Haryanto dan Dimas, Kisah Wisudawan Tertua dan Termuda ITS

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Haryanto dan Dimas, Kisah Wisudawan Tertua dan Termuda ITS


Semangat Haryanto dan Muhammad Dimas Nugraha Aryatama dalam menyelesaikan pendidikan tinggi tepat waktu begitu besar. Mereka pun berhasil menuntaskan pendidikan sebagai wisudawan tertua dan termuda di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Haryanto lulus program doktor pada usia hampir 61 tahun dan Dimas menuntaskan program sarjana pada usia 19 tahun.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

Usia Haryanto tidak lagi muda. Tahun ini, pria tersebut memasuki usia 61 tahun. Meski begitu, semangatnya untuk menggapai pendidikan hingga strata tertinggi tidak pernah pupus. Pada usia 60 tahun 11 bulan, dia berhasil menyelesaikan pendidikan doktor di Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tepat waktu.

Haryanto pun menjadi satu di antara ribuan wisudawan ITS ke-122 yang dilaksanakan secara daring kemarin (18/10). Dia dinobatkan sebagai wisudawan tertua di angkatan tersebut dengan predikat sangat memuaskan.

Har −sapaan karib Haryanto− mengatakan, meski usia tua, antusiasme untuk belajar begitu tinggi. Satu-satunya motivasi yang dimiliki hingga berhasil meraih doktor adalah kecintaannya terhadap belajar. Bahkan, sejak menempuh pendidikan program sarjana, waktunya sering kali dimanfaatkan untuk membaca buku.

’’Sejak dulu memang gemar mendalami teori yang didapat ketika kuliah,’’ kata pria berkacamata itu.

Har menyelesaikan pendidikan sarjana pada 1984. Sejak itu, dia menjadi dosen agar mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Harapan tersebut terwujud pada 2005. Akhirnya, Har mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di Departemen Teknik Industri ITS.

”Seperti banting setir, dari fisika ke industri. Selama dua tahun saya fokus mempelajari manajemen operasional di Departemen Teknik Industri ITS,’’ ujar pria asal Mataram itu.

Bagi Har, belajar itu harus terus dilakukan sepanjang hayat. Belajar pun harus dilakukan dengan hati ikhlas dan gembira. Meski telah menghabiskan uang yang tidak sedikit, tak ada sedikit pun penyesalan. Sebab, pendidikan adalah investasi terbaik baginya.

’’Tidak mudah mendapatkan gelar tersebut, tetapi dari pendidikan tersebut banyak manfaat yang didapat,’’ ucap pria kelahiran 1959 itu.

Har menuturkan, di usia yang sudah senja, tentu banyak hal yang berbeda sebagai mahasiswa. Dulu untuk mendapatkan materi kuliah, dia harus pergi ke perpustakaan dan mengerjakananya dengan mesin ketik. Kini hampir seluruh akses materi kuliah didapat dengan mudah di internet. Begitu juga proses pengerjaannya yang dilakukan melalui komputer maupun laptop. ’’Saya juga merasakan kuliah daring saat pandemi,’’ tutur dia.

Har mengaku memperoleh banyak pengetahuan baru setelah berhasil menyelesaikan program doktor. Semua ilmu tersebut harus disampaikan kepada khalayak luas. Salah satunya lewat ruang kuliah. Tidak hanya itu, ilmu yang didapat juga akan disalurkan melalui tulisan.

”Saya ingin mengekspresikan buah pikiran ini ke dalam tulisan agar dapat bermanfaat bagi orang banyak,’’ ujarnya.

Karena itulah, kata Har, mahasiswa harus antusias dalam belajar. Apalagi, fasilitas penunjang perkuliahan jauh lebih baik dibandingkan zaman dulu. Jadi, mahasiswa tinggal mengatur waktu agar bisa belajar lebih maksimal.

’’Kunci utamanya adalah tekun dan menjaga suasana hati agar tetap gembira,” ucap dosen Universitas Surabaya (Ubaya) itu.

Selain wisudawan tertua, juga ada wisudawan termuda pada wisuda ITS ke-122. Dia adalah Muhammad Dimas Nugraha Aryatama. Pria tersebut lulus S-1 teknik komputer pada usia 19 tahun. Dia akan diwisuda pada 24 Oktober.

Dimas memang merupakan siswa berprestasi sejak duduk di bangku SD. Pada saat masuk SD, usianya baru 5 tahun. Ketika SD, dia berhasil mengikuti program percepatan belajar atau akselerasi. Jadi, masa SD hanya membutuhkan waktu lima tahun. Begitu juga saat duduk di bangku SMA, dia menyelesaikannya dalam dua tahun. ’’Masuk kuliah masih 15 tahun,’’ katanya.

Dimas menyatakan sangat senang mengutak-atik komputer. Selama kuliah dia menemukan bidang favoritnya. Yakni, machine dan deep learning yang saat ini sangat gencar pengembangannya.

’’Penerapannya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari,’’ katanya.

Karena itu, Dimas mengambil tema tugas akhir tentang Pendeteksian Pneumothorax pada Citra X-Ray Menggunakan Convolutional Neural Network.

Dalam penelitian tersebut, dia menggunakan sistem deep learning untuk mendeteksi kondisi pneumothorax pada gambar X-ray pasien. Fokusnya membandingkan tingkat keakuratan dari berbagai model arsitektur deep learning.

’’Selama ini pneumothorax masih sering mengalami keterlambatan diagnosis dan perawatan medis. Sebab, metode deteksinya masih menggunakan cara manual,’’ ujar laki-laki asal Banjarmasin itu.

Selama kuliah, dia juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika. Dalam aktivitas di UKM tersebut, banyak hal yang bisa dipelajari. Salah satunya internet of things (IoT) hingga deep learning.

’’Saya juga punya banyak pengalaman selama ikut UKM Robotika. Salah satunya dapat juara III pada ASEAN MATE Underwater Robot Competition 2017,” ujarnya.

Dimas mengaku, banyak hal positif yang diperoleh selama menjadi mahasiswa di usia yang terbilang muda. Tidak sedikit orang yang mengira masih mahasiswa baru. Hal itu justru menjadi hiburan sendiri di tengah penatnya tugas kuliah.

’’Kadang kalau penat belajar, saya juga melakoni hobi membaca buku sejarah dunia, biografi tokoh dunia, hingga mengikuti perkembangan militer dunia,’’ ungkapnya.

Menurut Dimas, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Meski masih usia muda, semangat belajar dan mencoba hal baru terus dilakukan. Selain itu, harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. ’’Ke depan saya ingin bekerja di bidang data analyst atau software engineering,’’ kata dia.GENERASI PEMBELAJAR: Haryanto (kiri) dinobatkan sebagai wisudawan tertua pada usia 61 tahun. Sedangkan Muhammad Dimas Nugroho Aryatama lulus sarjana pada usia 19 tahun.

 


Haryanto dan Dimas, Kisah Wisudawan Tertua dan Termuda ITS