Mereka Bekerja Menenangkan Penumpang yang Mengantre Rapid Test Antigen

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mereka Bekerja Menenangkan Penumpang yang Mengantre Rapid Test Antigen


Suka duka dirasakan petugas penyedia rapid test antigen di bandara dan stasiun kereta api. Khususnya saat libur panjang seperti saat ini. Mereka tak hanya lembur sampai pagi, tapi juga wajib bersabar.

WAHYU ZANUAR BUSTOMI– SEPTIAN NURHADI, Surabaya

PERASAAN Wukirjo mulai cemas. Apalagi, sejak subuh antrean terjadi di area parkir mobil Terminal 1 Bandara Juanda. Tepatnya pada Selasa (22/12), aturan rapid test antigen diberlakukan untuk persyaratan terbang. Menjelang pagi, keriuhan mulai terdengar di dalam antrean. Kekhawatiran pun memuncak. Sebab, pesawat pagi hendak lepas landas.

Beberapa orang di antrean mulai merangsek. Mereka waswas tiketnya hangus. Emosi penumpang mulai naik. Apalagi mereka mengantre sejak pagi buta. Melihat itu, Wukirjo tidak bisa berbuat banyak. Dia dan stafnya berusaha mendinginkan suasana.

”Gimana coba, antreannya sudah panjang dan jam terbang mereka mepet,” kata brand manager PT Angkasa Pura Support Cabang Surabaya tersebut.

Umpatan dan protes pun tidak terelakkan. Petugas hanya bersabar. Mereka memaklumi. Apalagi aturan wajib rapid test antigen baru diterapkan saat itu juga. Para penumpang masih bingung. Ada yang menangis hingga memohon kepada petugas.

Sebagian besar penumpang masih membawa syarat terbang yang lama. Yakni, hasil rapid test antibodi. Saat dicek petugas, mereka ditolak karena tidak memenuhi persyaratan. Nah, kata Wukirjo, selain antrean yang panjang, mereka juga komplain karena belum mendapatkan sosialisasi.

Antisipasi lonjakan peserta tes rapid antigen sebenarnya sudah disiapkan. Pihak Angkasa Pura Support Cabang Surabaya (APS) melakukan briefing sejak Jumat (18/12). Bahkan, pada Senin animo penumpang yang rapid antigen di bandara sudah tinggi. Pukul 13.00, sebanyak 870 kouta habis.

Wukirjo dan staf akhirnya memutuskan Selasa dini hari petugas harus siap. Mereka pun tidak tidur. Sebab, pukul 02.30, pengambilan nomor pendaftaran dibuka. Hal itu mengantisipasi penumpang yang jadwal terbangnya pagi. Namun di luar dugaan, sejak pukul 03.00 sudah terjadi antrean panjang. Pukul 06.00, pengantre mulai sulit diatur.

Alhasil, baru pukul 10.00, sebanyak 1.203 kouta sudah habis. Sementara itu, pengantre masih banyak. Emosi penumpang pun diredam. Wukirjo berkoordinasi dengan pihak maskapai. Tujuannya memastikan tiket mereka tidak hangus. Dengan kata lain, bisa reschedule. ”Akhirnya, emosi mereka mulai sedikit teredam,” kata pria asal Jogja tersebut.

Evaluasi pun dilakukan. Selain menambah kouta rapid test antigen, pihaknya menambah personel. Baik tenaga medis dari rekanan maupun petugas administrasi. Bahkan, tukang parkir dikerahkan untuk membantu mengatur antrean. Di samping itu, petugas di bagian pengembalian sampel juga ditambah. Tujuannya, mengurangi antrean panjang.

Penambahan fasilitas juga diberikan. Mulai tenda hingga kursi. Harapannya bisa meredam emosi jika antrean memanjang lagi. Untuk menghindari penumpang yang gagal terbang, layanan diprioritaskan kepada mereka yang terbang hari itu juga. Khususnya jadwal penerbangan pagi.

Sementara itu, bagi yang terbang besok, layanan diberikan di atas pukul 12.00. Selain itu, penumpang diimbau untuk melakukan rapid antigen di sekitar Bandara Juanda. Menurut Wukirjo, animo tinggi tersebut disebabkan harga rapid antigen di bandara jauh lebih murah. Yakni, hanya Rp 170 ribu. Sementara itu, di luar harganya bisa Rp 250 ribu.

Begitu pula yang dirasakan Suprapto. Selaku manajer humas PT KAI Daop 8 Surabaya, dia mengungkapkan bahwa menghadapi lonjakan penumpang pada libur Natal dan tahun baru (Nataru) merupakan tugas rutin setiap tahun. Namun, kondisi tahun ini berbeda. Belum berakhirnya pandemi Covid-19 membuat tugasnya bertambah.

Setiap hari Suprapto harus mobile ke stasiun-stasiun yang menjadi naungan Daop 8. Misalnya, Stasiun Malang, Pasar Turi, dan Gubeng. Dia mengecek dan memastikan pelayanan libur Nataru berjalan aman. Apalagi saat kondisi pandemi Covid-19.

Suprapto tidak hanya bertanggung jawab dalam keberangkatan seluruh penumpang. Tetapi, dia juga memastikan kesehatan mereka seperti bebas dari Covid -19. Tujuannya, tidak terjadi lonjakan kasus.

Karena itu, rapid test antigen digelar di setiap stasiun yang melayani perjalanan jarak jauh. Misalnya, Stasiun Pasar Turi, Stasiun Gubeng, dan Stasiun Malang. Sebelum berangkat, mereka harus dipastikan sehat dengan menunjukan surat keterangan bebas Covid-19.

Pelayanan rapid test antigen dimulai pukul 07.00 hingga 18.00. Di setiap stasiun, 60 personel diterjunkan. Guna meringankan beban penumpang, biaya rapid test antigen hanya Rp 105 ribu. ”Jauh dibandingkan biaya di tempat lain. Yaitu, bisa mencapai Rp 300 ribu sekali tes,” ujarnya.

Biaya yang murah membuat terjadinya lonjakan peserta tes. Akibatnya, antrean panjang tak bisa dihindari. Mereka harus menunggu berjam-jam untuk bisa menjalani rapid test antigen. Lantaran menunggu terlalu lama, mereka kerap emosi.

Jika itu terjadi, suasana di area stasiun tak bisa terkendali lagi. Mereka berbondong-bondong berdiri dari tempat duduk dan menghampiri petugas untuk menanyakan waktu pengetesan. Kerumunan orang tak bisa dihindari.

”Itu (kerumunan orang) yang sangat dikhawatirkan. Sentuhan fisik bisa membuat persebaran virus. Agar suasana kembali kondusif, kami mencoba menenangkan penumpang,” kata mantan manajer humas PT KAI Daop I Jakarta.

Sambil meminta maaf, Suprapto menghampiri seluruh penumpang. Dia meminta mereka untuk tenang. Sebab, semua peserta yang telah mendapatkan nomor antrean dipastikan akan menjalani rapid test antigen. Jika hasilnya negatif, mereka bisa langsung berangkat sesuai dengan jadwal keberangkatan.

Baca Juga: Covid-19 Penipu Ulung, Ahli Ungkap Ruam Kulit Pada Dewi Perssik

Sebab, saat mereka mengambil nomor antrean, pihaknya mengecek jadwal keberangkat kereta yang mereka tumpangi. Jika waktu mepet dan kemungkinan tidak bisa melakukan rapid test di stasiun, petugas bergegas mengarahkan yang bersangkutan untuk menjalani tes di tempat lain.

Kecuali penumpang tersebut bisa menerima risikonya, yaitu tidak bisa berangkat tepat waktu. ”Sebelumnya, sudah diinformasikan bagaimana baiknya. Sehingga walapun menunggu lama, mereka tetap bisa berangkat tepat waktu,” ucapnya.

Untuk memberikan kenyaman, tempat duduk dan tenda terus ditambah. Suprapto juga menegaskan bahwa seluruh petugas tak boleh terpancing emosi. Harus tetap tenang menghadapi seluruh penumpang.

Saksikan video menarik berikut ini:


Mereka Bekerja Menenangkan Penumpang yang Mengantre Rapid Test Antigen