Selamat Jalan CEO Suara Surabaya (SS) Media Errol Jonathans

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Selamat Jalan CEO Suara Surabaya (SS) Media Errol Jonathans


Dunia broadcasting dan radio berduka Selasa (25/5). Detak jantung CEO Suara Surabaya (SS) Errol Jonathans berhenti pada pukul 11.06 di Rumah Sakit Husada Utama (RSHU). Matanya menutup, tapi tidak untuk ruang hati para kerabatnya yang disesaki kenangan.

DIMAS NUR APRIYANTOAZAMI RAMADHAN, Surabaya

INGATAN Doddy Wahyu Widodo selaku direktur bisnis Suara Surabaya (SS) tentang sosok Mas Errol –begitu panggilan akrab Errol Jonathans– tidak akan memudar. Bibirnya sulit mengatup lama-lama. Sebab, banyak kata tentang Mas Errol yang harus dituturkan saat ditemui koran ini (25/5) di SS Center, Putat Gede.

Doddy mengatakan bahwa dirinya kaget saat mendapatkan kabar kepergian Mas Errol melalui pesan instan di gawainya. ’’Yang saya tahu, Sabtu (22/5, Red) itu, Mas Errol sudah pulang dan kondisinya baik dari RS Mata Undaan. Mas Errol meninggal bukan karena Covid-19 ya,” katanya kemarin.

Mas Errol meninggalkan istri, Bernadette Nunung Jonathans, dan dua anak. Yaitu, Matthieu Jonathans dan Damien Jonathans. Kemarin jenazahnya disemayamkan di Adi Jasa ruang I, J, K, dan L.

Rencananya, prosesi ibadah tutup peti sang maestro digelar pada hari ini (26/5) pukul 18.30. Setelah itu, jenazah diberangkatkan ke Gereja Katolik Hati Kudus Yesus besok (27/5) pukul 09.00 untuk misa rekuiem dan dimakamkan di TPU Keputih.

Lewat tangan dingin pria kelahiran Surabaya, 27 April 1958, tersebut, SS terus bertransformasi. Doddy menuturkan, Mas Errol adalah sosok pemimpin yang jauh dari kata bossy dan gampang beradaptasi. Namun, jangan pernah sekali-kali menawar harga murah terhadap nilai jurnalistik.

Mas Errol menjunjung kode etik berjurnalistik sangat tinggi. Dia akan marah ketika kode etik jurnalistik dicacati. Pesannya, jangan merusak kepercayaan publik dengan memberikan informasi yang bohong.

Pikiran-pikiran segarnya tentang radio berhasil membawa SS naik kelas. Karakteristik radio yang satu arah dengan pendengar tidak lagi diterapkan. SS membuat komunikasi antara pendengar dan radio menjadi dua arah.

Pada 2004–2005, Doddy terbang ke Amerika Serikat dan Belanda bersama Mas Errol. Ketika di bagian imigrasi dan diminta mengisi formulir keimigrasian, Doddy bertanya ke Mas Errol. Dia kebingungan saat mengisi profesinya di salah satu kolom formulir.

Tidak butuh waktu lama, Mas Errol mengucapkan kata broadcaster. Doddy semakin bingung. Kenapa dia justru menuliskan kata broadcaster untuk profesinya.

’’Saya bukan wartawan. Saya mengisi announcer, bukan penyiar juga. Mas Errol bilang, sekuriti dan office boy itu juga broadcaster,” kenang Doddy. ’’Kok bisa? Lalu, Mas Errol berkata, kalau tidak ada office boy atau sekuriti, bisa jadi produksi siaran kita tidak optimal. Peran mereka itu penting juga,” tambahnya.

Hampir di seluruh program SS ada campur tangan Mas Errol. Salah satunya, Kelana Kota yang dibuat mengudara 24 jam. Doddy mengungkapkan, topik apa pun bisa diobrolkan dengan Mas Errol. Tak melulu soal pekerjaan. Tentang masalah pribadi juga bisa. Banyak sudut pandang yang disajikan ketika bertukar pikiran dengan alumnus Akademi Wartawan Surabaya (AWS) tersebut.

Sebelum berkarier dan darahnya mengalir deras untuk SS, Mas Errol bekerja di radio Arjuna. Kemudian, sekocinya berlabuh ke dermaga lain. Dia menjajal dunia jurnalistik di media cetak sebagai koresponden Jawa Timur di Pos Kota.

Kepergian sosok yang gemar dengan kacang itu tak hanya memukul hati Doddy dan seluruh karyawan SS. Hati Rektor Universitas Ciputra (UC) Yohannes Somawihardja pun terpukul. Dia mengenal baik mendiang. ’’Selamat jalan, kepulanganmu sangat mengejutkan dan kami merasa sangat kehilangan,” katanya.

Suasana dukacita menyelimuti Adi Jasa ruang VIP lantai dasar. Kolega dan sanak keluarga datang silih berganti untuk menyampaikan belasungkawa mendalam. Hingga pukul 17.44, karangan bunga ucapan belasungkawa datang dari berbagai tokoh. Di antaranya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sekdaprov Heru Tjahjono, dan beberapa tokoh Jawa Timur lainnya.

Putra kedua mendiang Errol Jonathans, Matthieu Errol Jonathans, mengaku tidak menyangka atas kepergian ayahnya. Setelah mendapat kabar berpulangnya sang bapak, Matthieu pun langsung melakukan perjalanan ke Surabaya dari Jakarta.

’’Mendadak sekali. Kami masih tidak menyangka. Ini baru datang dari Jakarta,’’ katanya.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Buka 1.560 Formasi CPNS dan PPPK, Ini Rinciannya

Ketua PWI Jatim Ainur Rohim juga menyampaikan rasa belasungkawa sebesar-besarnya. Bagi dia, Errol merupakan sosok yang konsisten dalam profesi. Sebagai wartawan dan pemimpin media, hingga akhir hayatnya dia juga masih konsisten.

’’Loyalitas atas profesi ini total. Ini yang perlu diteladani semua wartawan, baik yang muda maupun yang sudah senior,’’ kata Ainur. Selain itu, dia rendah hati dan mengayomi. Selamat jalan.


Selamat Jalan CEO Suara Surabaya (SS) Media Errol Jonathans