Setiap Jam Dengar Suara Sirene Ambulans Bawa Orang Meninggal

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Setiap Jam Dengar Suara Sirene Ambulans Bawa Orang Meninggal


Di bagian hulu, Pemkot Surabaya mempersiapkan berbagai kebijakan untuk mencegah persebaran Covid-19. Di hilirnya, tim pemulasaraan jenazah berjibaku mengurus belasan sampai puluhan orang meninggal karena korona setiap hari. Tidak ada jam istirahat. Kecuali, untuk makan dan ibadah. Juga, tidak ada keluh kesah dari para petugas.

ARIF ADI WIJAYA, Jawa Pos

SUARA sirene ambulans seolah tidak pernah berhenti berbunyi di kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih. Hampir setiap jam, ada mobil jenazah yang datang. Belasan hingga puluhan orang meninggal karena Covid-19 dibawa ke pemakaman untuk dikebumikan setiap hari.

Di dekat tempat pemulasaraan jenazah, ada bilik yang terbuat dari seng. Di dalamnya terdapat beberapa tenda yang didirikan. Di dalam tempat itulah, jenazah warga yang terpapar virus korona disucikan sebelum dimakamkan di kompleks pemakaman Covid-19 di TPU Keputih.

Melonjaknya jumlah jenazah yang diurus terjadi selama sepekan terakhir. Tim pemulasaraan jenazah sampai kewalahan. Sebab, jumlah personelnya terbatas. Hanya ada tiga orang yang bertugas dalam satu sif. Agar jenazah tertangani dengan optimal, satu hari petugas dibagi menjadi tiga sif. Jumlah tersebut tentu jauh dari kata cukup.

Apalagi, jumlah modin perempuan sangat terbatas. Untungnya, beberapa organisasi masyarakat (ormas) ikut membantu. Yakni, Pengurus Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) dan Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyah Kota Surabaya.

Dua ormas itu mengirimkan kader-kader perempuan untuk membantu pemulasaraan jenazah.

M. Rifai, koordinator tim pemulasaraan jenazah, mengatakan bahwa dalam sepekan terakhir jumlah jenazah yang dikirim ke tempat pemulasaraan terus bertambah. Pada Kamis (8/7) saja, ada 27 jenazah yang diurus dalam satu sif. ’’Saya datang jam enam pagi itu masih ada sembilan jenazah yang belum disucikan,” katanya.

Ada beberapa kendala yang dihadapi petugas. Pertama, modin perempuan tidak bisa bertugas saat malam. Kebetulan, di antara sembilan jenazah yang belum tertangani pada malam hari, delapan merupakan jenazah perempuan. Satu jenazah laki-laki.

Kamis pagi itu, kebetulan stok kebutuhan untuk menangani jenazah habis. Mulai kain kafan, lakban, hingga plastik pembungkus jenazah. Alat pelindung diri (APD) juga habis. Baik baju hazmat maupun sarung tangan sekali pakai.

Karena itu, sembilan jenazah yang dikirim ambulans pada malam hari belum bisa tertangani. Rifai segera menghubungi bagian pengadaan. Untungnya, pukul 07.00 APD lengkap dikirim. Tidak berselang lama, tim dari ormas berdatangan. Jenazah yang belum tertangani langsung dimandikan. ’’Karena ini jenazah pasien Covid-19, jadi harus pakai APD lengkap,” terangnya.

Sekitar pukul 08.00, suara sirene ambulans terdengar dari kejauhan. Ada kiriman jenazah lagi yang harus diurus. Tidak berselang lama, satu mobil jenazah menyusul datang. Membawa pasien meninggal dari Manukan. ’’Yang kedua itu jenazah perempuan,” ujar Rifai.

Tepat pukul 09.00, satu ambulans kembali datang. Asalnya sama, Manukan. Ternyata, mobil tersebut membawa jenazah suami perempuan yang dikirim pukul 08.00 tadi. ’’Jadi, berselang satu jam saja. Suami istri itu, kasihan,” ucapnya.

Warga Wonokusumo tersebut menuturkan, meski sudah dibantu ormas, petugas pemulasaraan jenazah di TPU Keputih masih kewalahan. Mereka nyaris tidak pernah istirahat. Sebab, hampir setiap jam, ada kiriman jenazah yang harus dimandikan dan disucikan.

Sejatinya para petugas diberi waktu istirahat selama satu jam. Yakni, pukul 12.00–13.00. Namun, karena banyak jenazah yang harus diurus, waktu istirahat hanya dimanfaatkan untuk makan dan salat. Bahkan, modin perempuan kadang diminta untuk lembur sampai pukul 18.00.

Baca Juga: Makam Dijaga Ular Besar, Sering Disambangi ’’Prajurit Majapahit’’

’’Karena memang terbatas jumlahnya dan malam tidak bisa bertugas. Jadi, misalnya ada kiriman jenazah perempuan sore, kami memohon kepada modin perempuan agar mau membantu menyucikan jenazah supaya tidak ada tanggungan. Kecuali yang datang malam sekali, kami terpaksa urus paginya,” paparnya.

Bilik seng yang dibuat di halaman depan hanya bisa menampung enam jenazah. Karena itu, ketika ada kiriman banyak jenazah, petugas juga harus memberikan pemahaman kepada keluarga almarhum agar sabar menunggu. ’’Harus sabar, kami juga. Harus benar-benar sabar. Kita tidak boleh terbawa emosi. Capek iya. Mengeluh, jangan,” tuturnya.


Setiap Jam Dengar Suara Sirene Ambulans Bawa Orang Meninggal