Meneropong Masa Depan Teh di Indonesia

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Meneropong Masa Depan Teh di Indonesia


Dalam beberapa waktu ke depan, teh akan tetap menjadi teh. Belum ada inovasi fundamental yang mengubah teh dari posisinya saat ini sebagai minuman yang menyegarkan.

TEH telah mengukir sejarah panjang di tanah air. Camellia sinensis, tanaman penghasil teh, mulai masuk dan ditanam di Indonesia pada abad ke-17. Tepatnya pada 1684 yang lalu. Kala itu wujudnya berupa biji dari Jepang yang dibawa Andreas Cleyer, warga berkebangsaan Jerman. Biji tersebut lalu ditanam sebagai tanaman hias di Batavia (kini Jakarta).

Cerita lain disampaikan seorang rahib bernama Francois Valentijn. Dia mengaku melihat tanaman teh sinensis di halaman rumah Camphuys, gubernur jenderal VOC saat itu yang bertugas di Batavia. Kemudian, pada abad ke-18 baru bermunculan pabrik-pabrik pengolahan atau pengemasan teh di Indonesia yang didukung VOC.

CAGAR BUDAYA: Bangunan kedai Pantjoran Tea House di Glodok, Jakarta, mempertahankan gaya arsitektur kolonial. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Kini, memasuki abad ke-21, keberadaan teh masih sama seperti saat itu. Tidak mengalami evolusi yang berarti. Baik dalam penyajian maupun konsumsi. Teh masih tetap dihidangkan sebagai minuman yang menyegarkan. Menemani kala pagi, sore, atau malam.

Wakil Dekan Sumberdaya, Kerja Sama, dan Pengembangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Slamet Budijanto mengatakan, minum teh sejatinya bukan tradisi bangsa Indonesia. ’’Tradisi minum teh ada di China, Inggris, dan Jepang,’’ katanya. Meski demikian, banyak orang Indonesia yang rutin minum teh.

Slamet menuturkan, kalau dilihat perkembangannya ke depan, teh bakal tetap menjadi minuman. Meskipun begitu, meminum teh tidak hanya soal konsumsi yang berkaitan dengan gizi. Tetapi, bakal menjadi sebuah tren. Minum teh tidak sebatas bicara fungsi makanan dan minuman yang mengenyangkan. Tetapi, ada juga unsur komunikasi dan fashion.

Baca juga: 5 Cara Sehat Minum Kopi dan Teh yang Bisa Bikin Langsing

Dia menjelaskan, di tengah perdagangan global, teh lokal harus bisa bersaing dengan produk impor. Misalnya, teh dari Thailand maupun Singapura. Slamet menjelaskan, produk teh lokal harus berinovasi. Meskipun begitu, inovasinya tidak jauh-jauh dari minuman.

Interior ruangan dihiasi lampion dan ornamen oriental. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Menurut dia, sampai saat ini, perpaduan teh dengan unsur lain yang dikenal masyarakat luas masih sebatas teh melati. Padahal, banyak sekali rempah atau herbal khas Indonesia yang berpotensi untuk dipadukan dengan teh. Namun, memadukan teh dengan rempah atau herbal harus tetap mengedepankan cita rasa. ’’Bagaimanapun teh ini bukan jamu,’’ ucapnya.

Baca juga: Ragam Minuman Teh dan Kopi yang Baik Jika Diseruput Hangat

Dia mencontohkan, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, sedang gencar konsumsi yang bisa membantu meningkatkan imunitas tubuh. Nah, dalam kondisi seperti ini, teh bisa mengambil peran strategis. Teh bisa diramu dengan herbal lokal yang memiliki efek meningkatkan imun. Dengan demikian, akan muncul herb tea.

Slamet mengatakan, bisa saja teh dikombinasikan dengan kunyit. ”Tapi, sekali lagi teh ini bukan jamu,’’ jelasnya.

Dia lantas menyebutkan jenis-jenis teh yang umum dikonsumsi di Indonesia. Yaitu, teh hitam, oolong tea, dan green tea atau teh hijau. Dari tiga jenis tersebut, yang paling banyak dikonsumsi adalah teh hitam. Teh itu diolah dengan full fermentasi, sedangkan oolong tea kebanyakan berasal dari Tiongkok dan melalui setengah fermentasi.

Baca juga: Ini Langkah Pemerintah Pacu Peningkatan Pendapatan Petani Teh Menoreh

Di sisi lain, teh hijau atau green tea belum terlalu banyak dikonsumsi. Padahal, teh jenis itu memiliki antioksidan sangat tinggi. Apalagi jika disandingkan dengan black tea atau teh hitam. Sebab, pengolahannya tidak melalui fermentasi. Dia menjelaskan, green tea banyak dikonsumsi di Jepang dan Tiongkok.

’’Indonesia juga punya green tea. Tetapi, di pasaran jarang,’’ urainya. Meski begitu, Slamet meyakini, ke depan konsumsi green tea terus meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat.

Sonia Audia memperagakan seni menyeduh teh ala masyarakat Tionghoa. (HANUNG HAMBARA/JAWA POS)

Slamet melanjutkan, kegiatan riset dan pengembangan produk teh akan terus berjalan. Termasuk, membuat produk lain dari teh selain untuk minuman. Misalnya, untuk kosmetik atau lainnya. Namun, umumnya yang digunakan adalah ekstrak dari daun teh. Melalui cara tersebut, pemanfaatan teh hanya diambil bahan aktifnya.

Dia menyebutkan, perubahan iklim merupakan tantangan tersendiri untuk komoditas teh. Slamet menuturkan, dahulu berada di kebun teh itu terasa dingin. Tetapi, sekarang tidak sedingin dahulu. Kondisi tersebut tentu dapat berpengaruh pada kualitas teh yang dihasilkan.

Sementara itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian teh untuk mengurangi risiko obesitas. Sebagaimana diketahui, orang yang obesitas atau kegemukan berpeluang menderita penyakit tidak menular (PTM). Antara lain, hipertensi, diabetes, dan kanker.

Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Nino Rinaldi mengatakan, salah satu pangan yang bisa mengurangi risiko obesitas adalah teh. Pusat Penelitian Kimia LIPI mengembangkan produk teh klon seri Gambung untuk obesitas. Hasil epigalokatekin galat (EGCG) yang merupakan senyawa aktif antiobesitas dari teh tersebut lebih tinggi daripada produk lain di pasaran. ’’Produk yang dikembangkan adalah teh hijau serbuk effervescent dan minuman ready-to-drink,’’ kata Nino.

GRAFIS: ADIT/JAWA POS

Untuk diketahui, teh klon unggul seri Gambung berpolifenol tinggi. Cocok digunakan sebagai bahan baku minuman fungsional untuk menurunkan risiko obesitas. Dengan kondisi tersebut, teh hijau penurun risiko obesitas tersebut berasa pahit dan tidak enak untuk dikonsumsi rutin. Pengembangannya dibuat rasa lebih baik sehingga bisa tetap enak dikonsumsi rutin seperti teh pada umumnya.

Ramuan teh hijau itu juga bisa dikombinasikan dengan herbal lain. Misalnya, dengan daun salam sebagai salah satu pengawet alami karena memiliki sifat antibakteri. Atau bisa dipadukan dengan kayu manis untuk meningkatkan cita rasa.

Saksikan video menarik berikut ini:


Meneropong Masa Depan Teh di Indonesia