Merasakan Wisata Rakyat Sentra Ikan Romokalisari Floating Market

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Merasakan Wisata Rakyat Sentra Ikan Romokalisari Floating Market


Sentra Ikan Romokalisari (SIR) Floating Market baru diresmikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (sekarang menteri sosial) pada 10 Desember 2020. Meski baru seumur jagung, tempat itu cukup ramai dikunjungi wisatawan. Wisata naik perahu mengelilingi Pulau Galang menjadi primadona.

UMAR WIRAHADI, Surabaya

DINDA Nurma Salsabila begitu menikmati perjalanan wisatanya kemarin pagi (24/1). Sejak menaiki perahu dari dermaga, Dinda tak henti-hentinya berbicara.

Bocah 8 tahun itu menanyakan apa saja yang dilihatnya selama di perjalanan. Mulai ikan yang berloncat-loncatan di permukaan air, burung-burung yang terbang rendah, hingga hutan mangrove yang tumbuh lebat di sepanjang perjalanan. ’’Wow, pokoknya asyik banget,’’ coloteh Dinda kegirangan.

Bukan cuma bocah itu yang tertarik. Nenek Dinda bernama Nurul Hikmah, 60, tak mau ketinggalan. Ikut bertanya banyak hal kepada nakhoda yang mengendarai perahu wisata itu.

’’Saya penasaran dengan pulau yang banyak ditumbuhi mangrove itu,’’ ujar Nurul Hikmah.

Yang dimaksud Nurul adalah Pulau Galang. Sebuah pulau yang letaknya bersisian dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Ya, gugusan Pulau Galang itu menjadi menu utama wisata perahu di Sentra Ikan Romokalisari. Tentu saja selain hamparan pantai di Teluk Lamong.

Untung saja, Ilyas Iskandar yang menjadi pemandu wisata susur pantai itu dengan cekatan menjawab. Ilyas menceritakan bahwa Pulau Galang memiliki luas 17 hektare. Pulau itu adalah tanah timbul yang terbentuk dari sedimentasi delta Kali Lamong selama puluhan tahun. Kini Pulau Galang menjadi habitat aneka jenis burung pantai. Termasuk aneka jenis kepiting. ’’Kalau air laut sedang surut, banyak nelayan ke sini cari kepiting,’’ tutur Ilyas.

Layaknya peneliti konservasi, dia dan beberapa nelayan di tempat itu pernah melakukan penelusuran di Pulau Galang. Hasilnya, di dalam pulau tanpa penghuni tersebut banyak ditemukan aneka burung pantai. Sedikitnya ada 11 jenis burung. Di antaranya, burung kuntul kerbau. Istilah Latinnya disebut Bubulcus ibis. Ada juga jenis kuntul kecil (Egretta garzetta), blekok sawah (Ardeola speciosa), kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), bambangan hitam (Dupetor flavicollis), kowak malam merah (nycticorax caledonicus), raja udang biru (Alcedo coerulescens), cekakak (Todirhampus sp.), merbah cerucuk (Pycnonotus guaivier), kipasan belang (Rhipidura javanica), serta remetuk laut (Gerygone sulpurea).

’’Temuan kami ini juga sesuai dengan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh beberapa lembaga dan mahasiswa,’’ tuturnya.

Menurut dia, tidak ada yang tahu pasti sejak kapan Pulau Galang terbentuk. Namun, berdasar dokumen Badan Informasi Geospasial (BIG) LIPI, gugusan Pulau Galang mulai terbentuk pada 1960-an. Namun, wujudnya masih sedikit. Belum seluas saat ini.

Pada 2014, Pulau Galang juga pernah menjadi objek perebutan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Awalnya, ada beberapa warga Gresik yang mengakui pulau itu dan menjualnya ke sebuah perusahaan. Namun, melalui Surat Penegasan Dirjen Pemerintahan Umum Kemendagri Nomor 590/227 tertanggal 18 Juni 2014, proses jual beli itu batal demi hukum dan sertifikatnya harus dicabut. Kini status pengelolaan Pulau Galang diserahkan ke Pemprov Jatim alias status quo. ’’Intinya, pulau ini sekarang di bawah kewenangan Pemprov Jatim. Kami sebagai warga siap menjaga konservasi untuk kelestarian lingkungan,’’ imbuh pria 46 tahun itu.

Ketua RT 05, RW 02, Rusunawa Romokalisari, M. Mansyur menceritakan, wisata perahu memang paling diminati pengunjung. Saat ini sedikitnya ada enam perahu yang dikelola dua kelompok usaha bersama (KUB). Yaitu, KUB Fajar Nelayan dan KUB Bahari Sejahtera. ’’Perahu yang dioperasikan ini semua milik nelayan,’’ tutur Mansyur.

Perahu tersebut biasa dipakai mengangkut para wisatawan saat akhir pekan. Yaitu, Sabtu dan Minggu. Sebab, wisatawan cukup ramai ketika akhir pekan. Namun pada hari biasa, perahu itu kembali dimanfaatkan nelayan untuk menangkap ikan. ’’Karena perahu masih dipakai nelayan buat menangkap ikan, jadi mengganggu kenyamanan pengunjung. Pasti kan perahunya bau amis,’’ ujarnya, lalu tertawa.

Baca Juga: Kepincut Bunga Bank Lebih Besar, Rp 3 Miliar Justru Hilang

Ketua Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Kecamatan Benowo Jakfar Syodik meminta pemerintah memberikan perhatian lebih pada pengelolaan SIR. Salah satunya, menyumbangkan perahu wisata yang disesuaikan dengan standar operasional prosedur kepariwisataan. ’’Kalau cuma mengandalkan perahu nelayan, kan sangat terbatas. Juga tidak sesuai standar dan kenyamanan pengunjung,’’ imbuhnya.

Jika ada perahu yang lebih bagus, pengunjung akan nyaman. Ujung-ujungnya, wisatawan yang datang juga bakal semakin meningkat. ’’Harapan kami seperti itu,’’ kata ayah dua anak itu. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Merasakan Wisata Rakyat Sentra Ikan Romokalisari Floating Market