Lepas Saham ke Publik, 2 Perusahaan Sektor Teknologi Siap Masuk Bursa

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Lepas Saham ke Publik, 2 Perusahaan Sektor Teknologi Siap Masuk Bursa


JawaPos.com – Pandemi tak menghalangi sejumlah perusahaan untuk melepas sahamnya ke publik lewat lantai Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui skema penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO), BUKA dan UVCR siap melepas sahamnya ke publik.

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi memprediksi market bakal menyambut emiten teknologi digital yang akan melakukan IPO. Selain kapitalisasi yang besar, nama brand juga sudah banyak di kenal masyarakat. Meningkatnya minat penggunaan jasa teknologi di masyarakat, tak heran jika para investor menanti kedatangan emiten sektor teknologi di papan perdagangan BEI.

“Market juga akan melihat sisi value para perusahaan tersebut apakah murah atau mahal IPO-nya,” ucapnya Rabu (7/7).

Rovandi juga menyampaikan strategi bisnis dengan IPO ini tentu akan membuat perusahaan digital dapat memperluas basis investasi para pemilik modal dalam negeri. Dimana era digitalisasi menjadi potensi yang baik bagi perusahaan berbasis teknologi untuk terus tumbuh, apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini. Dana yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis perusahaan.

“Salah satu tujuan IPO sendiri adalah untuk mencari dana segar dan bisa menjadi dana tambahan untuk mengembangkan serta membesarkan nama/brand agar lebih terkenal lagi,” katanya.

Ramai diperbincangkan karena adanya dokumen mini expose Bukalapak yang bocor ke publik, dikabarkan startup e-commerce asal Indonesia ini bakal melaksanakan IPO pada akhir bulan Juli 2021. Perusahaan rintisan berstatus unicorn yang menggunakan kode BUKA akan melepas sebanyak-banyaknya 25% saham dari total modal yang disetor dan ditempatkan.

Selain itu, kabarnya Bukalapak sendiri sudah menunjuk setidaknya 5 penjamin emisi yang terbagi atas joint global coordinator, joint bookrunners, joint lead managing underwriters, dan domestic underwriters. Lima penjamin emisi tersebut adalah UBS (global), BofA Securities, Mandiri Sekuritas, PT Buana Capital Sekuritas, dan PT UBS Sekuritas Indonesia. Bukalapak juga akan menawarkan saham alokasi untuk karyawan alias employee stock allocation (ESA) sebanyak maksimal 0,1% dari total saham IPO yang ditawarkan.

Perusahaan berbasis teknologi digital lainnya yang akan melantai di BEI pada Juli 2021 juga ada PT Trimegah Karya Pratama atau yang dikenal dengan merek dagang Ultra Voucher. Perusahaan dengan kode UVCR ini merupakan pelopor dan aggregator voucher diskon digital terbesar di Indonesia dimana akan melepas maksimal 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, atau maksimal 500 juta lembar saham.

Berdasarkan prospectus yang sudah dipublikasikan, saat ini, UVCR sedang menjalankan periode bookbuilding dimana harga yang ditawarkan di rentang Rp100 – Rp130 per saham. Dengan demikian dana yang akan terkumpul ditargetkan sebesar Rp50 miliar – Rp65 miliar. Ultra Voucher telah menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai Join Lead Underwriters (JLU) atau Penjamin Pelaksana Emisi Efek bersama PT NH Korindo Sekuritas Indonesia dan PT Surya Fajar Sekuritas.

Secara bersamaan, Ultra Voucher juga akan menerbitkan 250 juta Waran Seri I yang menyertai Saham Baru Perseroan atau sebanyak-banyaknya 16,67%. Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang Saham Baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada tanggal penjatahan dengan ketentuan setiap pemegang 2 (dua) Saham maka berhak memperoleh 1 (satu) Waran Seri I.

Chief Operating Officer & Co-Founder PT Trimegah Karya Pratama Riky Boy Permata mengungkapkan Ultra Voucher juga termasuk sebuah aplikasi dan features pelengkap atau supporting dari berbagai platform, perusahaan dan bank digital. Secara fundamental, bisnis Ultra Voucher menunjukkan performa positif, sepanjang 2020, laba bersih tahun berjalan tercatat melonjak 408,9%. Per Maret 2021, laba tahun berjalan tercatat Rp 543,49 juta dengan total penjualan Rp 194,48 miliar.

“Dana hasil IPO ini akan digunakan untuk meningkatkan fundamental bisnis Perseroan, yakni sekitar 36% untuk belanja modal termasuk pengembangan produk dan fitur, 34% untuk beban operasional termasuk penambahan sumber daya manusia, software, channel distribusi, dan 30% untuk peningkatan modal kerja termasuk pembelian persediaan voucher,” tutup Riky.


Lepas Saham ke Publik, 2 Perusahaan Sektor Teknologi Siap Masuk Bursa