Penutupan Jalan Berdampak Macet, PSI Surabaya Usul Mikro Lockdown

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Penutupan Jalan Berdampak Macet, PSI Surabaya Usul Mikro Lockdown


JawaPos.com–Dewan meminta Pemerintah Kota Surabaya perhatikan dampak kemacetan di jalur alternatif akibat penutupan sejumlah jalan protokol. Penutupan jalan itu sebagai upaya pemkot untuk mengurangi mobilitas masyarakat dan mencegah kerumunan selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Anggota Komisi C DPRD Surabaya William Wirakusuna seperti dilansir dari Antara di Surabaya mengatakan, Pemkot Surabaya harus menghitung dampak kemacetan di jalur alternatif. Sebab, penutupan jalan protokol sejak Senin (1/2) hingga Minggu, warga justru menggunakan jalan alternatif yang sempit.

”Dengan penutupan jalan, bisa menimbulkan kemacetan di jalan alternatif. Hal ini justru menimbulkan kepadatan di wilayah tersebut dan berbahaya bagi warga sekitarnya,” kata William.

Jalan protokol yang ditutup di antaranya meliputi Jalan Raya Darmo, Jalan Tunjungan, dan Mayjen Sungkono. Penutupan jalan untuk Senin sampai Kamis dimulai pukul 22.00–05.00 WIB, sedangkan Jumat sampai Minggu pukul 20.00–06.00 WIB.

Menurut William, maksud awal dari penutupan jalan adalah untuk jaga jarak (physical distancing) tapi efeknya adalah kepadatan bahkan kemacetan yang justru menimbulkan kerumunan. Hal itu harus dipertimbangkan lagi oleh Pemkot Surabaya.

Dampak penutupan ruas jalan dapat terlihat di beberapa ruas jalan alternatif sebelum pukul 08.00 WIB. Jalan-jalan alternatif tersebut dipadati warga yang melintas karena jalur utama ditutup.

”Jangan tanggung hanya menutup beberapa ruas jalan, sekalian aja mikro lockdown,” kata William yang juga Ketua Fraksi PSI DPRD Surabaya itu.

Di mengatakan, sejak awal pandemi Covid-19 di Surabaya selalu mengusulkan mikro lockdown per-RT. Langkah tersebut lebih efektif dan efisien dalam mencegah persebaran virus korona.

”Jadi begitu di suatu wilayah RT terdapat pasien positif, semua warga RT tersebut harus diusap (swab) dan sementara menunggu hasil tes usap, wilayah tersebut di-lockdown. Pemkot Surabaya selama itu memberikan makanan bagi warga tersebut atau RW dan wilayah RT lain membantu,” ujar William.

Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, tujuan penutupan jalan adalah untuk menciptakan kawasan physical distancing dan membatasi gerak mobilitas masyarakat. Pada hari tertentu biasanya kawasan itu digunakan sebagai tempat berkumpul orang-orang atau komunitas.

”Karena dari hasil laporan (pemerintah pusat) protokol kesehatan pemakaian masker meningkat, kerumunan berkurang, tetapi mobilitas warga masih meningkat,” kata Eddy.

Eddy menjelaskan, pantauan mobilitas masyarakat dapat dilakukan melalui masing-masing provider telepon. Melalui provider, mobilitas masyarakat dapat terpantau bergeraknya ke mana. Dari hasil pantauan itu tercatat jika pada saat jam-jam kerja, mobilitas masyarakat sangat tinggi.

”Pada pukul 07.00 atau 08.00 sampai 19.00 WIB, mobilitas masyarakat sangat tinggi di Jawa dan Bali. Makanya untuk Surabaya beberapa lokasi kita lakukan physical distancing, yakni kawasan yang tidak bisa dilewati untuk mengurangi mobilitas masyarakat,” terang Eddy.

Saksikan video menarik berikut ini:


Penutupan Jalan Berdampak Macet, PSI Surabaya Usul Mikro Lockdown