Dari Kampus Top Tiongkok, Kesengsem Game Online, dan Mimpi Pro Player

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Dari Kampus Top Tiongkok, Kesengsem Game Online, dan Mimpi Pro Player


Game online makin mewabah. Penggemarnya melintas batas. Tidak terkecuali di sebuah kota kecil Gresik. Masa pandemi, penggemarnya jadi meningkat. Bukan lagi sekadar hobi. Namun, telah menjadi profesi dan entitas industri dengan putaran uang miliaran dolar. Mulai asa popularitas dan pundi-pundi pendapatan para penikmatnya.

Januari 2020 menjadi satu hari mengejutkan bagi Muhammad Khalim. Bersama sejumlah mahasiswa lain asal Indonesia, dia dipulangkan dari Tiongkok. Covid-19 mulai merebak.  Kali pertama disebut-sebut dari Wuhan, salah satu ibu kota provinsi di negara Tirai Bambu tersebut.

Saat itu, Khalim tengah belajar di Zhejiang University Sains and Techonology (ZUST). Kampus yang masuk top 100 dunia versi QS rank university. Tepatnya, di posisi ke-45. Sebagai perbandingan, Universitas Indonesia (UI) berada di posisi 290 dan UGM di peringkat 254.

Lokasi ZUST berada di Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang. Salah satu provinsi paling Makmur di Tiongkok. Sejatinya, jarak Hangzhou dengan Wuhan yang menjadi titik awal persebaran Covid-19 sangat jauh, yaitu 769 km. Kurang lebih sejauh Surabaya ke Jakarta. Perjalanan darat sekitar 8 jam lebih.

Kendati berjarak sangat jauh, demi pertimbangan keamanan dan keselamatan, saat itu pemerintah pun memulangkan para WNI di Tiongkok. Termasuk Khalim beserta sejumlah mahasiswa lainnya. ‘’Tidak menyangka ada Korona, akhirnya saya dipulangkan. Saya berangkat ke Tiongkok pada 2017,’’ ujar Khalim kepada Jawa Pos.

Khalim adalah alumnus SMA Nahdlatul Ulama 1 (Smanusa) Gresik. Dia lolos seleksi untuk mendapat beasiswa kuliah di ZUST atas fasilitasi Indionesia Tionghoa Culture Center (ITCC). Yakni, lembaga nirlaba yang diprakarsai mantan menteri Dahlan Iskan. Setiap tahun, ITCC memang mengirimkan banyak lulusan SMA dari seluruh Indonesia untuk belajar di Tiongkok.

Khalim pun cukup mahir berbahasa Mandarin. Maklum, kecakapan berbahasa itu menjadi satu syaratnya. ‘’Tapi, karena sekarang jarang dipakai, kadang sering lupa,’’ celetuknya. Di kampus itu, dia mengambil jurusan ekonomi dan perdagangan internasional. Salah satu program studi yang termasuk mentereng di kampus tersebut.

Sejak pandemi itulah, pembelajaran pun dilakukan dengan daring. Khalim pun tetap rajin mengikuti perkuliahan. Juli 2021 lalu, Khalim pun lulus. Pandemi juga membuat prosesi wisuda digelar daring. Khalim menyandang gelar sarjana.

Selama masa pandemi, seperti anak muda dan warga pada umumnya, Khalim juga banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Nah, di sela-sela itu dia mulai kesengsem game online. Awalnya, sekadar mengusir kejenuhan. Membunuh waktu. Daripada banyak berdiam diri, membuatnya bingung. Hari-hari luangnya pun dihabiskan di depan laptop atau handphone. Berinteraksi dan bersosialisasi mengusir sepi dengan sesama gamers secara virtual.

Dari beragam jenis game online, Khalim memilih Playrunknowns Battlegrounds (PUBG). Sebuah game populer yang tahun ini bertengger di urutan pertama. Kini, jumlah peminatnya lebih dari 100 juta. Game ini sangat populer karena grafik dan situasi seolah-olah nyata. Para gamers memenangkan permainan kalau berhasil selamat dari situasi dan membunuh semua lawan-lawannya yang tersembunyi.

Seiring waktu, kemampuan Khalim bermain PUBG makin terasah. Harapannya bertumbuh. Bersama timnya yang bernama RavenClaw, sudah beberapa kali menjuarai game e-sport tersebut. Sejauh ini, total hadiah yang telah terkumpul berada di angka puluhan juta rupiah.

Terbaru, Khalim bersama tiga anggotanya di Raven Claw, juga memenangkan Bupati Cup yang dihelat Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Pemkab Gresik pada Senin lalu (20/9). Mereka juara I dengan hadiah Rp 5 juta. ‘’Hadiah biasanya dibagi dengan teman-teman anggota tim,’’ kelakarnya.

Di Kabupaten Gresik, RavenClaw sudah memiliki nama besat. Selain Khalim, anggota ’’tim elang’’ itu adalah Aldy Firmansyah, Arif Radika, dan Muhamad Nuafal Al Farisi. Pada seleksi atlet e-sport untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua untuk kontingen Jawa Timur, mereka juga mewakili Kabupaten Gresik dalam seleksi itu. Sayangnya, dewi fortuna belum berpihak. ‘’Berada di peringkat ke enam,’’ paparnya.

Sejumlah anggota RavenClaw berasal dari kampus ternama. Jika Khalim alumnus ZUST Tiongkok, Aldy Firmansyah kuliah di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan Arif Radika dari Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. ‘’Kami sudah kompak. Awalnya, tidak saling mengenal semuanya. Kenal di warkop. Sering kumpul, biasanya di Salman Cafe GKA (Graha Kembangan Asri) itu,’’ jelas Khalim.

Tim RavenClaw memang sudah begitu kompak. Saat bertanding, mereka berbagi peran. Siapa menjadi leader yang mengatur pergerakan tim hingga mengatur formasi saat berperang, siapa berperan sebagai scout dan rusher dengan keahlian menembak tinggi, hingga bertugas sebagai support yang membantu dalam hal kecil maupun besar saat peperangan. ‘’Di tim, saya sebagai support. Tapi, sering juga berganti-ganti. Fleksibel lebih enak,’’ ucap dia.

 

Ada Support Orang Tua dan Organisasi

Meski alumnus dari salah satu kampus top dunia, sementara ini belum tertarik untuk cepat-cepat melamar pekerjaan di perusahaan. Khalim ingin mengalir saja. Justri, dia termotivasi menggeluti dunia e-sport tersebut. Dalam benaknya, ada nyala harapan menjadi seorang pro player. ‘’Saya sih inginnya bisa kerja mandiri. Mengembangkan usaha pribadi,’’ ungkap pemuda 22 tahun itu.

Di e-sport, Khalim menyebut telah menemukan kegembiraan. Dalam sehari, biasanya dia menghabiskan waktu sampai 4-6 jam bermain. Latihan bersama anggota timnya. Kerap juga berkompetisi dengan tim-tim profesional lain. Bukan hanya tim dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. ‘’Untuk menjadi profesional, memang masih jauh. Namun, dengan tekad dan berlatih dengan keras, tidak ada yang tidak mungkin,’’ tegas Khalim.

Tak ubahnya di sepak bola yang ada klasifikasi liga utama dan seterusnya, di dunia e-sport juga demikian. Nah, Khalim juga menaruh mimpi bisa masuk ke kasta tertinggi. Tentu saja, makin profesional, potensi popularitas dan pundi-pundi penghasilan juga kian besar. Bukan hanya dari hadiah saja kala menang dari sebuah kompetisi, melainkan juga pendapatan dari sumber-sumber yang lain seperti sponsor. Khalim bersama timnya, juga telah memiliki manajer dan owner.

Khalim mengaku, orang tuanya memberikan support atas pilihannya tersebut. Ayahnya, bekerja di salah satu BUMN di Gresik. Bagi sebagian orang tua, mungkin belum semuanya dapat menerima anaknya menghabiskan waktu di gadget untuk bermain game online. ‘’Namun, orang tua saya nggak masalah. Asalkan tidak sampai lupa waktu dan tidak meninggalkan salat,’’ ujarnya sambil tersenyum.

Khalim dan dua saudaranya terbilang dari keluarga dengan religious. Salah satu buktinya, mereka semuanya bersekolah di Smanusa. Salah satu lembaga pendidikan dengan basic agama yang unggul di Kota Santri Gresik.

Pernyataan senada juga disampaikan Aldy, rekan satu tim dengan Khalim di RavenClaw. Mahasiswa jurusan manajemen Unair ini pun serius menekuni dunia e-sport. Ada harapan pula kelak menjadi player pro. Untuk menuju harapan itu, Aldy pun rajin berlatih. Paling tidak mulai pukul 19.00 sampai 23.00 WIB. Orang tuanya juga tidak mempermasalahkan. ‘’Pokoknya, tahu diri dan jangan sampai lupa waktu,’’ ungkapnya.

Khalim dan Aldy bersama RavenClaw, hanya satu contoh dari jutaan penikmat game online. Di Kabupaten Gresik, belakangan penggemarnya juga terus bertumbuh. Setiap kali ada turnamen, begitu pendaftaran dibuka, tidak butuh waktu lama, jumlah kuota pendaftar langsung terpenuhi. Termasuk di ajang Bupati Cup beberapa hari lalu itu. ‘’Sebagian besar memang anak-anak muda,’’ kata Ali Sugiarto, ketua cabang olahraga (cabor) E-Sport Indonesia (ESI) Kabupaten Gresik.

Ali tidak mengetahui data persis berapa jumlah penghobi Game Online di Gresik. Ke depan, pihaknya akan melakukan pendataan pasti. Yang jelas, beberapa jenis game yang paling populer dan digandrungi mereka itu adalah PUBG, Free Fire, dan Mobil Legend. ‘’Selain sisi permainan, e-sport ini banyak minat karena bermanfaat mengasah kemampuan dalam berfikir strategi, smart, dan kreatif anak-anak muda. Ada motivasi dan kerja sama tim, serta kelincahan dan juga ketahanan fisik. Itu alasannya,’’ ungkapnya.

Dia menegaskan, pihaknya akan terus berupaya melakukan pembinaan para gamers itu agar tetap berjalan sesuai asas kemanfaatan tersebut. Selama ini, pihaknya juga tidak hanya fokus dalam kompetisi antartim, melainkan juga mengajak mereka untuk melakukan kegiatan sosial. ‘’Selama pandemi, kami pun menyelenggarakan beberapa kali bakti sosial seperti bagi sembako, masker, dan sejenisnya,’’ ujar Ali.

Kepala Dispora Pemkab Gresik Agustin H. Sinaga juga menyampaikan hal senada. Pemkab agar berupaya untuk memfasilitasi para penggemar game online untuk menjadi atlet-atlet e-sport andalan atau profesional dari Gresik. ‘’Dalam dua tahun terakhir, perkembangannya cukup bagus. Banyak sekali bibit-bibit asal Gresik yang berpotensi,’’ ungkapnya.

 

Antisipasi Stres Bermain Game Online

Dari sejumlah hasil survei, selama masa pandemic pasar penikmat game online meningkat. Makin banyak yang menjadikan game sebagai aktivitas rutin sehari-hari. Sama seperti Khalim bersama timnya, tidak sekadar hobi dan bermain-main saja, melainkan juga menjadikannya sebagai sebuah profesi. Mereka rutin menjalani dari turnamen satu ke turnamen lain. Apalagi, kalau turnamen itu hadiahnya besar.

Seiring semakin banyaknya pemain game online sebagai satu jalan menuju ketenaran dan penghasilan, konsekuensi pun mengikuti. Baik fisiologis maupun psikis. Mulai terjadinya keletihan hingga potensi stres. Maklum, berlama-lama dalam game online tentu membutuhkan ketahanan fisik dan mental.

Guru besar Psikologi Unair Prof Suryanto menyatakan, mereka yang menekuni game online sebagai sarana menjadi atlet e-sport profesional maka memang seharusnya ada pendampingan. Ada pelatihnya hingga perencanaan program-programnya. Dengan demikian, potensi atau ekses negatif seperti terjadinya keletihan berlebihan atau stres dapat diminimalkan.

‘’Jadi, tinggal tujuan utamanya apa? Kalau memang tujuannya ingin jadi atlet, memang mesti ada pelatihnya, manajernya, hingga rencana program latihan, pemeriksaan kesehatan, dan seterusnya,’’ ujarnya dihubungi Jawa Pos, Rabu (22/9).

Bukan hanya e-sport yang berpotensi terjadi stres bagi para pemainnya. Namun, juga olahraga lain. Bahkan, juga profesi apapun. Pemicu stres bisa dari internal maupun eksternal. Internal misalnya karena karakter individunya. Adapun eksternal bisa terjadi ketika berhadapan dengan tim lawan yang lebih unggul, atau adanya tekanan-tekanan harus menang.

‘’Nah, pelatih lah yang memberikan pendampingan, support, atau motivasi sehingga jangan sampai stres itu terjadi,’’ ungkap guru besar yang juga mengajar mata kuliah psikologi olahraga itu.

Stres terdapat dua macam. Yakni, eustres dan distres. Eustres relatif berjangka pendek dan biasanya dapat diatasi oleh individu bersangkutan. Bahkan, bisa berdampak positif untuk meningkatkan motivasi. Sebaliknya, distres berjangka panjang dan sulit ditangani secara pribadi. ‘’Yang mesti dihindari adalah distres itu,’’ ucap Suryanto.

Dia pun menanggapi, fenomena maraknya penikmat game online di kalangan anak muda saat ini tidak perlu dirisaukan dengan berlebihan. Termasuk bagi para orang tua. Suryanto kembali menyebut, fokus pada tujuan utama seseorang. Kalau memang berniat menjadi atlet profesional e-sport, maka mesti bersungguh-sungguh untuk dapat mewujudkannya. Namun, kalau sekadar menjadi hobi, tentu tidak boleh berlebihan.

‘’Kalau misalnya ingin menjadi akademisi, tapi menghabiskan waktunya di game online, seperti itu yang menjadi masalah. Nah, orang tua harus mengetahuinya. Jika anaknya memang ingin serius di e-sport maka harus tahu timnya apa, pelatihanya siapa, ikut turnamen di mana, dan seterusnya,’’ ungkapnya.

Jadi, sepanjang mengetahui dan menyadari tujuan utamanya dan batas-batasnya, maka fenomena game online itu tidak akan menjadi masalah.

 

 


Dari Kampus Top Tiongkok, Kesengsem Game Online, dan Mimpi Pro Player