Nazira Chairin Noer, Empat Tahun “Berdarah-darah” Menggaungkan Film

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Nazira Chairin Noer, Empat Tahun “Berdarah-darah” Menggaungkan Film


Ada yang bekerja keras menggaungkan film, ada yang meniti dari bawah hingga berlisensi kelas dunia. Ada yang telaten meneliti demi mimpi melambungkan kopi, ada juga yang gigih berjuang meluruskan persepsi yang salah tentang ASI.

NAZIRA Chairin Noer masih ingat betul betapa ”berdarah-darahnya” pekerjaan pertamanya sebagai publisis. Itu dunia yang baru baginya dan dia benar-benar merasa kewalahan. ”Pas itu bolongnya masih banyak dan aku dibantu banget sama Mbak Mira Lesmana. Pulang road show aja aku tifus, hahaha,” kenang Nazira.

Athirah (2016) produksi Miles Films adalah proyek pertamanya ketika itu, masih atas nama pribadi. Belum tahu banyak soal publikasi film, tapi tetap ingin belajar langsung dengan praktik alias learning by doing.

Sebenarnya film dunia yang sangat dekat dengan perempuan 41 tahun tersebut. Ayahnya sutradara kondang Arifin C. Noer (almarhum) dan ibunya aktris senior Jajang C. Noer.

Nazira juga menyelesaikan pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Jurusan Film Directing pada 2006. Bahkan, Nazira sempat menjadi sutradara untuk film dokumenter Working Girls dan ikut berperan di sejumlah film seperti Pintu Terlarang, Madame X, dan Postcard from The Zoo.

Tapi, menjadi sutradara berbeda dengan menjadi publisis. Dunia barunya itu lebih jauh berada di belakang layar. Jalan yang, ketika dia mulai menggelutinya, masih tergolong sepi.

Sebagai publisis, tugas Nazira –kini bersama timnya di Poplicist– adalah menggaungkan film yang ditangani. Tim publisis berada di bawah naungan bidang promosi film.

Bagi Nazira, yang turut berada di balik publikasi film Gundala itu, menjadi publisis sebenarnya seperti kembali kepada akar. Saat menjadi CEO dan founder media film Slate pada 2016, perempuan yang kini berdomisili di Jakarta itu kembali bertemu dengan rekan-rekan sesama filmmaker.

Ketika itu Nazira sudah delapan–sembilan tahun bergelut dengan pemasaran dan promosi di bidang food & beverage serta gaya hidup. Sebuah dunia yang mengalihkan perhatian Nazira dari jagat sinema.

Hingga akhirnya muncullah keinginan Nazira, setelah bertemu dengan kawannya sesama sineas tadi, untuk menggabungkan passion-nya di marketing dan latar perfilmannya. Caranya, dengan menjadi publisis film.

Dari hampir tifus, persistensi dan kemauan Nazira untuk belajar berbuah manis. Kinerjanya sebagai publisis mulai diperhatikan sejumlah sineas.

Pada 2017 Nazira kembali mendapat tawaran menangani publikasi dua film, Galih dan Ratna serta Posesif. Akhirnya, pada 2018, Nazira mendirikan Poplicist bersama Vivi Coster dan Ivan Makhsara untuk menangani publikasi film Aruna dan Lidahnya.

Sejak tahun lalu sampai sekarang, Poplicist menangani delapan hingga sepuluh film tiap tahunnya. Juga menjadi tim publikasi untuk Festival Film Indonesia (FFI) sejak 2018 hingga tahun ini.

Tiap kali menyiapkan publikasi sebuah film, Nazira harus tahu betul karakteristik film tersebut. Mulai genre, konsep cerita, aktor-aktris, hingga target penonton.

Di sinilah latar belakang pendidikan perfilman Nazira sangat bermanfaat. Agar lebih akrab dan paham terhadap film yang ditangani, sejumlah rumah produksi menggandeng Nazira dan timnya bahkan sebelum film diproduksi. Dalam proses meeting, tak jarang pula dimintai masukan terkait karya yang akan diproduksi.

Selain memiliki pemahaman soal film yang tengah ditangani, Nazira harus pandai membina relasi eksternal. Salah satunya relasi dengan media, terkhusus media-media yang membahas soal film. Menjelang perilisan, dia harus memastikan media dan calon penonton mendapat informasi yang cukup terkait sebuah film.

Entah lewat konferensi pers, road show, visitasi ke berbagai media, atau skrining khusus media. ”Yang paling deg-degan itu pas skrining sih. Karena itu kan kali pertama banget sebuah film ditonton banyak orang,” ujar Nazira.

Ketika film sudah tayang pun, Nazira dan timnya masih harus bekerja keras. Mereka mesti memantau perkembangan film selama pemutaran dan sewaktu-waktu berkoordinasi dengan berbagai media jika diperlukan.

Kinerja Nazira mendapat apresiasi dari rekan kerjanya. Salah satunya Sunil Samtani, produser Rapi Films. ”Sangat profesional dan ramah. Saya kerja sama dia di Ratu Ilmu Hitam dan akan kerja untuk banyak film lagi ke depan,” kata Sunil.

Baca juga: Perihal ‘Jahanam’ dalam Film Horor Indonesia Kini

Untuk 2021, Nazira dan timnya sudah siap menangani sekitar lima film. Ada juga proyek untuk beberapa tahun ke depan, yaitu Jagat Sinema Bumilangit.

Publisis mungkin jalan yang sudah agak ramai sekarang. Tapi, Nazira tetaplah seperti Nazira saat menangani Athirah dulu: terus persisten untuk belajar.

”Pas Perempuan Tanah Jahanam ke Sundance Film Festival, aku juga ikut untuk belajar gimana caranya jadi publisis di sana,” katanya.

Saksikan video menarik berikut ini:

 


Nazira Chairin Noer, Empat Tahun “Berdarah-darah” Menggaungkan Film