Perubahan Gaya Hidup Selama 2020 Karena Pandemi Covid-19

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Perubahan Gaya Hidup Selama 2020 Karena Pandemi Covid-19


JawaPos.com – Saat virus Korona menyebar ke seluruh dunia, gaya hidup manusia pun berubah. Semua orang jadi lebih menghargai kesehatan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih bersih dan sehat.

Ada beberapa cara atau gaya hidup yang berubah sepanjang tahun 2020 agar melindungi diri dari penularan virus Korona jenis baru. JawaPos.com mencatat sedikitnya ada 8 perubahan gaya hidup yang banyak dilakukan masyarakat dunia selama era pandemi.

Cuci Tangan Pakai Sabun

Dalam laman NPR, semua orang dianjurkan untuk wajib mencuci tangan pakai sabun. Sebab virus Korona bisa menular lewat droplet dan juga benda-benda yang disentuh atau terkena droplet pasien terinfeksi. Virus dapat menyebar dari orang ke orang melalui tetesan pernapasan. Ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, kontak dekat dapat terinfeksi. Selain itu, virus dapat menempel di gagang pintu, tombol elevator, dan permukaan lainnya. Jika Anda menyentuh permukaan tersebut dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda, Anda dapat terinfeksi. Inilah mengapa penting untuk mencuci dengan benar.

Basuh tangan Anda dengan sabun dan gosok. “Ini cara paling efektif untuk mencegah penyakit dan infeksi,” kata Spesialis penyakit menular dari Mayo Clinic Nipunie Rajapakse, M.D., M.P.H.,

“Partikel virus yang berakhir di jari dan tangan Anda dapat ditularkan ke orang lain,” tambahnya.

Kapan pun memungkinkan, pergilah ke wastafel dan cuci tangan Anda setelah berada di tempat umum atau menyentuh permukaan yang biasa disentuh orang lain, setelah batuk atau bersin, dan sebelum memasak dan makan.

“Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik, terutama setelah pergi ke kamar mandi; sebelum makan; dan setelah membuang ingus, batuk, atau bersin,” kata CDC.

CDC juga menganjurkan hindari kontak dekat dengan orang yang sakit. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut Anda. Tinggallah di rumah saat Anda sakit. Tutupi batuk atau bersin dengan tisu, lalu buang tisu ke tempat sampah.

Bersihkan dan desinfeksi benda dan permukaan yang sering disentuh menggunakan semprotan atau lap pembersih rumah tangga biasa.

Pakai Masker

KAMPANYE PAKAI MASKER: Menggunakan masker kain dua lapis dan masker medis lebih aman dari penularan Covid-19 dibandingkan masker scuba. (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

CDC merekomendasikan penggunaan masker wajib dalam situasi apapun. Pakai masker adalah langkah sederhana dan efektif yang dapat kita lakukan sekarang untuk mencegah penyebaran virus Korona. Masker akan mencegah tetesan droplet ke paru-paru inang yang batu dari tetesan orang yang terinfeksi.

Dalam panduan terbaru yang diposting ke situsnya pada hari Selasa (10/11), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS melangkah lebih jauh, menyarankan bahwa memakai masker dapat mengurangi paparan tetesan infeksi melalui penyaringan.

Dengan kata lain, CDC sekarang mengatakan memakai masker bukan hanya menjauhkan kuman antara orang sakit pada orang sehat, tetapi juga secara langsung membantu melindungi setiap pemakai masker dengan mencegah mereka terkena infeksi baru juga.

Kelompok Komorbid Harus Hati-hati

CDC menyarankan bahwa orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi medis kronis harus mempertimbangkan untuk menunda perjalanan yang tidak penting. Sebab lansia dan orang dengan komorbid adalah kelompok paling rentan tertular.

Pakai Hand Sanitizer

 

Ilustrasi menggunakan hand sanitizer. (EPA)

Wisatawan harus menghindari kontak dengan orang sakit dan sering membersihkan tangan mereka dengan mencuci dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol dengan alkohol 60 persen-95 persen.

Jika tidak ada wastafel di dekatnya, gunakan pembersih tangan dengan setidaknya 60 persen kandungan alkohol sampai Anda bisa mendapatkannya. Atau menggunakan tisu antiseptik serta untuk membersihkan benda-benda.

Batasi Bepergian

Batasi berapa banyak waktu bertemu orang lain. Bekerja dari rumah (Work From Home) dan Belajar dari Rumah (Pembelajaran Jarak Jauh) menjadi budaya yang berubah paling drastis di tahun 2020.

“Sebab jarak sosial telah terbukti efektif dalam memperlambat penyebaran infeksi selama banyak wabah di masa lalu,” kata Dr. Rajapakse.

Olahraga dan Berjemur

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Arie Sutopo SpKO memahami semua kegiatan selama pandemi lebih banyak dilakukan di rumah. Termasuk Bekerja dari Rumah (WFH) dan Belajar dari Rumah (PJJ). Namun dia mengingatkan tetap penting berolahraga.

“Kalau di rumah hanya kerja saja masalah bisa timbul. Kita harus gerak dan olahraga. Misalnya bergerak agar otot dan sendi-sendinya bergerak. Nah untuk saat ini lebih baik olahraga sendiri-sendiri,” paparnya baru-baru ini.

Olahraga yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh selama pandemi adalah olahraga kardio dan respirasi. Hal itu baik terutama bagi orang tua yang sudsh dihinggapi riwayat penyakit atau komorbid.

Dia mencontohkan saat bersepeda wajib menjaga jarak sampai 10 meter. Jika orang sedang duduk atau berdiri dan berhadapan, dalam jarak 2 meter droplet sudah jatuh ke lantai.

“Tapi kalau bersepeda itu, karena kencang mengayuhnya, maka virus Korona bisa melayang-layang terbang 10 meter ke belakang. Maka penting untuk jaga jarak yang jauh dengan orang di depan atau di belakang saat bersepeda,” ungkapnya.

Berjemur juga menjadi gaya hidup yang menjadi tren di era pandemi. Sebuah penelitian baru mengklaim bahwa menghabiskan waktu berjemur mengurangi risiko tertular dari Coronavirus. Ilmuwan Jose Luis Sagripanti dan David Lytle yang merupakan veteran Angkatan Darat AS dan mantan karyawan di Food and Drug Administration, masing-masing mengatakan bahwa sinar matahari yang kuat dapat membunuh virus Korona hanya dalam 34 menit. Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis seberapa baik sinar UV dapat menghancurkan virus.

Analisis menunjukkan bahwa sinar matahari pada siang hari selama musim panas dapat menghapus 90 persen dari virus Korona yang hidup di permukaan hanya dalam 34 menit. Sebaliknya, dari Desember hingga Maret, para peneliti menyarankan bahwa virus dapat hidup di permukaan hingga satu hari atau lebih.

Dalam studi mereka, yang diterbitkan dalam Photochemistry and Photobiology, para peneliti menulis data yang disajikan menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 harus dinonaktifkan relatif lebih cepat selama musim panas. Maka memasuki musim panas, diharapkan angka penularan bisa menurun.

Namun, di satu sisi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa sinar matahari tidak mencegah Coronavirus. Menurut WHO tak ada bukti bahwa pada matahari atau suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat Celcius bisa mencegah penyakit Coronavirus.

Saksikan video menarik berikut ini:

 


Perubahan Gaya Hidup Selama 2020 Karena Pandemi Covid-19