Kisah Surabaya-Sidoarjo Peduli Kucing Domestik, Merawat Yang Teraniaya

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kisah Surabaya-Sidoarjo Peduli Kucing Domestik, Merawat Yang Teraniaya


Terbentuknya Komunitas Surabaya Sidoarjo Peduli Kucing Domestik (S2PKD) tidak sekadar untuk merawat kucing-kucing telantar. Komunitas itu sekaligus bentuk berbagi kepada sesama makhluk hidup.

ROBBY KURNIAWAN, Surabaya

Sepasang kaki belakang Po tidak bisa berjalan dengan normal. Sedikit tersandung-sandung dan terseret-seret. Walau begitu, dia tetap berkeliaran, bahkan sering bermain dengan pemiliknya, Yana Heksa. Kucing jenis red marble itu mengalami cacat fisik. Ada kelainan pada saraf tulang belakangnya.

Kelainan tersebut terjadi karena Po ditabrak mobil di sekitar Tulangan, Sidoarjo. Tubuhnya berlumuran darah dan dua kaki belakang terluka. Untung, masih ada orang yang peduli pada kucing malang itu.

Ia dipelihara seorang penjaga warkop, lalu dikasihkan kepada Yana hingga sekarang.

Kemarin (6/11) ketua Komunitas S2PKD itu membawa Po ke dokter hewan di Perumahan Puri Indah, Suko. Untuk mengobati saraf tulang belakangnya, ia mendapat terapi akupunktur laser dua kali seminggu. ”Akupunktur ini bertujuan untuk memperlancar aliran pembuluh darah Po. Rasa sakit biasanya timbul karena aliran darah yang tersumbat,” jelas drh Dewa Ayu Putu Arie SS.

Yana mengaku ada perasaan luar biasa ketika membantu kucing-kucing telantar tersebut kembali sehat. Menurut dia, kucing juga makhluk hidup yang harus ditolong. ”Dalam hidup, saya ingin memberi makna tersendiri. Saling memberikan bantuan. Tidak saja ke sesama manusia. Tapi, ke semua makhluk hidup,” ujarnya.

Po bukanlah satu-satunya kucing yang ditolong. Yana menyebut ada 15 ekor kucing. Kucing-kucing tersebut mengalami kemalangan karena beragam kasus. Mulai penyakit epilepsi, diabetes, hingga lumpuh. ”Saya pelihara semampunya,” katanya.

Atas dasar kepeduliannya kepada kucing, Yana membentuk komunitas Surabaya Sidoarjo Peduli Kucing Domestik (S2PKD) pada 2014. Hingga sekarang ada ribuan anggota yang tergabung dalam komunitas tersebut. Melalui S2PKD, warga asal Kecamatan Candi itu berbagi edukasi tentang pemeliharaan kucing.

Yana menyampaikan, saat ini komunitas tidak hanya berfokus pada pertolongan kucing telantar. Namun, juga pengurangan kasus kekerasan pada kucing. Menurut dia, tak semua orang suka kucing. Kucing juga biasa menjadi pelampiasan kekerasan. ”Kadang ditendang, kadang juga diberi makan racun,” tuturnya.

Penyebabnya satu. Populasi kucing begitu cepat. Sekali melahirkan, kucing bisa beranak hingga empat ekor. ”Karena banyak, tetangga jadi risi dan ngomel. Kekerasan pada kucing pun terjadi,” ujarnya.

Karena itu, S2PKD mempunyai program kucing steril. Artinya, alat reproduksinya diangkat sehingga dapat menekan populasi. Yana menyatakan, kucing mudah berahi dalam usia tertentu. Jika tidak segera dikawinkan, ia akan terus mengeong dan gerakannya lebih agresif. ”Tentu mengganggu orang lain,” katanya.

Sebaliknya, sterilisasi dapat membuat kucing lebih sehat, tenang, dan gemuk. Karena tidak berahi, kucing cenderung di rumah terus. Dia tak lagi keluyuran. ”Program ini sudah berjalan. Dan syukur, banyak pemilik kucing rumahan yang peduli untuk sterilisasi,” tuturnya.

Pada awal pandemi ini, Yana mengaku jumlah kucing yang ditinggalkan pemiliknya semakin banyak karena terkendala biaya perawatan. Akhirnya, dia berinisiatif memberikan diskon untuk makanan kucing sebagai bentuk kepedulian. ”Cinta kucing sangat boleh. Tapi, jangan memaksakan diri. Berani adopsi berarti berani juga memelihara sekaligus merawatnya,” katanya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Kisah Surabaya-Sidoarjo Peduli Kucing Domestik, Merawat Yang Teraniaya