Vania Santoso, Bawa HeySTARTIC Capai Posisi Kedua WEPs Awards

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Vania Santoso, Bawa HeySTARTIC Capai Posisi Kedua WEPs Awards


Menyulap produk ramah lingkungan menjadi barang trendi alias fashionable merupakan suatu keharusan bagi Vania Santoso. Lewat produk sustainable fashion yang terlihat keren, orang yang mengenakannya akan lebih bangga.

NURUL KOMARIYAH, Surabaya

’’FASHION itu tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Bahkan, seremeh piyama untuk dipakai di rumah atau masker yang kita butuhkan sehari-hari, keduanya sama-sama merupakan produk fashion,’’ ujar Vania.

Alasan itu membuatnya mantap untuk menjadikan bidang fashion sebagai sarana menyuarakan kampanye tentang lingkungan. Bersama sang kakak, Agnes Santoso, Vania menggagas HeySTARTIC pada 2014.

Sebuah gerakan ecopreneurship yang berfokus penuh pada kegiatan sirkulasi ekonomi dari hasil pengolahan limbah. Terutama produk berbahan dasar sak semen bekas yang diolah sedemikan rupa menjadi beragam produk.

Misalnya, tas, dompet, dan sepatu. ’’Awal fokus di fashion itu karena ingin mengedukasi soal lingkungan lewat produk yang sehari-hari kita pakai. Tas, baju, aksesori, dan sebagainya,’’ imbuh alumnus Manajemen Unair itu.

Dalam semua proses produksinya, HeySTARTIC menerapkan prinsip artistic outside, ethical inside. Sebuah moto untuk menghasilkan karya indah dari limbah yang beretika dan beradab dalam penciptaannya.

Dalam pembuatannya, penggunaan barang baru sangat diminimalkan. Sebaliknya, memaksimalkan barang bekas seperti kertas semen untuk sisi luar. Termasuk sisa-sisa guntingan kain perca. ’’Pengirimannya tidak menggunakan plastik. Diganti bungkus kertas semen dan kantong belanja yang bisa dipakai lagi. Terus dikasih kertas ucapan terima kasih karena sudah ikut membantu menyelamatkan lingkungan dengan memilih produk fashion berkelanjutan,’’ paparnya.

Vania dan tim juga berkomitmen dalam penanaman mangrove untuk mengurangi emisi. Menurut dia, proses produksi fashion mesti berpihak pada lingkungan dan makhluk hidup lain. Sebab, hidup di bumi bukan hanya persoalan tentang diri sendiri. Melainkan juga menjaga alam semesta sebagai tempat tinggal yang nyaman dihuni selamanya.

’’Sayang saja kalau aku yang masih tinggal di bumi ini harus terus-terusan konsumtif terhadap produk keren. Tapi, di balik kekerenannya, ada proses yang menyedihkan dan eksploitatif terhadap makhluk hidup lain. Masak tega mencemari lingkungan, menguliti binatang,’’ tegasnya.

Vania dan tim disuplai bahan baku oleh kontraktor dan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia. Dia tidak bekerja sendiri. Tapi, melibatkan pembatik dan seniman lukis lokal. Juga, perajin ecoprint, pengolah botol bekas, dan komunitas petani yang membuat ecobrick. Jumlahnya 20-an orang. Mereka bahu-membahu merancang dan mengeksekusi ide fashion yang kekinian. Yang tidak kalah keren dengan produk-produk fast fashion.

Aneka rupa inovasi dan kreasi pun dilakukan demi menarik minat orang terhadap produk fashion berkelanjutan. Sebut saja, mengombinasikan kain etnik dengan sak semen. Selain itu, mengeksplorasi motif-motif batik dan ecoprint yang dilukis di atas sak semen.

’’Meskipun pada akhirnya tidak signifikan mengurangi sampah karena tumpukan sampah itu akan terus ada selama kita tidak mengurangi konsumsi, setidaknya fashion berkelanjutan bisa jadi alternatif solusi. Dan, tren yang ke depannya bisa menggantikan merek-merek fashion yang tidak ramah lingkungan,’’ jelasnya.

Konsistensi dan minat yang besar terhadap lingkungan pun mengantarkan Vania mencapai posisi kedua. Pada November 2020, dia dinobatkan sebagai juara II dalam WEPs (Women Empowerment Principles) Awards yang diselenggarakan UN Women Asia-Pacific dalam kategori Youth Leadership. Dia dianggap sebagai sosok generasi muda yang berhasil memimpin HeySTARTIC sebagai bisnis rintisan. Yang di dalamnya menerapkan prinsip-prinsip mengenai women empowerment (pemberdayaan perempuan) dan kesetaraan gender.

’’Sebelum ke tingkat Asia-Pasifik, aku terlebih dulu keluar sebagai juara I di tingkat nasional,’’ ungkapnya. Vania mengatakan, seluruh proses seleksi dilakukan lewat daring karena masih dalam masa pandemi. Dia diwajibkan untuk mengirimkan dokumen pendukung, baik foto maupun video, yang sesuai atau berkaitan dengan prinsip-prinsip UM Woman.

’’Waktu aku baca poin-poinnya, lho ini kan yang sudah kami lakukan selama ini. Ternyata yang sudah berjalan di HeySTARTIC punya nilai tentang pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Akhirnya dicoba. Ternyata lolos dan bahkan di luar dugaan bisa juara,’’ kenangnya.

Dia menuturkan, total ada tujuh prinsip yang digaungkan UN Woman. Di antaranya, manajemen kepemimpinan, kesetaraan dalam bekerja, dan kampanye mengenai kesetaraan gender.

Dia menambahkan, di dalam struktur HeySTARTIC, para srikandi berada pada level manajemen. Mereka memegang peran vital. Mulai pendiri, fasilitator, hingga koordinator quality control. Semua individu di dalamnya dibebaskan menjalankan pekerjaan sesuai dengan ketertarikannya. Tanpa ada batasan atau pengotakan bahwa suatu hal harus dikerjakan perempuan atau laki-laki.

’’Program kami memang mendorong bagaimana perempuan bisa berdaya dan berkarya. Sementara itu, laki-laki menciptakan lingkungan yang mendukung hal tersebut. Perajin pun bukan melulu ibu-ibu. Banyak juga bapak-bapak yang terampil dan punya peran besar dalam proses produksi,’’ jelasnya.


Vania Santoso, Bawa HeySTARTIC Capai Posisi Kedua WEPs Awards