Trip For Education Tekankan Belajar Bisa di Mana Saja

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Trip For Education Tekankan Belajar Bisa di Mana Saja


Didirikan pada 2019, Trip For Education (TFE) ingin melepas kesan bahwa belajar itu berat dan serius. Justru belajar itu menyenangkan dan bisa di mana saja. Melalui berbagai kegiatan kreatif, kini TFE sudah mengasuh hingga 30 anak untuk melepas hobi-hobi negatif mereka.

RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya

SETELAH menunaikan salat Isya, beberapa anak mulai datang ke rumah Pungki Purita di kawasan Tubanan Indah, Kecamatan Tandes. Halaman rumah Pungki memang cukup luas, namun ada beberapa peralatan bengkel yang masih diletakkan di sana.

Anak-anak yang berusia 9–10 tahun itu sigap mengambil sapu dan membersihkan area yang akan mereka gunakan. Tikar digelar dan semakin banyak anak yang hadir di halaman rumah.Kebiasaan tersebut selalu dilakukan setiap Rabu malam. Setiap pekan mereka punya kegiatan berbeda-beda. Kebanyakan memang masih berkisar pada karya kreativitas buatan tangan.

Misalnya, membuat mobil-mobilan dari botol plastik dan pesawat-pesawatan dari stik es krim. ”Kami ingin tegaskan bahwa belajar itu bisa pakai bahan apa saja, di mana saja, biarpun halaman rumah yang seadanya,” ucap Pungki, pendiri Trip For Education.

Pada pukul 7 malam, anak-anak sudah ramai duduk di atas tikar. Usianya cukup beragam, mulai yang masih 5 tahun hingga remaja yang duduk di kelas X SMA. Celotehan mereka yang saling menggoda jadi hiburan tersendiri untuk Pungki.

Tema saat itu adalah membuat parsel. Pungki menyiapkan beberapa bungkus makanan ringan, plastik pembungkus, dan wadah parsel. ”Suasana Lebaran, jadi kita belajar buat parsel ya! Kecil-kecil saja,” tutur Pungki.

Parsel-parsel tersebut kemudian diberikan kepada tetangga yang ingin dihadiahi oleh anak-anak. Mereka harus mengantarkan sendiri parsel itu. ”Saya temani, terus mereka sendiri yang silaturahmi. Jadi, anak-anak minta maaf kalau sering celoteh ramai tiap Rabu malam,” ucap perempuan 25 tahun itu.

Di sesi lainnya, Pungki mengajak anak-anak membuat karya dari daun kering. Remaja yang sudah duduk di bangku SMP dan SMA kebagian jadi ’’pengajar’’ pada saat sesi prakarya seperti itu. Mereka membimbing adik-adiknya yang masih berusia TK dan SD.

Mereka boleh membawa daun kering sebanyak-banyaknya, kemudian dipotong kecil-kecil. Potongan tersebut lantas ditempelkan pada kertas. Bentuknya beragam. Ada yang membentuk ikan, rumah, bahkan mobil-mobilan. ”Karya-karya begitu kemudian dibawa pulang untuk ditunjukkan ke orang tuanya. Ada juga yang dititipkan di saya supaya enggak hilang,” tutur Pungki tersenyum.

Sejak didirikan pada 2019, Pungki membuat beberapa program yang berbeda di dalam TFE. Kegiatan di halaman rumah itu disebut sebagai program Balik Kampung. Di sisi lain, dia juga membuat media kombinasi pembelajaran dan permainan yang ditawarkan untuk orang tua lainnya. ”Terakhir, trip itu sendiri. Hanya, selama pandemi belum bisa membawa anak-anak ke mana-mana,” paparnya.

Kegiatan Balik Kampung lebih banyak menjadi fokusnya saat ini untuk membantu proses belajar daring. Sejak belajar daring, energi anak-anak belum banyak terbuang seperti saat sekolah biasa. Oleh sebab itu, menciptakan sesi kreatif justru membuat anak-anak fokus pada kegiatan positif. ”Mereka itu tahan lho nongkrong di warkop hingga jam 9 malam lebih,” ucap Pungki. Alasannya, tak perlu bangun pagi untuk sekolah.

Hal itulah yang berusaha dikurangi Pungki dan tim TFE. ”Makanya kami buat kegiatan setelah Isya supaya menyesuaikan dengan kebiasaan mereka aktif di jam tersebut,” lanjutnya. Mereka bahkan tahan untuk berkreasi hingga pukul 10 malam. Kalau sudah begitu, Pungki biasanya meminta anak-anak untuk segera pulang agar tidak dicari orang tua mereka.

Positifnya, anak-anak kini mulai mengurangi pergi ke warkop hingga malam. Di luar pertemuan mingguan pun, mereka lebih banyak bermain mainan tradisional satu sama lain atau sekadar bertukar cerita dengan remaja-remaja di bawah asuhan TFE. ”Kadang ya hanya main ke rumah, ngobrol saja, cerita soal sekolahnya,” ungkapnya.

Selain Rabu, anak-anak juga berkumpul setiap Minggu. Bedanya, mereka bermain di lahan kosong di sekitar gedung SCTV. ”Setiap Minggu pagi suka ada pasar dadakan. Nah, di sana ada balapan liar yang juga mainnya pakai uang,” tutur perempuan berkacamata itu.

Pungki sadar tak mungkin membuat anak-anak serta-merta berhenti dari kebiasaan tersebut. Triknya adalah mendistraksi anak-anak dengan permainan lain yang lebih bermanfaat. ”Jadi, kita tetap ke lokasi itu. Tapi, kita buat kegiatan lain di situ juga,” lanjutnya.

Pungki dan timnya rutin membawa beragam mainan tradisional ke sana. Anak-anak bebas memilih mau memainkan yang mana. Permainannya tak harus tradisional. Yang penting bisa melibatkan banyak anak. Misalnya, main bola atau jenis olahraga berkelompok lainnya. Kini mereka tak lagi ikut-ikutan taruhan balapan liar.

Memang dibutuhkan usaha ekstra untuk menarik anak-anak mengikuti kegiatan buatannya. Pungki menyatakan, tidak ada anak yang tertarik saat diundang untuk membuat prakarya pada awal pendirian TFE. ”Diundang terus, tidak datang. Akhirnya, aku memutuskan harus aku yang mendekati mereka,” jelasnya. Dia kemudian mulai mendekati anak-anak dengan bermain ke tempat kumpul mereka. Pungki berusaha menyelami dunia anak-anak supaya mereka belajar percaya kepada Pungki.

”Akhirnya, aku ajak bikin ini yuk, suka enggak,” kenang Pungki. Lama-kelamaan anak-anak jadi antusias. Justru ide-ide karya saat ini hadir dari anak-anak. Pungki lebih banyak menyiapkan bahan-bahan kebutuhan sesuai rencana anak-anak. Pungki tak ingin membebani mereka dengan membeli bahan kebutuhan. Hasilnya, orang tua juga merasa bahwa kegiatan tersebut tidak memberatkan anak mereka.

Pungki mengatakan, banyaknya karya anak-anak saat ini akan diolah untuk pameran. Pameran tersebut bisa jadi ajang unjuk gigi kegiatan positif mereka selama ini. ”Jadi, orang tua pun yakin bahwa anaknya tidak hanya main, nongkrong tidak jelas,” ucapnya. Menurut dia, meraih kepercayaan orang tua masih jadi PR saat ini.


Trip For Education Tekankan Belajar Bisa di Mana Saja