Sehari Hanya 2 Kasus Lokal, Singapura Yakin Bisa Nol Kasus Covid-19

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Sehari Hanya 2 Kasus Lokal, Singapura Yakin Bisa Nol Kasus Covid-19


JawaPos.com – Singapura terus berjuang untuk mengendalikan angka penularan Covid-19. Sejauh ini, kerja keras mereka telah membuahkan hasil. Meski masih waspada dengan beberapa kasus impor, namun penularan lokal berhasil dikendalikan. Rata-rata sehari hanya 2 kasus infeksi lokal. Artinya, warga Singapura di dalam negeri telah mematuhi segala tindakan pencegahan.

Selama dua minggu terakhir, Singapura secara konsisten mencatat hanya dua atau kurang infeksi Covid-19 dalam komunitas lokal setiap hari. Dan, jumlah rata-rata kasus harian di antara pekerja asing yang tinggal di asrama telah turun hingga di bawah 20 kasus. Ini adalah angka penurunan tajam dibandingkan dengan lima bulan lalu ketika jumlah korban harian gabungan mencapai 1.426 orang.

Angka resmi terbaru menunjukkan bahwa 99 persen dari hampir 58 ribu kasus telah dilaporkan pulih. Saat ini hanya 31 orang yang tersisa di rumah sakit. Sementara, 275 pasien dengan gejala yang lebih ringan diisolasi di fasilitas masyarakat.

Pakar kesehatan Singapura mengatakan angka-angka tersebut mengonfirmasi tren penularan telah turun. Dan, kabar baiknya, Singapura segera mengumumkan pelonggaran untuk meningkatkan aktivitas ekonomi yang sempat resesi.

Seorang spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Leong Hoe Nam, mengatakan keberhasilan Singapura memerangi pandemi itu karena disiplin dan patuh dalam menjaga jarak sosial dan mengenakan masker. Kampanye penggunaan masker terus digemakan.

“Masker harus selalu digunakan dan ternyata efektif mencegah virus,” ungkap Leong seperti dilansir dari South China Morning Post.

Leong berani memprediksi infeksi Covid-19 di Singapura bakal mencapai nol kasus dalam dua hingga empat minggu ke depan. Namun, dia tetap memperingatkan agar jangan lengah seiring mulai diizinkannya lebih banyak pengunjung atau pendatang dari luar negeri untuk aktivitas pertemuan dan konferensi.

Pengunjung atau pendatang asing yang datang harus menggunakan aplikasi pelacakan kontak. Mereka diizinkan untuk berinteraksi dengan orang lain, tetapi hanya dalam kelompok yang ditunjuk dari 50 orang. Leong mengatakan bahwa pengunjung asing bersama dengan warga Singapura dan penduduk tetap yang kembali ke negara itu, berisiko besar menularkan Covid-19. Mereka menjadi salah satu dari dua kelompok utama yang harus diawasi di samping pekerja asing.

“Jika kita mengisolasi dua kelompok ini, risiko wabah menyebar akan semakin kecil,” ujarnya.

Mulai Senin lalu, pemerintah Singapura mulai mengizinkan lebih banyak karyawan untuk kembali ke bekerja di kantor. Kegiatan terkait pekerjaan, seperti konferensi, seminar, dan rapat umum tahunan juga diizinkan. Meski begitu Kementerian Kesehatan telah menjelaskan bahwa aturan ketat harus dipatuhi. Termasuk kapasitas maksimal 50 peserta di acara tersebut, dengan makanan dan minuman disajikan seperlunya

Akhir pekan ini diharapkan pembatasan pertemuan keagamaan dan resepsi pernikahan dapat dikurangi. Yakni 100 orang diizinkan mengikutinya. Jumlah itu naik dari batas 50 orang sebelumnya, meski pertemuan tersebut masih terikat pada peraturan jarak sosial.

Meski begitu, para ahli Singapura tetap mengingatkan agar masyarakat berhati-hati. Sehingga bisa mempertahankan tidak adanya infeksi harian baru untuk jangka panjang.

“Angka penularan rendah merupakan indikasi bahwa epidemi Covid-19 di Singapura benar-benar terkendali, termasuk di asrama pekerja migran,” ungkap profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di National University of Singapore (NUS), Hsu Li Yang.

Sementara itu, Dr Jeremy Lim, juga dari institusi yang sama, mengatakan bahwa sangat penting bagi Singapura untuk mempertahankan kewaspadaan ketika penguncian kembali dibuka. “Singapura harus konsisten pada pelacakan kontak, pengujian cepat, isolasi, sehingga ketika wabah komunitas muncul, kami sepenuhnya siap,” beber Lim.

Singapura disebutnya telah membayar mahal untuk menurunkan tingkat kasus harian. Pada April, Singapura memberlakukan semi lockdown atau pemutus sirkuit setelah lonjakan infeksi sangat signifikan di antara pekerja asing. Singapura menutup sekolah, toko ritel dan sebagian besar tempat kerja, dan melarang makan di restoran.

Sejauh ini aturan pembatasan kontak sosial masih diterapkan. Seperti makan di restoran berkelompok hanya diizinkan lima orang atau kurang. Sementara itu, gerai makan dan minum dilarang melayani penjualan minuman alkohol setelah pukul 22.30.


Sehari Hanya 2 Kasus Lokal, Singapura Yakin Bisa Nol Kasus Covid-19