Upaya Djaja Soetjianto Membangun Wisata Kampung Pecinan di Simokerto

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Upaya Djaja Soetjianto Membangun Wisata Kampung Pecinan di Simokerto


Masyarakat dan Pemkot Surabaya sepakat untuk menyulap kampung pecinan di kawasan Kapasan Dalam jadi area wisata. Rencana pendirian tempat rekreasi itu tidak terlepas dari sosok Djaja Soetjianto. Selain nguri-nguri sejarah, dia ingin keberadaan tempat wisata mampu mendorong perekonomian masyarakat.

EKO HENDRI SAIFUL, Surabaya

Wajah Jalan Kapasan Dalam I tidak lagi polosan seperti dulu. Suasana di akses masuk kampung pecinan itu lebih hidup saat malam. Ada ratusan lampion yang tergantung di sepanjang jalan.

Lampu-lampu bikinan warga keturunan Tionghoa itu menyemarakkan kawasan Kapasan Dalam. Banyak warga yang tertarik untuk memotretnya. Jalan kampung yang dulu sepi dan ditakuti berubah jadi spot foto yang Instagrammable.

’’Ini masih tahap awal. Istilahnya baru persiapan,” kata Djaja sambil memperlihatkan foto Jalan Kapasan Dalam I saat malam. Pria tersebut mengaku mengeluarkan uang pribadi untuk membeli ratusan lampion itu. ’’Nanti tembok-tembok jalan masuk itu dimural semuanya. Jadi lebih berwarna,” tambah Djaja saat ditemui di perusahan miliknya yang berlokasi di Jalan Lebak Indah Utara, Senin (14/9).

Soal mural, Djaja mengaku sudah berkomunikasi dengan beberapa seniman. Aksi menggambari bangunan tidak ngawur. Nanti seluruh tembok jalan masuk ke kampung pecinan digambari bangunan dan pernak-pernik khas Tionghoa.

Saat ini, kata Djaja, kawasan wisata memang belum dibuka secara resmi. Namun, pria berusia 57 tahun itu optimistis tempat rekreasi tersebut akan ngehit. Jika mengacu konsep dan desain, ada banyak hal yang bisa dinikmati para wisatawan.

Tidak sekadar menjual sejarah terkait kampung pecinan di masa dulu. Masyarakat dan pemerintah juga akan mengenalkan beberapa tempat bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi. Wisatawan bisa traveling langsung di Kelenteng Boen Bio yang cukup masyhur di Indonesia.

Selain itu, di Kapasan Dalam juga ada balai RW yang berusia ratusan tahun. Balai pertemuan yang dibangun 1930 itu merupakan tempat berdiskusi masyarakat Tionghoa tempo dulu. Hingga kini bangunannya masih utuh.

’’Tidak melulu bangunan. Kami juga akan mengenalkan tradisi-tradisi di Kapasan Dalam kepada masyarakat,” kata Djaja. Salah satu tradisi tersebut adalah sedekah bumi. Itu merupakan acara tumpengan tahunan yang diawali ratusan tahun lalu.

Menurut Djaja, ada pentas seni di kawasan wisata yang digelar setiap Sabtu malam. Beberapa kesenian akan ditampilkan secara bergantian. Misalnya, barongsai, wayang potehi, karaoke Mandarin, dan wayang kulit. ”Namanya tempat wisata. Pastinya kami sudah memetakan kuliner apa saja yang dijual kepada pengunjung,” jelas Djaja.

Pengusaha seprai itu menjelaskan bahwa ada banyak kuliner khas pecinan yang ditawarkan kepada pengunjung. Misalnya, capcai, bakpao, kwetiau, dan lainnya. Yang perlu diapresiasi, seluruh makanan itu diproduksi oleh masyarakat di Kapasan Dalam. ’’Ini wisata umum. Jadi, kami juga akan memberikan informasi terkait kuliner secara jelas,” ungkap Djaja.

Dia menjelaskan bahwa nanti ada pemberitahuan bagi wisatawan yang beragama Islam. Pengunjung tidak perlu khawatir karena pengelola wisata akan memberi tahu mana makanan yang halal dan tidak.

Menurut Djaja, kawasan Kapasan Dalam juga dikenal sebagai kampung pecinan tertua di Surabaya. Lokasi itu sering didatangi para peneliti. Salah satu yang disorot adalah nuansa kekerabatan antaretnis.

Di Kapasan Dalam, warga keturnan Tionghoa, Jawa, dan Madura hidup rukun. Itu tampak saat perayaan hari besar nasional atau keagamaan. Tak peduli dari etnis mana, masyarakat bergotong royong dalam mengadakan kegiatan. Karena sikap warganya yang mengedepankan tolong-menolong, Kapasan Dalam juga sering disebut kawasan toleransi.

Tidak saja mengeluarkan materi untuk modal. Upaya Djaja juga sering mendapat tanggapan nyinyir dari sejumlah warga yang tidak sepakat. Penolakan terjadi karena masyarakat pesimistis. Mereka menganggap pendirian kampung wisata merupakan hal yang sulit. Modalnya juga tak sedikit.

Namun, Djaja menegaskan bahwa proses pembangunan terus berjalan. Sebab, dia mendapat banyak dukungan. Salah satunya dari Camat Simokerto Nono Indriyono yang terus membantunya.

”Sebenarnya, rencana wisata ini sudah lama. Kami telah mengusulkan beberapa pembangunan fisik di sekitar Kapasan Dalam dengan bantuan Pak Camat,” kata Djaja. Menurut dia, program wisata mendapat dukungan dari pemkot. Pemerintah telah mengucurkan anggaran untuk merenovasi akses masuk dan gapura di samping Kelenteng Boen Bio.

Soal konsep, Djaja mengaku sudah melakukan studi banding ke beberapa wilayah. Tidak saja ke Singkawang di Kalimantan. Pria itu juga pergi ke Singapura untuk sekadar survei mural. Beberapa bentuk mural di Kapasan Dalam nanti diadaptasi dari Singapura.

Djaja mengaku senang karena programnya mendapat dukungan masyarakat. Saat ini warga Kapasan Dalam mulai bergerak secara mandiri. Mereka mengecat rumahnya yang kondisinya sudah usang. Selain itu, warga bergotong royong menghias jalan di permukiman. ”Ada ratusan rumah yang akan dicat tematik. Pemiliknya sudah setuju,” ungkap Djaja.

Saksikan video menarik berikut ini:


Upaya Djaja Soetjianto Membangun Wisata Kampung Pecinan di Simokerto