Bila Warga Binaan Blok W Lapas Kelas II-A Sidoarjo Fashion Show

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Bila Warga Binaan Blok W Lapas Kelas II-A Sidoarjo Fashion Show


Warga binaan Lapas Kelas II-A Sidoarjo tidak hanya rebahan di dalam tahanan. Mereka juga aktif mengikuti beragam kegiatan. Para tahanan dan narapidana (napi) blok wanita (W) pun bersemangat menjadi peserta lomba peragaan busana.

MAYA A., Sidoarjo

RABU sore (28/4) puluhan perempuan berkumpul di lorong kantor Lapas Kelas II-A Sidoarjo. Mereka adalah warga binaan di lapas tengah kota tersebut. Dandanan para tahanan dan napi tidak seperti kebiasaan sehari-hari.

Mereka tidak memakai kaus bertulisan WBP (warga binaan pemasyarakatan) yang biasa dikenakan di dalam bui. Puluhan penghuni blok W tersebut berdandan rapi. Mengenakan baju terbaik yang dimiliki. Wajah mereka dipoles make-up plus gincu yang menanggalkan kesan lugu.

Para perempuan beragam usia itu tengah menunggu momen tampil dalam perlombaan fashion show. Saat itu, ada yang menampakkan wajah cemas. Sebagian lagi saling menguatkan dengan berpegangan tangan. Ada juga yang tampak tenang dan siap melenggang di halaman tempat lomba peragaan busana digelar.

Saat pembawa acara meminta peserta masuk area lomba, para perempuan yang berdandan ’’spesial’’ itu tak langsung bergegas. Mereka berebut barisan paling belakang. Hingga akhirnya mereka diminta masuk ke arena perlombaan sesuai nomor urut.

Dini Rijanti, salah seorang peserta yang terlihat percaya diri. Mengenakan baju batik, dia tampak menarik. Aksesori kalung eksentrik yang dikenakan menambah poin plus penampilannya. Juga penutup kepala yang berbeda dari peserta lainnya. ’’Pokoknya, saya berusaha tampil sesuai tema Ramadan. Pakaian tertutup yang sopan,’’ ujar Dini.

Untuk berpenampilan seperti itu, Dini harus melibatkan keluarga. Dia menghubungi keluarga untuk mengirim pakaian yang akan digunakan dalam lomba.

Sebab, selama di tahanan, perempuan 52 tahun itu hanya memakai kaus dan celana. Tidak membawa pakaian formal. Apalagi baju untuk tampil dalam perlombaan di dalam bui.

’’Persiapannya sangat mendadak. H-2 perlombaan, kami baru mendapat informasi pasti,’’ ucap ibu seorang anak itu.

Meski waktu persiapan pendek, Dini tetap berkomitmen untuk tampil. Mendampingi warga binaan lain dari blok W-3. Dini tidak pernah menargetkan juara. Dia hanya ikut memeriahkan acara.

Napi kasus korupsi tersebut menjagokan rekan sesama kamarnya yang menjadi juara. Karena itu, Dini melatih mereka dengan maksimal sebelum lomba.

Dini yang memiliki pengalaman sebagai model majalah saat muda memberikan semua ilmu untuk bekal lomba. Mulai cara berjalan, bergaya di depan dewan juri, hingga memadupadankan pakaian. Bahkan, Dini turun tangan me-make up lima peserta lainnya.

”Pokoknya, saya ikut ya sebagai wujud partisipasi saja. Sudah usia kepala lima masak mau jadi juara,’’ ujarnya, lantas tertawa.

Ternyata, tim penilai memberi keputusan lain. Dini yang sudah tidak muda lagi dinobatkan sebagai juara pertama.

Dia meraih nilai tertinggi dalam lomba yang diikuti total 29 peserta tersebut. Pakaian, gaya berjalan, hingga keserasian aksesori yang dikenakan mampu memikat juri.

Anggota DPRD Surabaya periode 2014–2019 itu sempat tidak percaya saat dinyatakan sebagai juara. Sudah lebih dari 20 tahun dia tidak lagi menginjakkan kaki di event serupa. ’’Terakhir masih bisa di catwalk itu umur 30 tahun. Setelah itu, sudah tidak tampil. Baru ini tadi mulai lagi,’’ lanjut nenek seorang cucu itu, lantas tersenyum.

Saat tampil, dia tidak merasa lelah. Tapi, setelah perlombaan usai, dia baru merasakan pegal. ’’Selama di sini tidak pernah pakai high heels. Tadi setelah pakai selama lebih satu jam, rasanya kaki bengkak,’’ ujar perempuan yang sudah berada di bui selama 1 tahun 7 bulan itu, lantas tertawa.

Pengalaman tidak jauh berbeda dialami peserta lainnya. Via Restika, peserta nomor 4 yang menyabet juara kedua, pun merasa deg-degan saat mengikuti perlombaan. ’’Tangan dingin. Sebelum mulai lomba sampai selesai. Baru pertama kali ikut fashion show,’’ ujar perempuan 29 tahun itu.

Ibu seorang anak itu mengaku bingung saat harus berjalan di karpet merah tempat lomba. Dia tidak memiliki banyak referensi gaya.

Terpenting saat itu, napi kasus narkoba tersebut berjalan dengan pelan. Saat di depan juri, dia memamerkan senyuman. Sehari sebelum lomba, napi yang dipidana selama 1,5 tahun itu mengaku tidak bisa tidur. Dia juga tidak doyan makan. Memikirkan penampilan saat perlombaan. Terlebih ada puluhan pasang mata yang menyaksikan.

Via baru lega saat perlombaan selesai. Dia pun tidak menyangka bisa menyabet juara kedua. Berbeda dengan Dini, Via mengikuti lomba tidak melibatkan keluarga. Pakaian yang dipakai ada di lapas sejak lama. Baju muslim yang sering dipakai untuk pengajian. Alas kaki pun menggunakan sandal yang dia bawa.

Meski tidak ada yang baru pada penampilan, Via berusaha tetap tenang. Saat sorak-sorai penonton bergemuruh, dia tak menanggapi. Tetap berfokus pada langkah kaki. Meski tangan dingin, dia harus bisa tampil.

Sorak-sorai penonton makin menjadi saat Siti Choiriyah tampil. Perempuan 52 tahun itu menjadi peserta terakhir. Penampilannya yang berbeda dari peserta lain mendapat perhatian penonton. Tahanan yang akrab disapa Mak Nyak itu membuat tema lampu lalu lintas untuk pakaian yang dikenakan. Termasuk jilbab yang menutupi kepalanya.

Sesuai dengan tema yang diciptakannya, nenek empat cucu itu mengenakan pakaian warna-warni. Mulai bagian kepala hingga kaki. Ada tiga buah kerudung yang digunakan dengan warna berbeda. Ada merah, kuning, dan hijau. Tiga kerudung itu dijadikan satu dengan cara dijahit tangan. Dibentuk seperti rambut yang dikepang.

Dia melambaikan tangan kepada penonton dan memberi ciuman jauh untuk mereka. Aksinya membuat semua orang yang melihat tertawa. Hingga dia dinobatkan sebagai juara kategori peserta terheboh.

Baca Juga: Bayar Rp 38 M, Dapat 21 Sertifikat Tanah Palsu dari Notaris Olivia

Bukan hanya lomba fashion show, dalam rangka memperingati bulan puasa dan Hari Pemasyarakatan, pihak lapas juga menggelar beragam perlombaan lainnya. Di antaranya, lomba tilawah dan tausiah. Ada juga bazar makanan. ’’Kegiatan ini merupakan apresiasi untuk warga binaan yang selalu aktif berkegiatan. Juga partisipasi mereka meramaikan Ramadan,’’ ujar Kepala Lapas Kelas II-A Teguh Pamuji. Dia berharap warga binaan mendapat manfaat dari beragam kegiatan yang dilaksanakan. Tidak hanya di dalam lapas, tapi juga berguna saat nanti mereka bebas.

Saksikan video menarik berikut ini:


Bila Warga Binaan Blok W Lapas Kelas II-A Sidoarjo Fashion Show