Aturan Lebih Lunak, Malaysia Sebut Vaksin Covid-19 Tak Wajib Halal

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Aturan Lebih Lunak, Malaysia Sebut Vaksin Covid-19 Tak Wajib Halal


JawaPos.com – Malaysia dengan mayoritas penduduk Muslim dan Melayu ternyata tidak kaku dalam memandang isu halal dan haram pada vaksin Covid-19. Namun, jika mengantongi sertifikasi halal maka lebih baik.

“Vaksin Covid-19 yang sangat dinanti-nantikan tidak harus halal agar dapat dipakai di Malaysia,” kata Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Noor Hisham Abdullah seperti dilansir dari Straits Times, Sabtu (12/12).

Ucapannya menghilangkan kekhawatiran di kalangan Muslim setempat tentang suntikan yang mengandung zat yang dilarang oleh Islam. “Jika mereka bisa mendapatkan sertifikasi halal itu akan lebih baik, tapi kami tidak mendaftarkan obat berdasarkan status halal atau tidak. Kami juga mendaftarkan obat non-halal,” kata dr Noor Hisham kepada The Straits Times.

Baca juga: Penemu Vaksin Covid-19 yang Manjur Sebut Pandemi Segera Berakhir

Komite Muzakarah Khusus Dewan Nasional Urusan Islam Malaysia bertemu pada 3 Desember untuk membahas apakah vaksin dapat diberikan kepada umat Muslim. Menteri Agama Zulkifli Mohamad Al-Bakri mengatakan pekan lalu bahwa keputusan itu akan diumumkan setelah diserahkan kepada Raja, yang memutuskan masalah agama, untuk mendapatkan persetujuannya. Perusahaan farmasi Malaysia Pharmaniaga mengatakan berencana membangun fasilitas vaksin halal pertama di dunia pada 2022.

Malaysia menandatangani kesepakatan dengan Pfizer pada November untuk memasok 12,8 juta dosis vaksin Covid-19 untuk 20 persen populasi. Malaysia juga telah menandatangani perjanjian dengan Fasilitas Covax untuk mencakup 10 persen dari populasi. Negara itu juga akan mendapatkan vaksin dari Tiongkok, yang telah menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Islam tentang status kehalalannya.

“Kalaupun ada bahan yang tidak boleh, proses transformasi kimiawi akan membuatnya bersih dan halal,” kata Mufti Perlis Mohd Asri Zainul Abidin dalam postingan Facebook usai menghadiri rapat komite Muzakarah pekan lalu.

Masalah halal di Malaysia bisa menjadi masalah yang sensitif, dan terkadang dapat meningkatkan ketegangan rasial. Sementara Muslim diwajibkan untuk memastikan makanan yang mereka konsumsi adalah halal. Industri halal Malaysia menyumbang 7,8 persen dari produk domestik bruto negara itu.

Saksikan video menari berikut ini:


Aturan Lebih Lunak, Malaysia Sebut Vaksin Covid-19 Tak Wajib Halal