Kondom Lebih Disuka di Surabaya Daripada di Sidoarjo dan Gresik

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kondom Lebih Disuka di Surabaya Daripada di Sidoarjo dan Gresik


JawaPos.com– Setiap 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia. Tujuannya, secara umum adalah meningkatkan komitmen dan dukungan semua pihak dalam mendukung program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).

Dalam beberapa tahun terakhir, Provinsi Jatim terbilang cukup berhasil mengendalikan potensi terjadinya ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di berada di angka 1,9 persen. Angka itu lebih kecil dibanding pertumbuhan penduduk nasional yang berada di atas 2 persen. Namun, sejak pandemi Covid-19, di beberapa kabupaten/kota terjadi tren peningkatan jumlah ibu hamil. Termasuk di wilayah aglomerasi Surabaya Raya.

Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim pada 2020 menyebut, tingkat kehamilan meningkat sekitar 10 persen. Selain berdampak pada kenaikan kehamilan, temuan data lain adalah terjadi penurunan atau drop out ber-KB kurang lebih 7,07 persen.

Bisa jadi salah satunya karena dampak pasangan usia subur (PUS) lebih banyak di rumah. Selain itu, selama pandemi akses layanan kesehatan seputar KB ikut terdampak. Maklum, banyak yang khawatir ke rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan lantaran kasus Covid-19. Karena itu, kampanye Bangga Kencana mesti kembali digencarkan seiring situasi mulai membaik.

Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jatim 2020, di wilayah Surabaya Raya, Kota Surabaya mencatatkan paling banyak jumlah peserta KB aktif. Yakni, mencapai 80,10 persen dari sebanyak 493.808 pasangan usia subur. Alat kontrasepsi yang paling banyak disukai adalah suntik. Jumlahnya 63,48 persen. Lalu, pil 14,98 persen, alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) 7,98 persen, metode operasi wanita (MOW) 4,9 persen, dan kondom 4,37 persen.

Adapun jumlah peserta KB aktif di Sidoarjo ada sebanyak 71,27 persen dari 387.977 pasangan usia subur. Alat kontrasepsi suntik juga paling banyak disukai mencapai 63,10 persen. Lalu, pil 17,11 persen, alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) 7,34 persen, metode operasi wanita (MOW) 5,5 persen, dan kondom 1,38 persen.

Sementara itu, di Gresik jumlah peserta KB aktif mencapai 73,87 persen dari jumlah pasangan usia subur 225.491. Sama dengan Surabaya dan Sidoarjo, alat kontrasepsi suntik paling dipilih dengan jumlah sebanyak 65,83 persen. Disusul, pil 16,34 persen, implant 7,93 persen, AKDR 4,97 persen, MOW 3,69 pesen, dan kondom 1,08 persen.

Kepala Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Gresik drg Saifudin Ghozali ketika dikonfirmasi tidak menampik tren kenaikan ibu hamil selama pandemi. Karena itu, pihaknya akan terus berupaya menggelorakan kampanye penundaan dan perencanaan kehamilan. Terlebih, selama pandemi, jumlah ibu hamil yang terpapar Covid-19 juga banyak. ‘’Bukan menghalangi untuk hamil. Sebab, itu menjadi hak setiap orang. Namun, bagaimana kita menghindari kehamilan yang tidak terencana. Sebab, ada sejumlah potensi dampak negatif dari kehamilan tidak terencanakan,’’ ujarnya.

Mengutip data dari The United Nations Population Fund, selama pandemi ada sebanyak 12 juta perempuan di Asia Pasific yang kehilangan akses pelayanan KB.  Baik terkait kontrasepsi maupun perlindungan kesehatan. Hal itu menyebabkan terjadinya 1,4 juta kehamilan yang tidak diinginkan.

Selain itu, lanjut Ghozali, pihaknya juga terus membumikan program kampung keluarga berkualitas (KB) yang dicanangkan Presiden Joko Widodo mulai 2019 lalu. Tujuannya, juga bagian dari menyukseskan program Bangga Kencana. Sejauh ini, pemkab telah membentuk kampung KB tersebut di hampir seluruh kecamatan. ‘’Tujuannya bisa menjadi role model bagi desa-desa yang lain,’’ ungkapnya.

Soal pilihan alat kontrasepsi pasangan suami istri, pada prinsipnya tidak ada masalah. Bergantung kecocokan pasangan bersangkutan. Yang jelas, semua alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kelemahan. Baik suntik, pil, kondom, maupun yang lain. ‘’Untuk menentukan (alat kontrasepsi) itu, pasangan bisa berkonsultasi dengan bidan yang sudah ada di setiap desa atau dokter. Mana yang lebih nyaman,’’ pungkasnya.

 


Kondom Lebih Disuka di Surabaya Daripada di Sidoarjo dan Gresik