Warisan Abdullah Azwar Anas Selama Pimpin Banyuwangi 2010–2021

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Warisan Abdullah Azwar Anas Selama Pimpin Banyuwangi 2010–2021


Beragam legasi kepala daerah. Ekonomi yang terkerek kehadiran bandara, produktivitas pertanian naik berkat transformasi ke cara modern, dan PAD meningkat dengan pengelolaan berbasis digital.

PERKEMBANGAN pesat Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari Abdullah Azwar Anas-Yusuf Widyatmoko yang purnatugas 17 Februari lalu. Selama dua periode memimpin kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu, mereka membuat sejumlah terobosan.

Pada periode pertama menjabat bupati Banyuwangi, Anas menjadikan pengoperasian bandar udara sebagai salah satu program seratus hari pertama. Tak sedikit yang mengkritik. Kata mereka, masyarakat Banyuwangi belum butuh bandara.

Namun, Anas berhasil merealisasikan program pengoperasian bandara yang dirintis para pendahulunya sejak 1996 itu. Penerbangan komersial perdana di Bandara Blimbingsari (kini Bandara Banyuwangi) berlangsung pada 30 Desember 2010. Penerbangan rute Surabaya–Banyuwangi–Surabaya dengan pesawat Grand Caravan C208 berkapasitas 12 penumpang oleh maskapai Sky Aviation itu sekaligus menjadi penanda Bandara Blimbingsari sebagai bandara komersial domestik.

Perlahan, Bandara Banyuwangi menunjukkan perkembangan signifikan. Jumlah maskapai yang membuka penerbangan bertambah. Kini, penerbangan komersial yang beroperasi meliputi rute Banyuwangi–Surabaya PP, Banyuwangi–Denpasar PP, dan Banyuwangi–Jakarta PP. Jenis pesawat yang digunakan beragam. Mulai ATR 72-600 berkapasitas 72 tempat duduk hingga Boeing 737-800 Next Generation dengan kapasitas 189 tempat duduk. Jumlah penumpang juga terus naik dari tahun ke tahun.

Anas mengatakan, di awal dirinya menjabat bupati, angka kemiskinan di Banyuwangi sangat tinggi. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Bumi Blambangan pada 2010 mencapai 20,09 persen. ’’Maka, untuk menurunkan angka kemiskinan itu, Banyuwangi butuh investasi dalam jumlah besar,’’ ujarnya.

Namun, keinginan mengundang investor untuk menanamkan modal di Banyuwangi terbentur masalah aksesibilitas.

’’Maka, bandara sangat dibutuhkan untuk ’melipat’ jarak sehingga investor mau berinvestasi di Banyuwangi,’’ kata Anas.

Langkah tersebut dikombinasikan dengan beragam strategi untuk menarik investor dan meningkatkan perekonomian masyarakat Banyuwangi. Pilihannya adalah mengembangkan sektor pariwisata.

Banyuwangi menjadi kabupaten dan kota pertama di Indonesia yang menyusun kalender wisata tahunan secara terperinci dan terintegrasi sejak 2012. Yakni, Banyuwangi Festival (B-Fest).

Konsep itu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan. Sepanjang 2019, tercatat ada 5,48 juta wisatawan domestik dan 109.089 turis asing yang datang ke Banyuwangi.

Baca juga: Banyuwangi Siapkan Skenario Pelayanan Publik New Normal

Perkembangan pariwisata tak pelak menjadi pengungkit kemajuan berbagai sektor lain. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ikut berkembang. Industri perhotelan dan penginapan menggeliat. Begitu pula sektor yang lain, mulai transportasi hingga pertanian. Imbasnya, persentase penduduk miskin turun signifikan. Yakni, dari 20,09 persen pada 2010 menjadi 7,52 persen pada 2019.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 


Warisan Abdullah Azwar Anas Selama Pimpin Banyuwangi 2010–2021