, salah satu anak yang dia temui, Angel. Saat terjadi gempa, rumahnya ambruk. Saat kejadian, dia terjebak di timbunan puing-puing. Posisi tangan yang melindungi kepala membuat dia selamat. ’’Tetapi, trauma ini memerlukan pendekatan untuk disembuhkan,” ujarnya.

Kegiatan mewarnai dan permainan tradisional mengisi hari-hari anak-anak di sana. Mereka harus bangkit untuk menjalani hidup setelah gempa. Menurut Mahmudi, jangan sampai bencana itu memicu trauma yang mendalam. Kehidupan mereka dirundung ketakutan akan kejadian yang sama.

Baca Juga: Sudah 80 Persen Nakes Surabaya Sudah Terima Vaksin Covid-19

Relawan lain Andre mengatakan, apa yang mereka lakukan semata-mata bertujuan membantu sesama. Tidak terbatas apa profesinya, kondisi itu harus menjadi pemersatu. Ada tangan yang butuh bantuan. ’’Rencana kami sampai akhir Januari, tetapi bisa diperpanjang lagi sesuai dengan kondisi di lapangan,” terangnya.

Memang, tidak semua driver ojek online bisa menjadi relawan seperti mereka. Butuh kualifikasi khusus. Utamanya sudah mengantongi sertifikat kebencanaan dari Badan SAR Nasional (Basarnas). ’’Di seluruh Jawa Timur, total ada 30 driver yang sudah memiliki kualifikasi tersebut,” tambah Ketua Asosiasi Driver Online (ADO) Jatim Asmuin. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Kisah Driver Ojol Surabaya yang Menjadi Relawan di Mamuju