Memanasnya Hubungan Tiongkok dan AS Picu Keresahan Para Akademisi

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Memanasnya Hubungan Tiongkok dan AS Picu Keresahan Para Akademisi


JawaPos.com – Memburuknya hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok ternyata sudah berpengaruh di dunia pendidikan. Para akademisi dan cendekiawan menyampaikan keresahan terkait hubungan politik antara kedua negara yang tak akur dan pengaruhnya pada proses dan anggaran riset.

Para profesor dari Yale, Amerika Serikat, menyuarakan keprihatinan tentang ketegangan yang dihadapi dalam dunia penelitian bersama dengan sesama akademisi Tiongkok. Pandemi virus Korona telah menghambat perjalanan antarnegara dan memperburuk masalah.

Sekitar 26 fakultas Yale bekerja sama dengan Tiongkok. Itu menurut data yang disediakan oleh Sekolah Kesehatan Masyarakat Yale. Menurut peneliti dan pakar Yale, perubahan kondisi saat ini membahayakan penelitian dan rencana masa depan mereka.

“Ini menjadi perhatian yang sangat besar, bagaimana menanggapi ketegangan dan tantangan saat ini,” kata Wakil Presiden Strategi Global Pericles Lewis seperti dilansir dari Yale Daily News.

“Area terbesar berkaitan dengan penelitian, terutama penelitian ilmiah karena beberapa lembaga pemerintah AS telah memasukkan persyaratan baru atau telah memberikan penekanan yang berbeda pada persyaratan lama tentang partisipasi dalam program penelitian bersama dengan entitas Tiongkok, universitas, dan perusahaan,” tegas Lewis.

Menurut Lewis, banyak penelitian dengan Tiongkok dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat. Peneliti saat ini menghadapi tantangan baik dalam urusan pendanaan dan mengartikan aturan-aturan  yang membingungkan.

Profesor sejarah Arne Westad menjelaskan universitas-universitas top Amerika telah menghabiskan satu setengah generasi terakhir untuk membangun hubungan dengan Tiongkok. “Tiongkok sangat penting di dunia, seperti yang diakui semua orang. Sangatlah penting bagi universitas untuk terus mendapat informasi tentang apa yang terjadi di Tiongkok,” kata Westad.

Sementara itu, Yale telah menjadi yang terdepan dalam upaya ini. “Ini adalah universitas dengan tradisi terpanjang di Tiongkok,” kata Lewis.

Dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Sten Vermund menjelaskan fakultas Yale tetap berkomitmen untuk berkolaborasi dengan kolega Tiongkok, tetapi tekanan pemerintah telah membatasi sumber pendanaan dan proyek bersama yang rumit. National Institutes of Health dapat memeriksa dan mempersulit permintaan hibah yang diajukan sehubungan dengan peneliti Tiongkok. Sementara mungkin tidak seperti itu untuk usulan kolaborasi dengan negara lain.

“Kongres dan Gedung Putih telah menekan NIH untuk tidak memberikan dana ke Tiongkok,” tambahnya.

Beberapa perusahaan sangat ketat jika penelitian yang dilakukan menyangkut tentang Tiongkok. “Jadi misalnya mereka akan mengatakan Anda harus melaporkan semua aktivitas internasional,” kata Lewis.

Tindakan keras AS terhadap kolaborasi dengan Tiongkok telah menyebabkan hilangnya dana bagi beberapa peneliti Tiongkok. Tetapi universitas tidak punya pilihan selain mengikuti semua arahan federal.

“Universitas harus semakin waspada untuk memastikannya melaporkan dengan benar,” kata Lewis.

Sebagai praktik umum, peneliti harus melaporkan setiap kolaborasi internasional dan mengisi formulir konflik kepentingan. Komite Kepatuhan dan Operasi Internasional Universitas telah bekerja erat dengan para peneliti untuk memastikan mereka mengikuti semua arahan federal.

Akademisi lainnya, profesor epidemiologi Yong Zhu juga mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, beberapa akademisi Tiongkok yang biasa mengunjungi universitas AS tidak bisa mendapatkan visa dari konsulat AS di Tiongkok. Dia tidak yakin apakah ini karena masalah virus Korona atau pengaruh politik.

Saksikan video menarik berikut ini:


Memanasnya Hubungan Tiongkok dan AS Picu Keresahan Para Akademisi