Ayah ”Lupa” Pulang, Anak Bikin Prank Ibu Meninggal

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Ayah ”Lupa” Pulang, Anak Bikin Prank Ibu Meninggal


Orang-orang ini menjadi garda terdepan dalam menanggulangi banjir di Kota Pahlawan. Mereka tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pematusan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya. Saluran kotor hingga terik panas matahari adalah bagian hidup mereka.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

Tumpukan karung berisi sedimen tanah berjajar di sepanjang Jalan Margomulyo. Satu alat berat diterjunkan ke tengah sungai. Sejumlah orang berkaus merah terlihat sibuk mengangkuti karung ke tepi sungai.

Mereka adalah tim Satgas Pematusan DPUBMP Kota Surabaya. Hampir setiap hari aktivitas pembersihan saluran terus dilakukan di seluruh penjuru Surabaya. Baik musim hujan maupun kemarau, pembersihan tidak pernah berhenti.

Kepala Bidang Pematusan DPUBMP Eko Juli mengatakan, pembersihan saluran tidak hanya dilakukan menjelang musim hujan. Justru pembersihan lebih banyak dilakukan saat musim kemarau. ’’Justru pas kemarau seperti ini sedimen di dalam saluran banyak,” katanya.

Bidang yang dia bawahi memang memegang peran utama dalam mengendalikan banjir di Kota Pahlawan. Sebab, segala urusan banjir berada di bidang pematusan. Mulai normalisasi saluran hingga urusan rumah pompa.

Meski sudah dibersihkan setiap hari, potensi terjadinya banjir sulit terhindarkan. Misalnya, banjir yang sempat menggenangi Jalan Ahmad Yani sampai RSI Wonokromo akhir Januari lalu.

Eko masih ingat betul situasinya saat itu. Pada bulan tersebut, intensitas hujan cukup tinggi. Jalan Ahmad Yani yang jarang sekali kebanjiran pun terdampak.

Saluran di tepi jalan serta sungai yang berada di tengah tidak mampu menampung debit air. Akhirnya, air tumpah ke jalan dan mengganggu kendaraan yang melintas.

Suara dari handie-talkie tidak berhenti bersahutan. Wali Kota Tri Rismaharini terdengar memberikan arahan kepada tim pematusan. Eko menghubungi tim rayon Jambangan untuk bergerak cepat. ’’Saya perintahkan untuk membawa tim satgas sekalian,” katanya.

Alat berat pun diturunkan. Tim bergerak cepat untuk menelusuri penyebab genangan tersebut. Belum sampai ketemu penyebabnya, air sudah menggenangi bagian dalam RSI Wonokromo.

Dari hasil penelusuran, ada dua masalah yang menjadi penyebab melubernya air ke jalan. Pertama, penyempitan saluran dari Jalan Ahmad Yani ke arah Pulo Wonokromo. Debit air yang terlalu besar tidak bisa masuk dengan lancar. Ditambah lagi, sampah menumpuk di dalam saluran.

Satgas bergerak cepat. Satu orang masuk ke dalam saluran untuk membersihkan sampah. Anggota tim yang lain menuju Rumah Pompa Jagir. Air disedot dengan menggunakan pompa untuk mempercepat waktu surut genangan.

Namun, di rumah pompa juga ada kendala. Sampah menumpuk di bagian filter pompa. Tim yang berada di lokasi langsung turun untuk membersihkan sampah secara manual. ’’Itu yang menjadi masalah kedua. Kebanyakan masalah paling berat dalam saluran ya karena sampah,” kata Eko.

Menurut Eko, wilayah Jalan Ahmad Yani sejatinya tidak termasuk kawasan yang rawan banjir. Namun, karena dua masalah tersebut, waktu surut air jadi semakin lama. Butuh waktu sekitar lima jam hingga genangan benar-benar hilang.

Agar tidak terulang, DPUBMP sudah melebarkan saluran di kawasan tersebut. Arahnya menuju ke Sungai Kalimas yang menjadi satu paket dengan proyek jembatan Joyoboyo. ’’Itu sedang dikerjakan bidangnya Pak Ganjar (kepala bidang jalan dan jembatan, Red),” ungkapnya.

Untuk menjaga saluran tetap bersih, Eko sudah membagi tim menjadi lima rayon. Yakni, rayon Jambangan, Wiyung, Genteng, Gubeng, dan Tandes. Satu rayon memiliki 20 personel. Selain itu, ada 10 mandor di tiap rayon untuk menggarap pekerjaan teknis. Satu mandor membawahkan 25 orang.

Jam kerja tim satgas full time, 24 jam nonstop. Masing-masing rayon harus siaga selama 24 jam. Selain untuk membersihkan saluran, tim yang disiagakan juga bertugas mengantisipasi masalah tak terduga ketika musim hujan tiba.

Kepala Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pematusan Bidang Pematusan BPUBMP Achmad Idi Pratiknyo mengaku menemukan banyak benda berbahaya selama membersihkan saluran. Salah satunya ketika membersihkan saluran di daerah Kampung Seng, Kecamatan Simokerto, pertengahan 2019.

Saat itu, tim dari rayon Gubeng sedang melakukan pembersihan rutin. Tiba-tiba, sekop salah satu anggota tim membentur benda keras. Bunyinya seperti terbentur besi. Setelah dicek, ada satu kantong peluru aktif yang ditemukan di dalam saluran. ’’Kami serahkan ke pihak berwajib,” katanya.

Di daerah Tambak Arum, Kecamatan Simokerto, tim satgas pernah menemukan rudal aktif dan beberapa butir granat nanas yang juga aktif. Tidak ada yang berani menyentuhnya.

Karena khawatir meledak, tim rayon melaporkan temuan tersebut kepada pimpinan. Oleh dinas terkait, temuan itu dilaporkan ke Polrestabes Surabaya. Personel kepolisian mendatangi lokasi. Setelah diketahui granat tersebut masih aktif, anggota Polrestabes Surabaya langsung melaporkan temuan itu ke Polda Jatim.

Tim gegana dari Polda Jatim turun ke lokasi. Tidak butuh waktu lama untuk mengamankan benda yang mudah meledak itu. Granat nanas serta rudal diamankan ke Mapolda Jatim.

Idi mengaku pengalaman itu benar-benar menjadi pelajaran. Khusus untuk wilayah utara, tim yang tergabung di rayon Gubeng selalu berhati-hati. Sebab, banyak benda berbahaya yang kerap ditemukan ketika membersihkan saluran. ’’Di wilayah lain tidak pernah dijumpai. Yang paling sering ya di wilayah utara,” jelasnya.

Tidak hanya menemukan benda berbahaya. Tim satgas pematusan juga pernah menemukan lele berukuran jumbo. Ukurannya sebesar paha orang dewasa. ’’Itu ketika membersihkan saluran air di daerah Genteng,” kata Idi.

Tabri, anggota tim satgas dari rayon Gubeng, mengaku punya kenangan yang tidak bisa dilupakan. Dia selama ini memang jarang sekali pulang ke rumahnya di daerah Mojokerto. Setiap bulan bapak dua anak itu hanya mengirim uang lewat bank.

Karena sudah lama tidak pulang, anaknya pun rindu kepada sang ayah. Akhirnya, si anak membuat berita palsu. Tabri dikabari bahwa istrinya meninggal dunia. ’’Saya bingung waktu itu, lalu minta izin ke mandor dan pamit ke teman-teman satgas dan rayon untuk pulang,” terangnya.

Dengan perasaan gelisah, Tabri pun berangkat ke Mojokerto. Tim satgas dan rayon sudah iuran dan akan berangkat ke Mojokerto untuk takziah. Ketika sampai rumah, Tabri baru tahu ternyata dirinya di-prank sang anak. ’’Ternyata masih hidup dan anak saya sengaja bikin kabar palsu supaya bapaknya pulang,” katanya.

Idi mengaku soliditas tim satgas dan rayon memang luar biasa. Anggota yang jumlahnya ratusan orang sudah seperti saudara. Karena itu, ketika ada satu teman yang sedang kesusahan, semuanya pasti tergerak untuk membantu. ’’Walaupun itu prank,” kelakarnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Ayah ”Lupa” Pulang, Anak Bikin Prank Ibu Meninggal