Prof Arif Satria Terpilih Sebagai Ketum ICMI Periode 2021–2026

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Prof Arif Satria Terpilih Sebagai Ketum ICMI Periode 2021–2026


JawaPos.com–Prof Arif Satria resmi terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) periode 2021–2026 dalam Muktamar ICMI di Bandung, Jawa Barat, pada 4–6 Desember.

”Saya berterima kasih atas dukungan para peserta muktamar. Insya Allah amanah yang diberikan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,” kata Prof Arif seperti dilansir dari Antara di Bogor.

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University itu menyebutkan, ICMI akan bertransformasi menjadi organisasi yang lebih responsif terhadap perubahan. Serta akan memberikan warna dan pengaruh yang kuat bagi Islam di Indonesia.

Prof Arif mengaku, akan melaksanakan empat agenda transformasi yang terangkum dalam visinya. Yakni menjadikan ICMI sumber inspirasi bangsa, mengingat organisasi tersebut berisi para cendekiawan yang memiliki nilai lebih dalam memahami arus perubahan dan menawarkan agenda-agenda solusinya.

”Inspirasi adalah proses menggerakkan pikiran dan tindakan orang lain. Oleh karena itu ICMI harus menginspirasi dengan platform besar bagaimana mengkonstruksi peradaban baru yang dipicu tiga disrupsi di atas,” tutur Arif.

Menurut dia, platform besar ICMI pada era disrupsi ini harus memuat kerangka ideologis dan teknokratis tentang solusi masa depan. Hal itu bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah, dunia usaha, ormas Islam, dan masyarakat luas, agar makin optimistik dalam merespons perubahan.

”Di sinilah peran universalitas ICMI menguat, sehingga kehadiran ICMI sangat dinanti publik karena membawa manfaat universal. Yakni, manfaat yang muncul dari peran ICMI sebagai salah satu poros utama perubahan,” papar Prof Arif.

Agenda kedua, yaitu menjadikan ICMI sebagai rumah besar umat Islam. Sebab, ICMI tidak meninggalkan perannya dalam membangun kebersamaan umat Islam untuk proses transformasi. ”ICMI beranggotakan para cendekiawan yang berafiliasi pada ormas besar Islam. Dengan demikian ICMI bisa menjadi hub yang berfungsi memperkuat konektivitas antar ormas Islam agar lebih sinergis dan kolaboratif,” terang Arif.

Dia mengatakan, ICMI harus bergandengan dengan ormas-ormas Islam untuk merespons tantangan perubahan. Sehingga, umat Islam di Indonesia benar-benar menjadi bagian penting dari masa depan bangsa. Dengan demikian keseimbangan semangat keislaman dan keindonesiaan ICMI benar-benar terlihat nyata.

Agenda ketiga, lanjut dia, ICMI harus terus mengawal proses transisi demokrasi. Dia menganggap demokrasi di Indonesia saat ini masih berciri demokrasi prosedural, sehingga bukan substansial.

”Namun proses ke arah demokratis substansial harus terus berlanjut hingga mencapai titik kematangan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, ICMI harus menjalankan peran politik moral, bukan politik praktis,” papar Prof Arif.

Kemudian, dia ingin ICMI menjadi bagian dari solusi, serta bukan bagian dari masalah dan konflik. Sehingga, sebagai salah satu komponen masyarakat sipil, ICMI dapat berperan secara etik mengawal terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat secara politik, adil secara sosial, dan makmur secara ekonomi.

Agenda keempat, dia ingin menjadikan ICMI memiliki kepeloporan dalam agenda aksi. Pasalnya lahirnya Bank Muamalat tidak terlepas dari peran ICMI pada masa lalu.

”Ini bukti agenda aksi yang sukses. Dengan berkembangnya situasi seiring tiga disrupsi besar, bangsa ini perlu terobosan-terobosan baru dalam bentuk agenda aksi baik dalam inovasi teknologi, ekonomi, pangan 4.0, lingkungan, pendidikan, maupun inovasi sosial,” ujar Arif.


Prof Arif Satria Terpilih Sebagai Ketum ICMI Periode 2021–2026