Apik Kelola Modal, Nelayan Ini Sukses di Rantau

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Apik Kelola Modal, Nelayan Ini Sukses di Rantau


JawaPos.com – Kerja keras Muh. Nurdin dan Suparjono dalam mengelola modal berbuah manis saat hidup di rantau. Dua debitur Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) itu kini “bertarung” di Jambi. Jauh dari kampung halaman mereka.

Muh Nurdin ketika tidak mampu meneruskan sekolah akibat krisis moneter pada dua dekade lalu, dia memilih untuk merantau ke Jambi. Singkat cerita, di sana dia memilih jalan hidup sebagai nelayan. Hingga akhirnya pada 2011, Muh Nurdin dipercaya menjadi ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Lumba Putih.

Semenjak mengemban tugas sebagai ketua KUB Lumba Putih, Nurdin mengaku beberapa kali mengajukan hibah atau pinjaman ke bank. Namun, permohonan itu tidak mendapat respons dari bank. Lantas dua tahun lalu, Nurdin dan kawan-kawan mengenal LPMUKP dari Dinas Perikanan setempat. Ketika itu dinas perikanan menggelar sosialisasi pinjaman lunak. KUB Lumba Putih lalu mengajukan pinjaman dan disetujui Rp 155 juta. Nominal itu dimanfaatkan oleh enam anggota KUB Lumba Putih.

Nurdin menuturkan, dana dari LPMUKP sangat berarti bagi KUB Lumba Putih. Sebab, dari dana itu mereka bisa langsung menggunakan untuk membeli alat tangkap. Mereka tidak terbebani utang ke koperasi jalan alias rentenir yang biasanya memberikan bunga tinggi. Anggota KUB Lumba Putih pun kini tidak bergantung lagi ke tengkulak yang memberikan pinjaman tapi berdampak pada harga beli yang berbeda.

Nelayan anggota KUB Lumba Putih di Jambi berhasil mengelola usaha berkat bantuan dari BLU LPMUKP. (BLU LPMUKP FOR JAWAPOS.COM)

Di balik bunga rendah permodalan yang digulirkan program LPMUKP, keberhasilan usaha nelayan sebenarnya bergantung kepada mereka sendiri sebagai penerima manfaat.

Suparjono selaku ketua Kelompok Pembudi Daya Ikan (Pokdakan) Perintis Part 2 mengatakan, dengan dana dari LPMUKP, usahanya kini memiliki modal, isi kolam bisa bertambah. “Kalau beban (cicilan), ya memang sudah disiapkan, harus sudah dianggarkan,” kata lulusan SMK Otomotif itu.

Pokdakan Perintis Part 2 meminjam Rp 130 juta untuk sembilan pemanfaat. Dana digunakan membeli bibit gurami dan lele, serta menambah kolam. Belakangan, mereka memilih fokus ke budi daya ikan patin. “Apa yang ada tidak pernah kami tolak, selagi memungkinkan dijalani,” kata pria asal Lampung yang mendapatkan pasangan hidup perempuan asli Jambi.

Tantangan

Wahyu Gusriyanto, pendamping LPMUKP, menuturkan, kini para nelayan menghadapi tantangan di tengah pandemi covid-19. Kini Wahyu harus selalu mendampingi debitur untuk bertahan dan tetap mencicil pinjaman. Langkahnya dengan rutin menelepon untuk memantau perkembangan usaha debitur. Terkadang dia mengunjungi langsung ke tempat usaha debitur.

Bagi Nurdin, pendampingan dari Wahyu sangat berarti. “Dapat pinjaman dari LPMUKP, ada semacam toleransilah. Memang ada aturan, tapi tidak saklek. Pendamping diberi toleransi atau kelonggaran kalau ada kendala. Pak Wahyu (pendamping) juga bilang kalau ini gotong royong, jadi kalau ada yang kurang, bisa dibantu orang lain,” terang Nurdin.

Di tengah masa pandemi Nurdin dan kawan-kawan tetap melaut. Tantangannya, harga ikan di tengkulak naik turun karena masalah pengangkutan ikan yang tidak dapat langsung dikirimkan akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Hal itu membuat mereka kini fokus mencari udang karena lokasi mencarinya tidak terlalu jauh. Beda dengan ikan yang harus dicari ke tengah laut sehingga banyak menghabiskan solar.

Sementara bagi Jono, tantangan yang dihadapinya setelah panen dia bisa langsung menjual ke tengkulak. Namun, selama pandemi, sekitar dua minggu setelah memberi kabar akan panen, barulah diterima untuk dibeli. Ada tengkulak yang menghentikan sementara proses pembelian.

Baca juga: Menteri Trenggono Ingatkan Debitur Disiplin Bayar Cicilan

Tantangan lainnya adalah waktu panen ikan menjadi lebih lama. Biasanya enam bulan, kini terkadang sampai delapan bulan. Buntutnya, ketersediaan pakan ikan harus ditambah dan itu berdampak pada membengkaknya biaya operasional.

“Pendamping akan menanyakan perkembangan debitur pertiga bulan, itu jadwal pasti. Kadang-kadang datang ke kolam menengok. Kemudian dia akan menelepon jika pembayaran lambat dengan menginformasikan toleransi yang tinggi,” tutur pria dengan tiga anak itu.

Nelayan anggota KUB Lumba Putih di Jambi berhasil mengelola usaha berkat bantuan dari BLU LPMUKP. (BLU LPMUKP FOR JAWAPOS.COM)

Apik Kelola Modal, Nelayan Ini Sukses di Rantau