Pantang Menyerah, Diiringi Dukungan Orang Terdekat

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Pantang Menyerah, Diiringi Dukungan Orang Terdekat


Tidak mudah putus asa dan selalu mencoba menjadi kunci tiga difabel berikut dalam menjalani kehidupannya. Mereka telah meniti karier sesuai minat. Keberhasilan mereka juga tak terlepas dari dukungan lingkungan terdekat.

HANNA SEPTIANA, Surabaya

KALIMAT pantang menyerah pantas disandingkan dengan Yuddit Yogi Irwansyah. Penyandang disabilitas tunarungu itu bekerja sebagai tim kreatif wakil wali kota Surabaya sejak April lalu. Dia diterima berkat keahliannya dalam bidang multimedia. Yakni, membuat desain, fotografi, dan lain-lain. Pekerjaan itu didapatkannya melalui jaringan kemitraan yang pernah dia ikuti. Yuddit diterima bersama dua penyandang disabilitas lainnya. Yaitu, Enrico dan Danny.

Sebelumnya, Yuddit bekerja di sebuah studio foto. Pekerjaan itu dilakoninya sejak magang di SMK pada 2008 hingga 2019 karena ditawari sang pemilik studio. Pada 2016 dia mulai merintis usahanya di bidang media dan advertising. Yuddit mengerjakan usaha itu dengan dibantu seorang rekannya.

Yuddit mengaku tidak pernah menyerah dalam meniti karier meski sempat merasa diremehkan sebagian orang. Sebab, Yuddit sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan nondifabel. ’’Tapi, saya telah terbiasa mengatasinya sekarang,” ujar alumnus D-1 Desain ITS itu. Ibundanya juga selalu mendukungnya dalam berkarya.

Berkat dukungan dari orang terdekat, dia semakin termotivasi. Yuddit juga berkomitmen untuk mengadvokasi teman-teman difabel untuk bekerja.

Ada juga tunadaksa Reza Pahlevi yang menjadi guru bahasa Inggris berstatus ASN di SMPN 27 Surabaya. Walaupun harus menggunakan alat bantu jalan atau walker, dia tetap aktif mengajar. Pihak sekolah membantu memfasilitasi dengan kelas bergilir di lantai bawah agar Reza tidak mengalami kesulitan. Bahkan, sekarang dia menjadi staf hubungan masyarakat.

BUKA DIRI: Penyandang cerebral palsy Fira Fitria aktif sebagai penulis dan mahasiswa S-2 double degree di Unair. (Hanaa Septiana/Jawa Pos)

’’Dia punya potensi dan kami juga mendukung agar sekolah bisa ramah difabel,” ucap Wakil Kepala SMPN 27 Bidang Humas Agus Achmad Yani.

Reza merupakan lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Brawijaya pada 2017. Sebelumnya, dia melamar pekerjaan di lembaga kursus. Namun, dia menolak karena fasilitasnya tidak ramah difabel.

Keberuntungan Reza dicapai seiring tekad kuat dalam mencari pekerjaan. Sembari menunggu, pria asal Kediri itu mempersiapkan diri dengan mengikuti sejumlah pelatihan prakerja. Di antaranya, public speaking dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Menurut dia, ada banyak cara yang bisa dilakukan agar tidak minder dengan nondifabel. Misalnya, bergaul dan ikut pelatihan bersama nondifabel. ’’Hindari terlalu berpikir buruk dengan keadaan kita dan memikirkan orang lain yang meremehkan kita,” kata dia.

Selain itu, ada penyandang cerebral palsy Fira Fitria. Dia merupakan penulis, aktivis, dan mahasiswa magister double-degree. Pada 2012–2016, Fira juga pernah bekerja sebagai penyiar radio di Tuban. Dia merasa beruntung bisa mendapatkan pengalaman itu berkat pendidikan yang diberikan orang tuanya.

’’Dukungan orang tua terhadap pendidikan penyandang disabilitas harus dinomorsatukan,” kata mahasiswa Magister Kebijakan Publik Universitas Airlangga, penerima beasiswa program khusus disabilitas, tersebut.

Selain itu, dia sangat berharap penyandang disabilitas membuka diri. Khususnya dalam mencari pekerjaan. Bagi dia, difabel dan nondifabel tidak berbeda jauh. Pemikiran itu harus ditanamkan agar tidak minder.

Pernyataan tiga difabel tersebut juga didukung psikolog Asteria Saroinsong. Menurut dia, dukungan lingkungan bisa mengatasi keminderan pada sebagian penyandang disabilitas. Mulai keluarga, sekolah, hingga teman-teman. Pendekatan lingkungan seharusnya disiapkan sejak dini. Di antaranya, menggali dan mengasah potensi yang dimiliki penyandang disabilitas.

Potensi yang dimaksud bukan hanya bakat, seperti melukis, menulis, dan menyanyi. Sifat-sifat baik dari dalam diri juga bisa menjadi potensi. ’’Misalnya, suka kebersihan, melayani, dan berkreasi bisa diasah untuk karier mereka di masa depan,” ucapnya.


Pantang Menyerah, Diiringi Dukungan Orang Terdekat