Agnes W, 35 Tahun Mengabdikan Diri sebagai Pekerja Sosial Masyarakat

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Agnes W, 35 Tahun Mengabdikan Diri sebagai Pekerja Sosial Masyarakat


Ada sekitar 1.300 pekerja sosial masyarakat (PSM) di Kota Pahlawan. Mereka tergabung dalam Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Surabaya. Lamanya bergabung sebagai PSM pun beragam. Salah satunya Agnes Warsiati. Dia 35 tahun mengabdi tanpa dibayar sepeser pun.

DIMAS NUR APRIYANTO, Surabaya

PADA 2018, Agnes resmi diangkat sebagai ketua IPSM Surabaya. Status sebagai komandan dari 1.299 anggota PSM itu diterimanya setelah 32 tahun berkecimpung di ruang sosial kemasyarakatan tersebut. Sebelumnya, tidak ada yang duduk di kursi ketua.

Agnes yang dihubungi melalui sambungan telepon (2/12) terdengar mengeluarkan suara seperti menghela napas panjang. Dia menuturkan, bertugas sebagai PSM bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kesabaran yang luas. Perempuan kelahiran Jakarta pada 1960 itu tidak tahu siapa yang akan menggantikan dirinya kelak untuk duduk di kursi ketua IPSM.

Pada 1990, PSM belum bergabung dengan dinas sosial. Sifatnya masih relawan atau perorangan. Banyak perubahan yang dirasakan Agnes sejak awal bergabung dengan PSM hingga kini. Salah satunya terkait menu permakanan. Pada 2010, permakanan masih seharga Rp 4.000. Isinya nasi, sayur, dan ikan. Ada satu penerima permakanan yang marah kepada Agnes. ”Si penerima itu bilang, kok makanan begini ini buat orang tua,” kenangnya.

Agnes mengatakan, dirinya tak pernah bisa marah selama mengemban tugas sebagai kader PSM. Dia sudah biasa kena semprot. Hatinya kebal dengan amarah. Saat ada yang marah, dia hanya bisa berdoa. Baginya, doa menjadi obat yang paling mujarab.

Selain harga, yang membedakan lagi adalah cara mengantarkan permakanan. Agnes tertawa begitu mengingat bagaimana dirinya harus mengirimkan makanan ke rumah-rumah penerima. Dulu, mayoritas permakanan diantarkan dengan menggunakan sepeda onthel. Sekarang pakai motor, tapi Agnes tidak berani jauh-jauh. ”Sudah tua. Harga permakanannya juga Rp 11.500 per boks, beda jauh dengan dulu,” tuturnya.

Kader PSM memiliki 26 tugas. Bukan hanya terkait permakanan. Kader juga bertugas mendata masyarakat yang membutuhkan intervensi kebijakan bantuan pemerintah kota. Misalnya, perlu dibantu untuk mendapatkan perawatan di panti sosial karena yang bersangkutan berstatus yatim dan piatu.

Sepintas, membantu pindah ke panti sosial terdengar mudah. Namun, menurut Agnes, hal tersebut bukan perkara yang gampang. Tak sedikit kader yang harus kembali memperluas ruang kesabaran di hatinya. ”Biasanya, ada keluarga yang tidak berkenan. Sebab, mereka berpikir bisa mengurus sendiri. Tapi jika dilihat, keluarga lainnya sudah sepuh dan finansialnya kurang,” jelasnya.

Di sisi lain, Agnes iba karena si anak butuh perawatan yang maksimal. Sayangnya, keluarga tidak berkehendak. Dibutuhkan kemampuan merayu yang andal. Padahal sebetulnya, panti sosial yang disediakan pemkot sangat layak untuk ditinggali. Semua kebutuhan seperti pangan tersedia. Apabila ada keluarga yang ingin menengok, mereka bisa datang ke panti. Saat tidak mendapatkan restu, kader tidak bakal memaksa.

Ada satu momen tidak terlupakan bagi perempuan yang juga menjabat ketua PGRI Surabaya itu. Sekitar pertengahan 2021, dia dan kader PSM lainnya iuran untuk mengambil bayi di salah satu rumah sakit swasta. Kondisinya, ibu si bayi tidak mempunyai uang untuk menuntaskan administrasi rumah sakit. Agar diperbolehkan pulang, keluarga diminta menyelesaikan urusan administrasi keuangan.

Agnes dan kader mendatangi rumah sakit dulu. Mereka bernegosiasi dengan pihak rumah sakit supaya harga yang harus dibayar bisa turun. Ternyata, turunnya tidak banyak. Agnes enggan menyebutkan nominal rupiahnya. ”Kami bersyukur sekali. Itu tanpa dibantu pihak mana pun, murni dari kader PSM,” ungkapnya.

Untuk memperkuat keuangan di internal PSM, Agnes dan teman kader lain menerapkan sistem jimpitan atau iuran bulanan. Nominalnya seikhlasnya. Tidak ada patokan khusus. Uang jimpitan digunakan ketika ada kondisi darurat. Misalnya, membantu warga yang membutuhkan bantuan terkait keuangan. ”Saya meyakini, ada doa-doa yang baik dari orang di luar sana. Doa yang baik akan luar biasa hebat untuk kami,” katanya.


Agnes W, 35 Tahun Mengabdikan Diri sebagai Pekerja Sosial Masyarakat