Siswa Bisa Menularkan Covid-19 ke Keluarga di Rumah

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Siswa Bisa Menularkan Covid-19 ke Keluarga di Rumah


JawaPos.com – Pemerintah telah mengizinkan sekolah di zona hijau dan kuning untuk kembali buka. Di Jatim, sekolah di zona kuning dan oranye bakal menjalankan uji coba pembelajaran tatap muka mulai 18 Agustus. Tapi hati-hati. Jangan sampai sekolah menjadi klaster baru penularan Covid-19.

Di Tulungagung, Jawa Timur, Satgas Covid-19 setempat menemukan seorang anak yang positif terinfeksi virus korona.

Bocah berusia 9 tahun itu diduga tertular dari ayahnya. Bocah tersebut termasuk anggota kelompok belajar secara luring. Petugas akhirnya melakukan tracing dan testing terhadap lima anak dan dua guru yang menjadi anggota kelompok belajar itu. Untungnya, hasilnya negatif. Meski demikian, Satgas Covid-19 mengimbau agar kegiatan luring dihentikan sementara.

Wakil Juru Bicara Satgas Covid-19 Tulungagung Galih Nusantoro mengatakan, kasus itu menjadi bahan evaluasi kegiatan luring di tempat lain. ’’Protokol kesehatan harus tetap dipatuhi, ini upaya untuk menekan angka penularan,” terang dia kepada Jawa Pos Radar Tulungagung.

Baca juga: Sebanyak 289 Anak Usia Sekolah di Papua Positif Covid-19

Di Bondowoso, beberapa SMA dan SMK telah melakukan pembelajaran tatap muka. Menurut Kepala Cabdin Jatim Wilayah Bondowoso-Situbondo Sugiono Eksantoso, sekolah daring banyak ruginya. ”Sangat tidak efektif, banyak masalah di lapangan,” kata Sugiono saat ditemui Jawa Pos Radar Bondowoso di ruang kerjanya kemarin. Karena itu, pihaknya mengizinkan sekolah tatap muka. ”Kita sudah tatap muka dengan jumlah terbatas dan menjalankan protokol kesehatan ketat,” imbuhnya. Semua guru dan siswa yang ke sekolah harus dideteksi suhu tubuhnya, cuci tangan, memakai masker, serta menjaga jarak saat kegiatan belajar-mengajar.

Sementara itu, di Kabupaten Tegal, beberapa guru, siswa, serta tenaga Tata Usaha (TU) SDN Bogares Kidul 02, Kecamatan Pangkah, menjalani tes swab. Sebab, seorang siswa di sekolah tersebut terkonfirmasi Covid-19. ”Siswa kami yang berinisial ZNK positif Covid,” jelas Sri Hayati, guru SDN Bogares 02, kepada Radar Tegal Rabu (12/8). Dia menjelaskan, jumlah siswa yang sempat kontak erat dengan ZNK 16 anak. Sedangkan guru dan TU, ada beberapa orang. Beruntung, hasil swab mereka negatif.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Tegal dr Joko Wantoro mengatakan, ZNK yang masih berusia 8 tahun itu berasal dari Desa Bogares Kidul, Kecamatan Pangkah. Pasien itu merupakan cucu B, 66, yang sebelumnya terpapar Covid-19. Pasien B yang bekerja sebagai sopir bajaj di Jakarta tersebut sekarang masih menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD dr Soeselo Slawi. Namun, lanjut Joko, sebelum dinyatakan positif Covid, ZNK sempat masuk sekolah selama tiga hari. Mulai Senin (20/7) hingga Rabu (22/7). Alhasil, kontak erat ZNK harus menjalani rapid dan swab test. Jumlah kontak erat ditemukan 29 orang. Mereka adalah teman sekolah, guru, dan teman mengaji di TPQ. ”Mereka sudah di-swab. Hasilnya negatif,” jelasnya.

Baca juga: SMA-SMK di Jatim Uji Coba Masuk Sekolah 18–31 Agustus

Sejumlah pihak memang menentang kebijakan pemerintah yang mengizinkan sekolah buka lagi. Sebab, pembelajaran tatap muka dianggap berpotensi menjadikan sekolah sebagai klaster baru penularan Covid-19.

Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Evy Mulyani mengatakan, jika ada satuan pendidikan atau sekolah terindikasi tidak aman, pemerintah daerah (pemda) wajib menutup kembali satuan pendidikan itu. Termasuk apabila ada daerah yang tingkat risiko penularan Covid-19-nya berubah menjadi berbahaya, lembaga pendidikan harus ditutup. Misalnya dari semula zona hijau menjadi oranye atau merah. Atau dari yang semula kuning menjadi oranye atau merah. ”Implementasi dan evaluasi pembelajaran tatap muka adalah tanggung jawab pemerintah daerah,” katanya kemarin.

Evy menuturkan, dalam menjalankan evaluasi itu, pemda didukung pemerintah pusat. Dia berharap dinas pendidikan dan dinas kesehatan di daerah bersama kepala satuan pendidikan berkoordinasi terus dengan satgas Covid-19 setempat.

Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, akan banyak bermunculan klaster Covid-19 di sekolah karena Kemendikbud melonggarkan pembelajaran tatap muka. ”Semua dokter sudah bilang jangan. Kok ngeyel,” cetusnya.

Baca juga: KPAI Sebut Kurikulum Darurat Membingungkan Sekolah

Dia menegaskan, sejak terjadi pandemi pada Maret lalu, sampai sekarang tidak ada perbaikan pelaksanaan PJJ yang signifikan. Tidak ada panduan serta pendampingan secara lebih teknis dari Kemendikbud. Dalam situasi seperti saat ini, guru perlu mendapatkan pelatihan yang terorganisasi secara rapi. Dia menegaskan, mengelola SDM berbeda dengan mengelola aplikasi. ”Mengelola aplikasi tinggal memasukkan algoritma sudah beres. Mengelola SDM tidak bisa seperti itu,” cetusnya.


Siswa Bisa Menularkan Covid-19 ke Keluarga di Rumah