Kiat Wonocolo Gang VI Menjadi Kampung Steril Covid-19 di Surabaya

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kiat Wonocolo Gang VI Menjadi Kampung Steril Covid-19 di Surabaya


Meninggalnya seorang pasien yang terserang Covid-19 membuat warga Wonocolo Gang VI, RT 3, RW 5, Surabaya, berbenah. Mereka bahu-membahu membangun perkampungan yang steril dari virus yang mematikan itu. Dalam sebulan, warga membuat kampung bebas Covid-19.

C. DENNY MAHARDIKA, Surabaya

Meninggalnya warga Wonocolo Gang VI karena terserang Covid-19 kembali terulang. Mereka berembuk. Lalu, bersepakat mengubah kampung mereka secara bertahap. Menjadi kampung yang steril dari virus korona jenis baru tersebut. Sarana-prasarana di kampung itu dilengkapi. Penjagaan masuk ke kampung juga diketatkan.

Di gerbang masuk, setiap hari ada dua orang yang berjaga. Lihat saja saat malam, mereka yang berjaga bertambah banyak. Warga juga memasang traffict light. Saat malam, lampu itu menyala yang menandakan adanya aktivitas keluar masuk gang.

Saat ada tamu yang akan berkunjung ke rumah warga, mereka harus melewati penyemprot disinfektan bersensor. Warga merancang sendiri peralatan tersebut. Ada kabel-kabel yang disambungkan dengan instalasi. ”Semuanya kami buat sendiri,” kata Achmad Ali, salah satu penggagas kampung tersebut.

Dia menjelaskan bahwa meninggalnya warga karena Covid-19 membuat masyarakat sekitar panik.

Karena itu, warga merapatkan barisan. Tepat di saat masa-masa PSBB diterapkan, warga sepakat untuk membuat kampung itu menjadi kampung steril.

Namun, mereka juga mengalami perjalanan yang tidak mudah. Ada saja hambatan yang mereka temui. Salah satunya saat awal-awal ada warga yang harus menjalani isolasi mandiri. Namun, mereka pantang menyerah. Warga membuat video-video parodi. Isinya, upaya menyosialisasikan pencegahan persebaran Covid-19. Kemudian, video itu disebar dengan memakai grup WhatsApp warga RT 3, RW 5.

Sosialiasi itu berjalan dengan lancar. Warga yang tersadar langsung membuat tempat cuci tangan dan rajin menyemprotkan disinfektan. Jika ada yang masuk tanpa masker, warga akan melarang orang tersebut untuk masuk ke lingkungan mereka. ”Kami membuatnya karena kepentingan warga juga. Ini kan untuk semua kepentingan warga. Karena kami enggak mau, kalau kami juga ikut, terkena bahaya Covid-19,” terang Ali.

Dia menambahkan, warga juga membuat tim gugus tugas. Tim tersebut terdiri atas 19 orang. Yang menarik, pengurus kampung tidak perlu menunjuk mereka. Namun, rata-rata mengajukan diri untuk terlibat dalam pencegahan persebaran virus.

Setiap orang yang masuk tim gugus tugas memiliki peran yang berbeda-beda. Ada yang bertugas sebagai tim penyemprot, mendesain kampung, dan mengawasi warga luar yang masuk tapi tidak menggunakan masker. ”Semua kami libatkan. Melalui diskusi kecil setiap minggunya,” jelasnya.

Di kampungnya, hampir setiap hari warga bertugas menyemprotkan disinfektan. Selain itu, mereka menyosialisasikan larangan masuk kampung dengan membuat banner informasi. Isinya pencegahan Covid-19.

Di banner itu, mereka menggunakan tiga simbol rambu-rambu lalu lintas. Misal, rambu dengan tanda seru. Rambu tersebut menandakan hati-hati untuk menjaga jarak minimal 1,5 meter. Selain itu, ada tanda larangan masuk. Uniknya, di rambu larangan masuk tersebut, terdapat gambar orang yang menggunakan masker. Artinya, setiap warga yang masuk ke gang harus memakai masker. Jika tidak menggunakan masker, mereka tidak bisa berkunjung. ”Kalau meremehkan, ya bisa-bisa jadi korban juga. Kami enggak mau. Cukup satu warga yang meninggal karena Covid-19,” ujarnya.

Setelah sebulan, mereka mendapatkan apreasiasi dari Cak Tejo, polantas Polrestabes Surabaya. Para polisi itu menyambangi kampung tersebut. Mereka tampak antusias. Pasalnya, kinerja warga kampung membuat permukiman steril juga bisa membikin orang lain tertarik.

Saat Cak Tejo dan Polantas Polrestabes Surabaya hadir, warga memperkenalkan banyak ikon. Bukan hanya ikon kampung steril, warga juga memperkenalkan usaha warga dalam membuat tempe olahan. Tentunya tetap memperhatikan prosedur pencegahan.

Hingga saat ini, lanjut Ali, tim gugus tugas serta warga RT 3 dan RW 5 tidak mengendurkan penjagaan. Meski sudah ada pembuatan kampung steril Covid-19. Sebab, saat pembuatan itu, warga juga berkomitmen terus melakukan inovasi agar kampungnya selalu bebas dari Covid-19.

Apalagi kondisi gang yang padat penduduk. Tim yakin bisa mengubah rasa khawatir warga menjadi optimisme dalam menghadapi Covid-19. ”Pertama yang bisa kami lakukan terus memberikan informasi yang ditempel di banner tentang angka kematian dan kasus Covid-19,” jelas Ali.

Saksikan video menarik berikut ini:


Kiat Wonocolo Gang VI Menjadi Kampung Steril Covid-19 di Surabaya