Prihatin Suami Bawa Pulang Rp 50 Ribu, Istri Pulang ke Rumah Orang Tua

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Prihatin Suami Bawa Pulang Rp 50 Ribu, Istri Pulang ke Rumah Orang Tua


Di tengah pandemi, Komunitas Tabungan dan Donasi (Tandon) yang beranggota para driver ojek online (ojol) tetap berupaya menyisihkan sebagian rezekinya. Uang yang terkumpul dari hasil iuran sukarela tersebut diberikan kepada ojol lain yang lebih membutuhkan.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

MATA Ismail berkaca-kaca ketika didatangi pengurus Tandon Kota Surabaya pertengahan Oktober lalu. Penyandang disabilitas yang bekerja sebagai driver ojol itu terharu ketika menerima bantuan dari Komunitas Tandon. Dia tidak henti-hentinya mengucap rasa syukur atas bantuan tersebut.

Ismail selama ini memang menjadi tulang punggung keluarga. Sulung di antara tiga bersaudara itu harus merawat orang tuanya yang sudah berusia lanjut. Juga, membiayai pembelajaran daring (dalam jaringan) adiknya yang masih sekolah. Adik pertamanya sudah bekerja. Penghasilannya sebagai driver ojol sejatinya lumayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, karena pandemi, ordernya menurun drastis.

Biasanya, Ismail bisa membawa 20−30 penumpang sehari. Pada April lalu, penghasilannya dari mengantar penumpang turun drastis. Saat itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya baru menerapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) untuk menekan persebaran Covid-19.

Ketika PSBB diterapkan, aplikasinya semakin jarang menerima order penumpang. Dalam sehari, dia paling banyak hanya mendapat lima penumpang. Hal itu berdampak cukup signifikan terhadap penghasilannya sehari-hari. ”Bingung waktu itu karena tidak ada pekerjaan lain. Akhirnya, sempat pinjam ke beberapa teman,” kata warga Jalan Jati Purwo, Kecamatan Kenjeran, itu.

Untungnya, ada bantuan dari pengelola aplikasi bagi sebagian driver ojol. Juga, dari pemerintah untuk warga kurang mampu terdampak pandemi. Hal itu cukup meringankan beban ekonominya yang benar-benar drop selama pandemi ini.

Awal Oktober lalu, aplikasinya tiba-tiba tak bisa digunakan. Dia pun tidak bisa bekerja optimal. Setelah dicek, ternyata ada orang yang meretasnya. Ismail segera melaporkan masalah tersebut kepada pengelola aplikasi untuk dibenahi. ”Sudah bisa. Tapi, tetap saja sepi orderan sehari-hari,” katanya.

Pertengahan Oktober, Ismail mengaku dikabari Hasan, pengurus komunitas driver ojol wilayah Surabaya Utara. Katanya, ada Komunitas Tandon yang akan berkunjung ke rumah. Dia pun memberikan alamat lengkapnya. ”Saya tidak tahu kalau mau diberi bantuan. Saya kira mau diajak gabung,” terangnya.

Ismail tidak mau menyebut nominal yang diberikan Komunitas Tandon. Yang jelas, dia sangat bersyukur. Dengan adanya bantuan tersebut, beban ekonominya terbantu. ”Saya hanya bisa berterima kasih. Ini bisa buat beli beras, buat makan bapak, ibu, dan adik saya,” ucapnya.

Bukan hanya Ismail yang benar-benar merasa bersyukur karena mendapat bantuan dari Komunitas Tandon. Sohib (bukan nama sebenarnya) juga merasa benar-benar terbantu. Sebab, gara-gara pandemi Covid-19, sang istri kabur dari rumah dan pulang ke rumah mertuanya di Madura.

Sohib mengaku benar-benar merasakan jatuh selama pandemi ini. Bukan hanya kondisi ekonomi, keluarganya juga nyaris berantakan karena masalah keuangan. ”Saya dianggap laki-laki tidak bertanggung jawab. Yo opo Mas, sehari cuma bawa pulang uang Rp 50 ribu opo yo cukup. Sedih Mas, bingung mau bagaimana,” kata bapak dua anak itu.

Karena tidak kuat, istrinya memutuskan pulang ke Madura. Sohib bingung harus mengeluh kepada siapa. Akhirnya, dia curhat kepada Hasan. Oleh Hasan, masalah yang dialami Sohib disampaikan kepada teman-teman Komunitas Tandon. ”Kami tahu betul bagaimana kondisinya. Akhirnya, kami beri bantuan sebagai motivasi,” kata Djainuri alias Mansur, pengurus Komunitas Tandon.

Mansur mengaku banyak rekan sejawatnya sesama driver ojol yang sedang mengalami kesusahan selama pandemi ini. Karena banyak warga yang takut menggunakan transportasi umum termasuk ojol, pendapatan driver benar-benar turun drastis.

Komunitas Tandon sejatinya sudah berdiri satu tahun. Namun, uang yang terkumpul dari hasil iuran bulanan selama ini memang tidak sebesar saat sebelum pandemi. Mansur tidak mau menyebutkan nominalnya. ”Yang jelas, ada sedikit untuk meringankan beban teman-teman sesama driver ojol,” katanya.

Di Komunitas Tandon, anggotanya rata-rata hanya menggantungkan hidup dari ojol. Hampir tidak ada yang punya pekerjaan lain. Karena itu, tidak ada batas maksimal atau minimal uang iuran yang harus dibayarkan. Itu semua dilakukan berdasar asas kekeluargaan dan sukarela.

Nah, agar uang yang terkumpul bisa bertambah, Komunitas Tandon memiliki program pengelolaan iuran anggota. Jadi, uang yang terkumpul dipakai untuk membuat merchandise. Mulai kaus, topi, hingga jaket. Merchandise tersebut dijual kepada para driver dan masyarakat umum. ”Ada untungnya, dikumpulkan lagi. Kalau ada yang membutuhkan, kami ambil untuk disumbangkan. Jadi, uangnya tidak berhenti dan diam. Muter terus duite,” terangnya.

Pria 43 tahun itu mengaku pandemi Covid-19 ini memang benar-benar dirasakan dampaknya oleh semua driver ojol. Karena itu, bantuan uang yang selama ini diberikan kepada para driver yang sakit dialihkan untuk driver ojol yang mengalami kesulitan ekonomi.

”Karena kita sama-sama merasakan. Tapi, antara driver ojol yang satu dan yang lain tentu pendapatannya tidak sama. Ya, prinsipnya saling melengkapi, saling membantu,” papar warga Tambak Segaran, Kecamatan Tambaksari, itu.

Pembina Komunitas Tandon yang juga ketua Satgas URC (Unit Reaksi Cepat) Ojol Surabaya Agus Bandrio mengatakan bahwa pembentukan komunitas tersebut merupakan inisiatif para driver. Tidak ada campur tangan penyedia aplikasi maupun pihak lain dalam kegiatan-kegiatannya.

Meski demikian, pihak penyedia aplikasi ikut membantu kegiatan komunitas yang diurus 20 orang tersebut. Harapannya, kehidupan para driver ojol tetap bisa berjalan dengan normal di tengah pandemi ini. ”Kita mau menyalahkan siapa? Kondisi ini (pandemi, Red) dialami oleh hampir semua negara. Jadi, memang harus saling bantu agar tetap bisa survive,” tuturnya.

Agus mengatakan, para driver yang notabene menggantungkan hidup dari ojol memang mengalami masa-masa sulit saat ini. Order sepi. Masyarakat memilih membawa kendaraan sendiri. Trafik penggunaan jasa transportasi online benar-benar menurun drastis. ”Penurunannya 50 persen lebih, Bos. Di situlah peran komunitas sangat penting karena kami yang di komunitas ini bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Jadi, ayo bersama-sama berjuang melewati masa sulit ini bersama-sama,” jelasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Prihatin Suami Bawa Pulang Rp 50 Ribu, Istri Pulang ke Rumah Orang Tua