Mustofa, Arek Simokerto Keliling Jawa Kenalkan Permainan Tradisional

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mustofa, Arek Simokerto Keliling Jawa Kenalkan Permainan Tradisional


Permainan tradisional semakin digerus zaman. Padahal, dolanan itu bisa menjadi sarana edukasi sekaligus melatih motorik anak-anak. Mustofa Syahid Amirul Mukmin berkeliling Jawa selama 19 hari untuk mengenalkan permainan tersebut.

GALIH ADI PRASETYO, Surabaya

MODALNYA hanya nekat. Berangkat sendiri dengan motor. Membawa seabrek permainan tradisional. Mustofa Syahid Amirul Mukmin menggeber motornya keliling Jawa. Berangkat dari jalur utara dan pulang lewat jalur selatan.

Bukan sekadar touring. Niatnya itu membawa misi edukasi. Memperkenalkan permainan tradisional dari seluruh Nusantara ke anak-anak di daerah yang dia lewati.

Mustofa adalah pencetus Kampung Dolanan, sebuah komunitas yang didirikan pada 13 Desember 2016. Tujuannya, memberikan kebahagiaan untuk anak-anak. Masa kecil mereka tidak boleh kehilangan keceriaan dengan permainan-permainan lawas.

Niatnya itu diwujudkan dengan menempuh perjalanan jauh keliling Jawa. Membawa puluhan jenis permainan dari berbagai daerah. Mulai Jawa Timur hingga Aceh. ’’Saya berangkat tepat 19 November lalu. Kemudian balik lagi ke Surabaya 3 Desember,’’ terang alumnus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) itu.

Selama 19 hari, 25 kabupaten dan kota telah dia lalui. Banyak yang disinggahi. Mulai sekolah, komunitas yang juga memperjuangkan pendidikan anak, hingga desa adat. Masing-masing memberikan kisah sendiri bagi Mustofa.

Dia mengatakan memanfaatkan road show itu untuk kembali memberikan edukasi ke anak-anak. Berbagai permainan, mulai egrang hingga tekotek, diajarkan. Sekadar memberikan pemahaman bahwa dunia permainan tradisional juga lebih asyik daripada permainan di handphone (HP).

’’Saya melihat masa pandemi ini membuat anak-anak cepat bosan. Dengan belajar lewat daring, tidak ada interaksi sosial satu sama lain. Nah, saya pikir butuh untuk melakukan sesuatu sebagai trigger,’’ kata warga Simokerto tersebut.

Paparan radiasi gawai, menurut dia, berbahaya bagi anak. Permainan tradisional bisa menjadi alternatif. Selain menyenangkan, banyak sisi positifnya. Setidaknya permainan tradisional bisa membuat anak-anak cepat mengambil keputusan hingga jujur saat bermain.

Selama berkeliling Jawa itu, Mustofa melakukan perjalanan sendiri. Berbekal insting dan HP sebagai pemandunya. ’’Tidak ada pengetahuan soal touring atau motor. Sebelum berangkat, cuma servis standar,’’ ujarnya.

Ternyata, mengandalkan peta online tidak semulus yang dibayangkan Mustofa. Dia dibawa nyasar masuk kuburan. Pikirnya, jalan yang dilalui bakal membawanya ke tujuan dengan lebih cepat. Ternyata tidak. ’’Setelah itu, tidak pakai maps sama sekali. Hanya berdasar pelang ijo di jalan-jalan. Pakai insting saja,’’ katanya.

Bagi Mustofa, kunci perjalanan jauh adalah menjaga stamina. Dia berusaha mengatur waktu sebaik-baiknya. Istirahat cukup. Menghindari perjalanan saat petang. Sebisanya sore sudah sampai tujuan.

Relasi sesama komunitas menjadi penyelamat sekaligus tujuan utama Mustofa. Di sana dia belajar sekaligus berbagi ilmu. Juga paham berbagai mainan.

Perjalanan itu ibarat sebuah perjalanan diplomasi. Barter mainan tradisional antardaerah. Itu dia gunakan untuk memperkaya koleksi sekaligus bahan edukasi bagi anak-anak. Tujuannya, mereka tahu bahwa ternyata banyak jenis permainan unik di tiap daerah.

Mainan yang dia bagikan pun merupakan produksi perajin lokal. Memang, niat lain perjalanan itu adalah membantu perajin agar mereka bisa tetap bertahan. Keberadaannya juga bisa tetap eksis di tengah modernisasi zaman.

’’Banyak perajin yang juga terdampak pandemi. Kami membeli produknya. Kemudian, kami membagikannya ke anak-anak dan komunitas lain untuk menambah koleksi mereka,’’ papar ketua bidang II Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) itu.

Menurut dia, yang paling membekas adalah berkunjung ke suku Baduy. Di tengah kesederhanaan dan hampir tidak tersentuh perkembangan zaman. Mustofa mengenalkan permainan tradisional kepada mereka. Misalnya, tekotek yang dulu sangat familier di kalangan anak-anak. ’’Ternyata mereka sangat antusias. Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun tertarik melihatnya,’’ jelasnya. Perjalanan naik turun bukit satu setengah jam jalan kaki seakan terbayar lunas melihat senyum anak-anak.

Baca Juga: Suhada: Polisi Memberi Tahu, Bahwa Anak Bapak Kami Bunuh

Perjalanan seperti itu memang menjadi agenda rutin Kampung Dolanan. Namun, tahun 2020 ini merupakan perjalanan terjauh yang dijalani Mustofa. Tahun lalu hanya sampai Jepara.

’’Saban tahun pasti ada agenda seperti ini. Road show untuk mengenalkan permainan tradisional. Tahun depan kami juga berencana untuk melakukan road show seperti ini,’’ terangnya.

Kampung Dolanan bersama KPOTI juga sedang mengupayakan agar permainan tradisional bisa masuk sekolah. Jangan sampai media permainan yang begitu penuh filosofi dan nilai edukasi tersebut pudar. Atau bahkan tidak dikenal anak-anak lagi.

Saksikan video menarik berikut ini:


Mustofa, Arek Simokerto Keliling Jawa Kenalkan Permainan Tradisional