Adhihayu Arcci, Mengenalkan Pengobatan Tradisional India Ayurveda

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Adhihayu Arcci, Mengenalkan Pengobatan Tradisional India Ayurveda


Adhihayu Arcci Maharddhika secara khusus mempelajari ayurveda di sebuah kampus di India. Saat ujian, dia harus mati-matian memahami bahasa Sanskerta.

RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya

Hampir setiap hari, Arcci meluangkan waktu untuk memijat sang ibu. Baluran minyak kelapa hangat membantu pijatan ringan tersebut, dilanjut dengan kompres handuk hangat. Terapi ringan itu salah satu cara Arcci membantu sang ibu terlepas dari obat penghilang rasa sakit. Maklum, sang ibu memang sudah berumur dan masih melakukan banyak aktivitas fisik yang berat. Lutut bengkak dan nyeri sering menghantui.

”Saat ibu akhirnya tidak konsumsi obat penghilang rasa sakit, rasanya senang sekali,” ucapnya.

Selain pijatan ringan, Arcci juga memastikan sang ibu duduk di kursi yang tidak terlalu tinggi. Posturnya juga harus diperbaiki, apalagi saat mengangkat barang dan naik sepeda. Terapi tersebut adalah hasil yang dipelajarinya sebagai seorang ayurvedic, pelaku pengobatan tradisional khas India.

Ayurveda dikenal sebagai salah satu metode pengobatan tertua di dunia. Berasal dari India, metode itu meyakini bahwa kesehatan manusia dipengaruhi keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa.

Sistem perkuliahan ayurveda setara dengan kedokteran modern di Indonesia. Arcci juga harus menjalani kuliah selama 4,5 tahun. Ada pula masa magang atau internship selama satu tahun. ”Praktiknya juga di klinik primer atau di sini setara puskesmas dan di rumah sakit umum dan ayurveda,” jelas alumnus ALN Rao Memorial Ayurvedic Medical College, Karnataka, India, itu.

Ayurveda memetakan banyak hal. Sebelum menyelesaikan gejala yang diderita, dokter ayurvedic mesti tahu detail tubuh dan kehidupan seseorang. Unsur pembentuk tubuh atau disebut sebagai prakruti dibagi menjadi vata (angin), pitta (api), dan kapha (tanah air).

Masing-masing orang memiliki unsur berbeda, yang kemudian menentukan penanganannya. Contohnya Arcci sendiri. Melalui tes spesifik, Arcci diketahui punya prakruti dominan kapha. ”Karakternya, pencernaan dan metabolisme saya lambat sekali sehingga mudah kembung dan sering sembelit,” ucapnya.

Pola hidup yang disarankan adalah makan dengan porsi sedikit, makanan disajikan panas dan berbumbu, dan mengurangi susu maupun produk turunannya. ”Juga menghindari makanan yang menambah unsur kapha atau tanah air itu sendiri,” jelasnya.

Di antaranya, makanan manis, dingin, asam, berminyak, dan yang berprotein tinggi. Buah pisang dan nanas juga termasuk menu yang harus dikurangi Arcci.

Perempuan 34 tahun tersebut juga sering sekali batuk. Terutama saat memasuki musim hujan. Hal itu ternyata berkaitan dengan unsur kapha pada tubuhnya yang tak cocok dengan lingkungan atau cuaca dingin dan basah.

Untuk itu, Arcci tidak lagi mandi dengan air dingin. Minuman harus hangat setiap waktu. ”Tidur mesti pakai kaus kaki. Makan juga yang pedas biar hangat,” ucapnya, lantas tertawa.

Mempelajari ayurveda terasa begitu rumit. Banyak printilan yang mesti dipahami dari kitab ayurveda.

Apa yang membuat Arcci kecemplung pada bidang tersebut? Arcci sebenarnya tak tahu banyak tentang ayurveda sebelum mendengar kesempatan beasiswa di India. Kecintaan Arcci dan keluarga terhadap pengobatan tradisional yang membuatnya tertarik lebih jauh.

Minum jamu sudah menjadi kebiasaan neneknya. Setiap hari ada jamu kunyit asem, beras kencur, temulawak, hingga sambiloto. Begitu pula orang tuanya. Mulai perut kembung, batuk berdahak, hingga luka terkena pisau saat memasak, semuanya dibereskan dengan obat tradisional. ”Wedang jahe, empon-empon, semua pasti ada di rumah,” ungkap perempuan kelahiran Denpasar itu.

Meski sudah terbiasa dengan obat tradisional, Arcci tetap saja melongo saat belajar ayurveda. ”Seperti masuk ke dunia baru,” katanya.

Salah satunya disebabkan kitab ayurveda yang berbahasa Sanskerta. ”Jadi, kita mesti belajar bahasanya juga. Persiapan final exam itu ampun banget sih!” ujarnya.

Versi terjemahan bahasa Inggris memang ada. Begitu pula bahasa lokal India. Namun, artinya sering kali tidak pas. Mau tidak mau, Arcci juga mesti belajar. Apalagi panduan ramuan berasal dari sana. ”Berapa gram, dengan bahan tradisional apa saja, itu kita mengikuti panduan kitab,” ungkapnya.

Mempelajari ayurveda justru membuat Arcci merenung. ”Iri gitu, kenapa pengobatan tradisional Indonesia sendiri tidak ajeg dan terkenal macam ayurveda ini,” imbuhnya.

Tak jarang, satu kasus yang dipelajari Arcci di kampus langsung dikaitkan dengan kondisi di Indonesia. Apakah bisa dipraktikan atau tidak ya?

Memang bahan-bahan yang digunakan berbeda. Ada bahan-bahan yang hanya terdapat di India. ”Tantangan penyesuaiannya di situ. Jadi, harus cari tanaman obat pengganti yang sifat dan khasiatnya sama di Indonesia,” ucapnya.

Namun, banyak pula bahan yang serupa. Misalnya, jahe, kunyit, pegagan, merica, dan banyak lagi.

Arcci juga terbantu oleh banyaknya penelitian tentang khasiat tanaman obat. ”Jadi, saya juga lebih mudah mengenalkan ayurveda,” imbuhnya.

Perempuan berkacamata itu mengakui, titel asal India membuat ayurveda dikaitkan pada agama tertentu. Padahal, ayurveda lebih banyak melihat kondisi tubuh dan lingkungan.

Sekarang Arcci mulai menangani keluarga dan teman-teman sekitar yang mengalami gangguan kesehatan. ”Masih yang ringan-ringan, seperti nyeri, batuk, insomnia. Karena mereka cenderung lebih ke kepo, memang ayurveda itu bagaimana sih,” ujarnya. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Adhihayu Arcci, Mengenalkan Pengobatan Tradisional India Ayurveda