Suka Duka Satgas Pos Indonesia Layani Pencairan Bantuan Sosial Tunai

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Suka Duka Satgas Pos Indonesia Layani Pencairan Bantuan Sosial Tunai


Pencairan bantuan sosial tunai (BST) di Kota Surabaya memasuki tahap keempat. Banyak suka duka yang dialami petugas PT Pos Indonesia selama pencairan bantuan. Meski menghadapi banyak tantangan, mereka tetap bersabar. Semua semata-mata menjalankan tugas negara.

EKO HENDRI SAIFUL, Surabaya

”Ibu Sumiati dicari suaminya. Segera merapat ke stan suara,” kata salah seorang petugas PT Pos Indonesia lewat pengeras suara. Kata-kata itu berkali-kali diucapkan. Namun hingga 15 menit, tak ada satu orang pun yang datang memenuhi panggilan tersebut.

Ada ribuan orang di aula Kantor Pos Kebonrojo yang mendengar teriakan petugas. Mereka tidak berusaha membantu untuk mencari nama yang dipanggil. Justru ada sebagian orang yang meledek petugas dan ikut-ikutan memanggil

”Tugas kami memang tidak saja memberi pengumuman atau memanggil warga yang mendapat giliran. Namun, juga mencari orang hilang,” kata Ronny, salah seorang petugas PT Pos Indonesia, lantas tertawa.

Menurut pria berusia 48 tahun itu, sebagian masyarakat Surabaya masih malu-malu dan tak percaya diri datang ke kantor pos. Mereka mengajak keluarganya untuk ikut mengambil bantuan.

”Bahkan, ada yang mengajak anak dan istrinya. Kantor Pos jadi penuh sesak,” tambah Ronny. Apa yang dikatakan pria tersebut memang sulit dimungkiri. Suasana ramai terlihat saat pembagian BST untuk Kelurahan Morokrembangan di Kantor Pos Kebonrojo Senin (31/8).

Saat itu, ada 4.500 keluarga penerima manfaat (KPM) yang dijadwalkan mengambil BST. Yang datang seharusnya sesuai angka tersebut. Kenyataannya, jumlah pengunjung yang ke kantor pos lebih dari 4.500 orang.

Kursi yang disediakan panitia terpakai semua. Banyak penerima bantuan yang mengajak keluarga untuk pergi ke kantor pos. Mereka antre bersama menunggu pencairan bantuan.

Kondisi serupa terjadi di Terminal Wisata Ampel (TWA) pada hari yang sama. Di lokasi tersebut juga dilakukan pencairan BST. Di sana warga lebih tidak tertib lagi. Kursi yang sebelumnya ditata rapi petugas diubah susunannya oleh warga yang datang. Muncul kesan semrawut. Sebab, sebagian warga tak sabar. Mereka berdesak-desakan untuk mengambil bantuan lebih awal.

Padahal, PT Pos Indonesia sudah menyiapkan skema untuk mengatur KPM. Ada perbedaan jam pengambilan. Penerima bantuan tidak bisa mengambil seenaknya sendiri. Data terkait waktu pengambilan sudah dipegang petugas.

”Pembagian masker gratis saja antrenya luar biasa. Apalagi ini uang tunai,” kata Kepala Kantor Pos Kota Surabaya Dino Ariyadi. Pria itu selalu mengingatkan anak buahnya untuk bersabar. ”Pokoknya, saya melarang petugas untuk marah-marah. Kami berupaya menasihati masyarakat secara halus,” tambah Dino.

Dia mengaku sempat geregetan saat melihat aksi desak-desakan dari penerima bantuan. Sebab, perilaku tersebut menyalahi protokol kesehatan. Salah satunya physical distancing. Aksi desak-desakan mendorong persebaran virus yang bisa berdampak buruk bagi petugas dan masyarakat itu.

Menurut Dino, instansinya telah membentuk satuan tugas (satgas) untuk kelancaran pembagian BST. Anggotanya 200 orang. Mereka merupakan petugas PT Pos Indonesia yang bekerja di wilayah Surabaya.

Para anggota satgas memiliki tanggung jawab berbeda-beda. Tidak saja fokus verifikasi. Ada yang bertugas mendokumentasikan pencairan. Ada pula yang bertindak sebagai petugas keamanan. ”Kami melayani ratusan ribu orang. Yang namanya persoalan pasti tetap ada,” kata Dino.

Dia menjelaskan, petugas sering kali jadi sasaran protes masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan. Sambil marah-marah, mereka mempertanyakan alasan tidak mendapatkan BST.

Dino menegaskan bahwa aksi protes itu jelas-jelas salah. Sebab, PT Pos Indonesia hanya ditugasi mencairkan bantuan. Data penerima didapat dari Kemensos. Pendataan awal dan verifikasi dilakukan pemerintah daerah masing-masing.

”Kami tetap menanggapi protes dengan sabar. Namanya juga tidak tahu,” ungkap Dino. Dia menjelaskan, karakter masyarakat Surabaya beragam. Ada yang benar-benar tidak paham. Ada pula yang pura-pura tidak tahu.

Dino mengaku pernah menjumpai KPM yang coba ngakali petugas. Penerima terdaftar di Surabaya Barat. Namun, dia sengaja datang di kantor pos wilayah utara. KPM cenderung tidak mau antre. Saat ditanya, dia beralasan tak bisa membaca undangan. ”Saat dicek, ternyata dia bisa membaca. Kami mengusirnya secara halus dan menyuruhnya mengambil di lokasi yang semestinya,” kata Dino.

Apa pun persoalannya, penghobi traveling itu selalu mengingatkan anah buahnya untuk sabar. Sebab bagi Dino, mengawal pencairan bantuan merupakan tugas negara yang harus dituntaskan sebaik-baiknya. Meskipun, kesehatan petugas juga terancam.

Petugas rentan terkena Covid-19. Sebab, tak semua warga datang dengan memakai APD. Ada pula yang tidak memakai masker. Selain itu, mereka tidak jaga jarak saat berada di kantor pos.

”Kami tak ingin kantor pos jadi klaster baru virus korona. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah persebaran virus,” kata Dino. Dia tak ingin anak buahnya menularkan virus. Maka, ada rapid test untuk petugas sebelum pencairan BST.

Tes dilakukan kepada seluruh petugas. Tujuannya, mengecek kesehatan mereka. PT Pos Indonesia tidak memperbolehkan pegawai yang reaktif turun melayani masyarakat. Sebab, mereka sangat rentan menyebarkan penyakit.

Dino menambahkan bahwa instansinya juga berupaya menjaga kesehatan pegawai. Bukan saja vitamin. Petugas juga diberi bubur kacang hijau untuk mendorong kesehatannya. Bubur kacang hijau diberikan secara rutin saat pencairan BST.

Di Surabaya, ada 165 ribu KPM yang berhak mendapatkan bantuan tunai. Tidak semua bisa mengambil secara langsung. Ada KPM yang sakit dan kesulitan berjalan.

Agar bantuan tepat sasaran, Kantor Pos Surabaya membentuk tim khusus. Namanya tim delivery BST. Tim tersebut mengantar bantuan sampai ke rumah warga. Proses itu dilakukan bersama pengurus RT/RW.

Saksikan video menarik berikut ini:


Suka Duka Satgas Pos Indonesia Layani Pencairan Bantuan Sosial Tunai