Melihat Bedah Rumah di Surabaya, Ubah Permukiman Kumuh Jadi Tertata

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Melihat Bedah Rumah di Surabaya, Ubah Permukiman Kumuh Jadi Tertata


Selama sepuluh tahun terakhir, wajah Kota Surabaya semakin tertata. Jumlah kawasan kumuh terus berkurang. Pemkot menggeber bedah rumah. Harapannya, Surabaya menjadi kota yang nyaman bagi warganya.

ARISKI PRASETYO, Surabaya

RUMAH Yumi kini sudah berubah. Bisa dibilang, rumah yang ditinggalinya kini terbilang sehat. Ada ventilasi yang cukup. Lantainya juga keramik. WC dan kamar mandinya turut dibenahi. Udara di dalamnya tidak lagi lembap.

Beda halnya dengan kondisi dulu. Rumah yang terletak di Mojo Kidul tersebut tidak layak huni. Hampir semuanya tertutup. Ubinnya rusak di sana-sini. ’’Pembenahan rumah kini sudah rampung,’’ jelas Kabid Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Bagus Supriyadi kemarin.

Bedah rumah berjalan sejak tiga tahun silam. Hingga kini ada ribuan rumah yang mendapatkan perbaikan dari Pemkot Surabaya.

Program bedah rumah tersebut berasal dari pikiran sederhana. Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Surabaya terus bertambah. Kota ini pun semakin sesak. Kebutuhan hunian semakin meningkat. Sementara itu, luas wilayah untuk permukiman terus berkurang. Dampaknya, muncullah kawasan kumuh di sana-sini.

Namun, pemkot tidak ingin hanya pasrah. Lonjakan penduduk itu harus disikapi. Sebab jika dibiarkan, kota semakin tidak tertata. Wajah Surabaya tak boleh suram. Solusi pun dirancang lewat penataan kawasan hunian. Program bedah rumah digulirkan.

Pada 2018, rumah tidak layak huni (rutilahu) menyasar 1.648 rumah warga. Satu tahun berselang, kuotanya mencapai 1.090 unit. Nah, tahun lalu jumlah penerima program itu berkurang. Karena pandemi Covid-19 merebak, pemkot terpaksa melakukan refocusing anggaran. Karena itu, hanya ada 461 rumah yang dibenahi.

Bagus menjelaskan, total ada 4.005 rumah warga yang menerima program itu. Lokasinya tersebar di seluruh penjuru Surabaya. ’’Kami benahi rumah hingga layak ditempati,’’ terang pria asal Ngawi itu.

Sejatinya, pemohon yang mengajukan rutilahu setiap tahun lebih dari 1.000 orang. Namun, tidak seluruhnya mendapatkan lampu hijau. Sebab, ada tahapan yang mesti berjalan terlebih dahulu.

Pertama, pemkot melakukan verifikasi. Teknisnya adalah dengan menelaah data. Pengajuan rutilahu dipelototi. Benar-benar membutuhkan ataukah tidak. ’’Pengajuan data dari kelurahan,’’ paparnya.

Setelah mendapatkan data, berlanjut tahap kedua. Petugas lapangan mendatangi satu per satu calon penerima. Dinsos menggelar survei. Tujuannya, memastikan rumah yang hendak dirombak sesuai dengan kriteria dan syarat.

Ada sejumlah kriteria dan syarat yang harus dipenuhi warga yang ingin rumahnya diperbaiki. Untuk kriteria, program tersebut diberikan khusus bagi yang tidak mampu atau fakir miskin. Itu dibuktikan dengan masuk data masyarakat miskin. ’’Serta memiliki surat keterangan miskin (SKM) dari kelurahan,’’ paparnya.

Untuk persyaratan, penerima program itu harus memenuhi enam poin. Di antaranya, KTP Surabaya, kondisi rumah tidak layak huni, dan rumah berdiri pada lahan yang sah. ’’Tidak dalam sengketa serta dibuktikan dengan surat dari kelurahan,’’ terangnya.

Selain itu, penerima harus dipastikan belum pernah menerima program bedah rumah. Yang terakhir, mendapatkan rekomendasi dari pemimpin wilayah. Yaitu, ketua RT dan RW.

Rutilahu menyasar bangunan yang tidak layak. Misalnya, rumah yang tidak memiliki pembuangan limbah, kurang pencahayaan, dan sirkulasi udara. Dinding dan atap rusak atau lapuk. Posisi lantai lebih rendah dari jalan atau lantai terbuat dari bambu dan tanah yang tidak layak. Selain itu, rumah tidak memiliki jamban.

Untuk memperbaiki satu rumah, pemkot sudah menelaah. Menentukan besaran maksimal dana yang digunakan. Nilainya mencapai Rp 30 juta.

Baca Juga: Selama Pandemi, Banyak Istri di Surabaya yang Tinggalkan Suami

Kepala Dinsos Suharto Wardoyo menjelaskan, dana rutilahu dari pemkot itu ditransfer ke unit pemberdayaan masyarakat kelurahan (UMPK). UPMK mendesain perbaikan. Biasanya, desain mengikuti bentuk rumah.

Desain bangunan tuntas. Langkah selanjutnya, UPMK mengerjakan perbaikan. Pembangunan itu berjalan selama satu hingga dua bulan. Bergantung pada kerusakan rumah.

Rutilahu bakal terus berjalan. Pemkot menargetkan tidak ada lagi kawasan kumuh di metropolis. Pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, serta untuk rakyat. 

Saksikan video menarik berikut ini:


Melihat Bedah Rumah di Surabaya, Ubah Permukiman Kumuh Jadi Tertata