Kisah Bidan Diskes Koarmada II TNI-AL Membantu Ibu Melahirkan di Pasar

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kisah Bidan Diskes Koarmada II TNI-AL Membantu Ibu Melahirkan di Pasar


Bidan Siti Indri Yani adalah sosok tenaga medis cekatan. Tak melulu di rumah sakit. Di pasar pun dia sanggup memberikan pertolongan darurat kepada seorang ibu yang melahirkan mendadak pada Senin (9/11). Penuh rasa kemanusiaan sekaligus ’’menegangkan”.

MUHAMMAD AZAMI RAMADHAN, Surabaya

Cemas. Begitulah perasaan yang dialami Muhammad Shodiq ketika mengetahui kabar istrinya, Siti Romlah, yang hamil tua mengalami kontraksi. Seharusnya, Senin (9/11) waktunya dia bekerja. Namun, dia memilih merawat istrinya yang sedang hamil itu. Pukul 12.00, pria 25 tahun tersebut membawa istri tercinta menuju rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.

Dengan sepeda matik satu-satunya, dia berangkat dan berharap tidak terjadi apa-apa. Penuh hati-hati, Shodiq memacu pelan motornya sambil memboncengkan istrinya ke rumah sakit. Dari rumahnya di kawasan Pesapen, Krembangan, menuju Rumah Sakit Muhammadiyah Nyamplungan.

Bagi dia, perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh 15 menit itu ibarat 15 jam.

Dia melintas di Jalan Songgoyudan. Alih-alih lancar, kawasan Pasar Pabean ternyata ramai aktivitas perdagangan. Di tengah terik matahari itu, dia sempat mampir ke bidan. Sayang, upaya tersebut gagal. Dia ditolak karena bayi dalam kandungan istrinya sungsang.

”Istri sudah nggak kuat. Minta berhenti. Pas berhenti itu, dia teriak kencang dan minta tolong,” kenangnya yang baru menempuh setengah perjalanan menuju rumah sakit.

Seketika, teriakan Siti Romlah yang sedang kontraksi menarik perhatian banyak orang di Pasar Pabean. Kata dia, tidak sedikit orang yang datang dan berkerumun di sekitar istrinya.

Dia mengaku kecemasannya semakin berlipat saat melihat istrinya bersimpuh di jalan. Ditambah riuh komentar dari berbagai orang kala itu. Terlebih, dia melihat sebagian anggota tubuh jabang bayinya, yaitu bagian kaki, keluar terlebih dahulu.

Karyawan swasta itu mengaku sempat memalingkan wajah. Dia tidak tega melihat istrinya yang tengah kesakitan. Rupanya, dari sekian orang yang mendengar teriakan histeris itu, ada seorang bidan dari Dinas Kesehatan (Diskes) Koarmada II TNI Angkatan Laut Surabaya. Namanya Siti Indri Yani. Kebetulan dia sedang belanja di Pasar Pabean.

Perempuan 32 tahun itu hafal betul teriakan perempuan kontraksi. Mendengar hal tersebut, dia langsung meninggalkan barang belanjaan dan menuju sumber suara. Ternyata benar, Siti Romlah terbaring dengan kondisi kaki si jabang bayi keluar yang menandakan sungsang. ”Saya juga sempat teriak. Ngasih tahu kalau saya bidan agar diberi jalan. Soalnya, ramai orang yang melihat,” ujarnya kemarin (13/11).

Tanpa pikir panjang, Yani, sapaan akrab Siti Indri Yani, langsung melakukan pertolongan darurat. Meskipun saat itu, dia tidak memakai alat pelindung diri (APD) dan tidak didukung dengan alat kebidanan.

Menurut Yani, melakukan proses persalinan tanpa dukungan alat kebidanan itu termasuk sulit. Bertekad bonek, bidan Yani memutuskan untuk melakukan proses persalinan meski bayi tersebut sungsang. Dia mengungkapkan, langkah pertama mengeluarkan kedua kaki jabang bayi tersebut. Setelah itu, mengeluarkan bagian perut dan bahu.

Rupanya, proses persalinan sungsang itu tidak berjalan mulus. Setelah bahu keluar, bayi tersebut terlilit tali pusar di leher. Sebanyak tiga kali lilitan. Hal itu juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena tak ada satu pun orang yang dapat membantunya, Yani berusaha meregangkan lilitan pada leher bayi. ”Satu-satu lilitannya terbuka. Beruntung, bisa lepas semuanya,” ucapnya berbinar.

Setelah bayi laki-laki itu keluar, rupanya Yani dan masyarakat yang melihatnya belum bisa bernapas lega. Bayi tersebut keluar tanpa tangisan dan tampak tanda-tanda hipoksia atau kekurangan oksigen.

Dia pun langsung melakukan pertolongan terhadap bayi tersebut dengan resusitasi jantung atau CPR untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit. Rangsangan dengan menepuk-nepuk punggung bayi juga dilakukan. Sembari menghangatkan tubuh bayi dengan kain seadanya yang ada di sekitar.

”Dihangatkan pakai kain jarik. Itu punya ibu-ibu yang biasa menggendong barang. Alhamdulillah, nangis. Sempat meminum ketuban juga,” ungkapnya.

Selanjutnya, karena dia tidak mempunyai pisau bedah untuk memotong ari-ari, warga langsung membawa ibu dan bayi yang sehat itu ke Rumah Sakit Muhammadiyah untuk ditangani lebih lanjut.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Koarmada II Kolonel Laut (K) dr Tirka Nandaka mengapresiasi tindakan anggotanya itu. Terlebih memberikan pertolongan kepada ibu yang melahirkan bayi seberat 2,8 kg tersebut dengan selamat meski dalam keadaan darurat.

Setelah mengetahui kabar tersebut, pihaknya juga menyempatkan berkunjung ke Rumah Sakit Muhammadiyah, menjenguk bayi dan ibu Siti Romlah. Kata dia, saat itu pihak keluarga belum memberikan nama dan meminta agar bidan Yani memberikan nama kepada bayi tersebut. ”Akhirnya, diberi nama Wira Ananta Rudira. Itu moto korps kapal selam RI,” ujar pria yang menjabat Kadiskes sejak Maret 2019 itu.

Nama tersebut disematkan bidan Yani lantaran sang suami kini bertugas sebagai anggota Kapal Selam KRI Cakra 401. Menurut Yani, arti nama tersebut adalah tabah sampai akhir. Mengingat, ibu dan anak tersebut tetap bertahan meski dalam kondisi darurat. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Kisah Bidan Diskes Koarmada II TNI-AL Membantu Ibu Melahirkan di Pasar