Dihantam Pandemi, Neraca Perdagangan RI Malah Surplus Banyak

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Dihantam Pandemi, Neraca Perdagangan RI Malah Surplus Banyak


JawaPos.com – Kinerja perdagangan RI mendapat tantangan cukup berat sejak pademi Covid-19 melanda. Uniknya, secara kumulatif, neraca perdagangan sepanjang Januari-Juli 2020 malah mencetak surplus lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Kita mengalami surplus USD 8,75 miliar. Surplus ini jauh lebih bagus dibandingkan Januari-Juli 2019 yang waktu itu kita defisit USD 2,15 miliar,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, dalam paparannya, Selasa (19/8).

Catatan BPS, sepanjang Januari-Juli 2018, neraca perdagangan RI juga mencetak defisit sebesar USD 3,21 miliar. Sedangkan pada Januari-Juli 2017, neraca perdagangan RI mencetak surplus hanya USD 7,39 miliar.

Pada Januari-Juli 2016, surplus neraca perdagangan hanya USD 4,76 miliar. Dan pada Januari-Juli 2015, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD 5,86 miliar.

Kecuk, sapaan Suhariyanto, memaparkan untuk bulan Juli 2020 saja, neraca perdagangan mengalami surplus USD 3,26 miliar. Kecuk menuturkan, surplus ini juga jauh lebih besar dibandingkan surplus Juni 2020 yang sebesar USD 1,25 miliar.

“Dan, jauh lebih besar dibandingkan Juli 2019, yang pada saat itu neraca perdagangan mencetak defisit USD 0,28 miliar,” katanya.

Lebih lanjut, Kecuk merincikan, surplus Juli 2020 yang sebesar USD 3,26 miliar disebabkan peningkatan ekspor bulanan yang cukup tinggi sebesar 14,33 persen. Sedangkan impornya turun 2,73 persen month-to-month (mtm).

“Surplus ini didominasi oleh (perdagangan) nonmigas kita,” imbuhnya.

Surplus dari AS hingga Filipina

Pada Juli 2020, neraca perdagangan RI dengan AS masih mengalami surplus USD 1,04 miliar. BPS mencatat, nilai ekspor RI ke AS sebesar USD 1,6 miliar, sedangkan impornya hanya USD 566 juta.

“Yang membuat surplus barang-barangnya adalah pakaian dan aksesorisnya terutama rajutan. Pakaian dan aksesoris bukan rajutan. Serta, mesin dan perlengkapan elektrik,” terang Kecuk.

Perdagangan RI dengan India juga mencetak surplus, yakni sebesar USD 466 juta. Ekspor ke India tercatat USD 800,4 juta, sedangkan impornya USD 333,5 juta.

Barang-barang utama yang membuat surplus adalah lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, serta berbagai produk kimia. Perdagangan RI dengan Filipina juga surplus USD 460,4 juta.

Ekspor ke Filipina sebesar USD 490,6 juta, sedangkan impornya USD 30,2 juta. “Yang membuat surplus yaitu bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, serta berbagai makanan dan olahan,” tutur Kecuk.

Defisit dari Tiongkok hingga Brasil

Di sisi lain, perdagangan RI dengan beberapa negara mencetak defisit, seperti dengan Tiongkok, Korea Selatan, dan Brasil. Perdagangan RI dengan Tiongkok mencetak defisit USD 694,9 juta.

Ekspor ke Tiongkok tercatat sebesar USD 2,52 miliar, sedangkan impornya mencapai USD 3,22 miliar. “Barang-barang utama yang membuat defisit adalah mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanik, serta plastik dan barang dai plastik,” jelas Kecuk.

Dengan Korea Selatan neraca perdagangan RI membukukan defisit USD 114,2 juta. Nilai ekspor ke Korea Selatan sebesar USD 428,4 juta. Sedangkan impornya mencapai USD 542,6 juta

“Karena kita banyak mengimpor mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanik, serta plastik dan barang dari plastik,” kata Kecuk.

Terakhir, perdagangan RI dengan Brasil pun mencetak defisit USD 138,3 juta. Ini dikarenakan ekspornya hanya USD 78,4 juta, sedangkan impornya mencapai USD 216,7 juta.

 


Dihantam Pandemi, Neraca Perdagangan RI Malah Surplus Banyak