Legislator PAN: Sekarang ini Orang Dengar Pertamina Cuma dari Pak Ahok

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Legislator PAN: Sekarang ini Orang Dengar Pertamina Cuma dari Pak Ahok


JawaPos.com – Komisi VII DPR RI menyayangkan isu tak sedap yang menerpa PT Pertamina (Persero). Itu terkait penjualan keluar High Speed Diesel (HSD) ke Malaysia yang disebut-sebut dengan harga lebih rendah dibandingkan penjualan ke pasar domestik.

Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Andi Yuliani Paris melihat, kabar ini menyebar dengan tone negatif karena bagian Public Relation (PR) Pertamina kurang sigap. Semestinya, kata Andi, PR Pertamina bisa menjelaskan perkara ini sebelum ramai di publik.

“PR Pertamina itu lemah sekali. Artinya ketika ada hal seperti ini harus dijelaskan ke masyarakat. Sekarang ini orang cuma dengar Pertamina dari Pak Ahok saja. Padahal sebenarnya masyarakat menunggu penjelasan resmi dari Ibu Dirut,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII dan Pertamina, Senin (5/10).

Atas dasar itu, menurut Andi, agar keresahan publik tidak berlarut-larut semestinya Dirut Pertamina atau jajarannya yang berwenang bisa menjelaskan duduk masalahnya ke publik. “Saya melihat ini salah satu kekurangan dari Pertamina saat ini. Jadi, PR-nya harus lebih kuat lagi,” ucap Andi.

Senada, anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Golkar Ridwan Hisjam mengibaratkan, Pertamina selaiknya gadis cantik. Apapun kabar tentang Pertamina pasti bakal jadi sorotan publik.

“Yang namanya PR dari Pertamina ini memang harus tanggap terhadap isu yang ada. Karena setiap Pertamina isunya tampil, pasti jadi trending topic,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang menyampaikan, alasan perseroan mengekspor HSD ke Malaysia dengan harga lebih murah. Dia menjelaskan, opsi ekspor dipilih karena permintaan solar dalam negeri anjlok terdampak pandemi.

Pertamina pun telah mengoperasikan kilang dengan kapasitas minimum atau Turn Down Ratio 75 persen. Namun kapasitas produksi solar minimum inipun telah melewati kapasitas penampungan (storage).

Pada kondisi normal, permintaan solar mencapai 13,5 juta barel. Namun selama pandemi, atau kumulatif mulai April 2020, permintaan solar hanya 10,6 hingga 12,9 juta barel.

Menyetop operasi kilang bukan pilihan bijak lantaran akan menghentikan produksi lain di luar solar. “Maka guna menekan kerugian lebih besar, dilakukan penjualan ekspor solar,” terangnya.

Sementara itu, terkait harga yang lebih murah, Tallulembang menyampaikan, tentu harga jual HSD menyesuaikan harga pasar secara Free on Board (FoB). “Karena mengikuti mekanisme pasar, pada saat itu harganya seperti itu ya kami lepas sesuai harga pasar yang ada pada saat itu,” tukasnya.


Legislator PAN: Sekarang ini Orang Dengar Pertamina Cuma dari Pak Ahok