RI Desak PBB Bentuk Tim Pemantau untuk Akhiri Penjajahan di Palestina

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

RI Desak PBB Bentuk Tim Pemantau untuk Akhiri Penjajahan di Palestina


JawaPos.com – Israel memang telah mengumumkan gencatan senjata di Palestina. Namun, itu saja tak cukup. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menekankan pentingnya mengakhiri pendudukan di Palestina.

Hal tersebut juga diamini para menteri luar negeri (Menlu) yang hadir dalam sidang pleno ke-67 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar Kamis (20/5) waktu New York, Amerika Serikat (AS). Di antaranya ada Menlu Palestina, Turki, Pakistan, Arab Saudi, Qatar, Jordania, Kuwait, Maladewa, Aljazair, dan Tunisia.

Pada sidang pleno tersebut, diselenggarakan sesi debat yang membahas dua masalah utama. Yakni, situasi di Timur Tengah dan Palestina. Setidaknya ada 103 negara dan organisasi internasional yang sudah dan akan menyampaikan pandangan dalam pertemuan yang digelar dua hari itu.

Menurut Retno, setelah pertemuan sesi debat umum hari pertama, presiden Sidang Majelis Umum (SMU) PBB yang dipegang oleh Turki mangadakan pertemuan tertutup bersama para Menlu. Pertemuan itu dilakukan untuk mengonsolidasikan berbagai pandangan yang disampaikan dalam sesi debat umum di sesi pleno dan merumuskan langkah ke depan.

”Dalam pertemuan tersebut, telah mulai diterima informasi kemungkinan terjadinya gencatan senjata dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ujarnya dalam press briefing kemarin (21/5).

Mendengar hal tersebut, kata dia, semua Menlu sepakat soal pentingnya tekanan agar negosiasi dapat segera dilakukan untuk meng-address core issue. Yakni, mengakhiri penjajahan di Palestina. Sebab, bila isu tersebut tidak segera diselesaikan, kekerasan serupa bakal kembali terjadi. Retno juga meminta semua negara yang hadir menggunakan pengaruhnya agar penjajahan di Palestina dapat diselesaikan.

Dalam sesi debat, pemilik nama asli Retno Lestari Priansari Marsudi itu juga menekankan bahwa penjajahan adalah isu utama dalam konflik Israel-Palestina. Karena itu, masyarakat internasional berutang sebuah kemerdekaan kepada bangsa Palestina.

”Saya tegaskan, satu pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita sendiri, berapa lama lagi kita akan membiarkan kejahatan tersebut berlangsung?” ungkap alumnus The Hague University of Applied Sciences tersebut.

Retno juga mengatakan, pendudukan dan agresi Israel yang terus berlangsung tidak hanya patut dikecam. Tapi juga sebuah bentuk pelanggaran berat hukum internasional yang memerlukan respons bersama dari semua negara.

Dalam pidatonya tersebut, Retno menyerukan Majelis Umum PBB untuk mengambil tiga langkah. Pertama, agar Majelis Umum PBB dapat menghentikan kekerasan dan aksi militer untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban jiwa. Di saat yang sama, Majelis Umum PBB juga harus menuntut adanya gencatan senjata yang langgeng dan harus dihormati seluruh pihak.

Selain itu, kata dia, untuk dapat mencegah terulangnya kejahatan seperti ini di masa mendatang, Indonesia mengusulkan Majelis Umum PBB dapat membentuk sebuah tim internasional (international presence) di Al-Quds atau Jerusalem. Tim tersebut bertugas mengawasi dan memastikan keselamatan rakyat di wilayah pendudukan. Termasuk, melindungi status kompleks Al-Haram Al-Sharif, tempat suci untuk tiga agama.

Kedua, Majelis Umum PBB harus memastikan akses kemanusiaan dan perlindungan rakyat sipil. Hal ini menjadi tanggung jawab semua pihak untuk menyelamatkan nyawa warga sipil. Sebab, bisa saja setiap menit yang dilewatkan di sidang untuk berbicara, berjatuhan juga nyawa rakyat Palestina.

Sementara itu, ribuan penduduk Jalur Gaza dan Tepi Barat turun ke jalan kemarin (21/5). Mereka mengibarkan bendera Palestina dan mengacungkan dua jari membentuk tanda V yang berarti victory alias kemenangan. Massa bersukacita karena akhirnya gencatan senjata terealisasi sekitar pukul 02.00. Mereka tidak lagi ketakutan akan bom-bom Israel yang bisa dijatuhkan setiap saat.

Baca juga: Pemimpin Hamas Minta Jokowi Mobilisasi Dukungan untuk Tekan Israel

Perang selama sebelas hari itu telah merenggut 243 nyawa penduduk Palestina. Sebanyak 66 di antaranya adalah anak-anak. Itu belum termasuk kerusakan masif yang terjadi di berbagai titik. Gedung-gedung bertingkat rata dengan tanah. Di pihak Israel, 12 orang tewas.

Gencatan senjata tersebut diprakarsai Mesir. Delegasi Mesir yang dipimpin petinggi intelijen Ahmed Abdel Khaleq tiba di Gaza beberapa jam setelah gencatan senjata. Sebagian penduduk yang sebelumnya mengungsi di sekolah-sekolah dan selter lainnya kini kembali ke rumah masing-masing. Bagi warga Gaza, ini adalah momen untuk merayakan Idul Fitri. Mereka tidak sempat merayakannya karena serangan Israel.


RI Desak PBB Bentuk Tim Pemantau untuk Akhiri Penjajahan di Palestina