PDB 2021 Ditarget Tumbuh 5 Persen, Prediksi World Bank 3-4,4 Persen

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

PDB 2021 Ditarget Tumbuh 5 Persen, Prediksi World Bank 3-4,4 Persen


JawaPos.com – Dalam publikasi terbaru bertema From Containment to Recovery yang dirilis baru-baru ini, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 akan berada pada rentang -2 persen sampai dengan -1,6 persen. Ini merupakan pertumbuhan negatif pertama kali dalam dua dekade terakhir.

Publikasi ini sekaligus merevisi perkiraan World Bank sebelumnya, yang dirilis Juni lalu, sebesar 0 persen. “Secara umum, outlook Bank Dunia ini masih sejalan dengan asesmen pemerintah terkini yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam rentang -1,7 persen dan -0,6 persen,” jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, Selasa (29/9).

Di samping World Bank, beberapa institusi internasional lainnya juga telah menyampaikan outlook perekonomian Indonesia 2020 terkini, yakni Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) dengan perkirakan sebesar -1 persen, dan OECD sebesar -3,3 persen.

Bank Dunia menilai berbagai faktor akibat eskalasi pandemi Covid-19, seperti pembatasan mobilitas, peningkatan risiko kesehatan, dan pelemahan ekonomi global telah memberikan tekanan terhadap permintaan domestik, baik aktivitas konsumsi maupun investasi. Di sisi lain, kondisi permintaan domestik yang masih relatif lemah tersebut menahan indikator makro lainnya tetap terjaga, yakni inflasi sebesar 2,1 persen dan defisit neraca transaksi berjalan sekitar 1,3 persen terhadap PDB.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021-2022 akan melalui proses pemulihan meskipun masih dibayangi risiko dan tantangan terkait keberhasilan penanganan pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi pada 2021 diprediksi berada dalam rentang 3 persen sampai dengan 4,4 persen. Sedangkan pada 2022 diprediksikan di angka 5,1 persen.

Baca juga: Sah! Berikut Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2021

“Angka perkiraan tersebut mempertimbangkan adanya dampak baseline yang rendah, serta adanya penurunan potensi pertumbuhan -0,6 poin persentase (percentage point) dibandingkan kondisi sebelum pandemi, konsekuensi dari investasi dan produktivitas yang lebih rendah,” kata Febrio.

Di samping indikator ekonomi, Bank Dunia juga menunjukkan asesmen indikator kesejahteraan, khususnya angka kemiskinan ekstrem yang diproyeksi kembali meningkat untuk pertama kalinya sejak 2006. Kemiskinan ekstrem meningkat dari 2,7 persen pada 2019 menjadi 3 persen pada 2020 (berdasarkan garis kemiskinan USD 1,9 per kapita per hari – 2011 PPP).

Sedangkan ambang batas tingkat kemiskinan USD 3,2 dan tingkat kemiskinan USD 5,5 (Paritas Daya Beli/PPP) tidak digunakan oleh BPS untuk mengukur kemiskinan karena pendekatan yang dipakai oleh BPS adalah kemampuan penduduk dalam pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Needs Approach).

Menurut rilis BPS, Covid-19 telah menyebabkan angka kemiskinan naik menjadi 9,8 persen pada Maret 2020. Angka kemiskinan ini mengembalikan level kemiskinan Indonesia seperti pada dua tahun silam.

Bank Dunia menekankan pentingnya upaya mitigasi pemerintah mengatasi lonjakan angka kemiskinan tersebut. “Sebagai respons pemerintah, mayoritas masyarakat kelompok 40 persen pendapatan terendah telah mendapat dukungan pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), baik dalam bentuk Jaring Pengaman Sosial (JPS), bantuan/pembiayaan usaha, maupun subsidi listrik,” tambah Febrio.

Dia menjelaskan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 203,9 triliun atau sekitar 0,9 persen terhadap PDB untuk JPS. Bantuan ini bahkan tidak hanya menyasar masyarakat 40 persen terbawah namun juga kelas menengah yang terdampak melalui berbagai program, seperti Program Kartu Prakerja dan Program Padat Karya.

Hify Survey yang dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa terdapat 90 persen dari masyarakat 40 persen terbawah yang telah mendapatkan setidaknya satu jenis bantuan. Pemerintah menyadari bahwa implementasi program JPS perlu dilakukan secara optimal, tepat sasaran dan cakupan memadai untuk melindungi masyarakat miskin dan rentan.

Menanggapi publikasi Bank Dunia tersebut, pemerintah memandang hal ini sebagai catatan dan masukan penting dalam upaya mendorong efektivitas implementasi dan evaluasi program pemulihan ekonomi nasional baik dalam penanganan pandemi maupun implementasi program-program dukungan pemerintah terhadap masyarakat dan dunia usaha.


PDB 2021 Ditarget Tumbuh 5 Persen, Prediksi World Bank 3-4,4 Persen