Selain Covid-19, Naiknya Kasus ISPA Jadi Masalah Baru di Singapura

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Selain Covid-19, Naiknya Kasus ISPA Jadi Masalah Baru di Singapura


JawaPos.com – Singapura masih konsisten memperketat protokol kesehatan termasuk batasan-batasan perayaan Imlek tahun ini. Sebab selain menghadapi kasus penularan lokal Covid-19 di komunitas yang masih terjadi, Singapura juga mencatat naiknya angka kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sejak Desember 2020.

Pakar Kesehatan Associate Professor Alex Cook dari National University of Singapore’s (NUS) Saw Swee Hock School of Public Health, mengatakan pihaknya kini sudah fokus dalam memagari dan mencegah munculnya strain virus baru Covid-19 jenis B117 dari Inggris. Dan pihaknya juga terus fokus berlomba dalam progran vaksinasi.

“Kami akan berlomba antara program vaksinasi dan penyebaran virus,” kata Prof Alex Cook seperti dilansir dari AsiaOne, Sabtu (13/2).

Baca juga: Ahli Singapura Temukan Cikal Bakal Covid-19 Sebelum Muncul di Wuhan

Ada juga tanda-tanda lain yang menimbulkan kekhawatiran. Jumlah orang yang sakit dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) telah meningkat sejak awal Desember. Ini menjadi indikasi bahwa tindakan pencegahan penyebaran virus tidak lagi seketat sebelumnya. Dan Covid-19 dapat menyebar dengan lebih mudah jika kasus di masyarakat muncul.

Pakar Kesehatan Profesor Dale Fisher dari Rumah Sakit Universitas Nasional mengatakan jika ISPA saja mudah menular tentunya sama dengan Covid-19. Sebab sama-sama ditularkan melalui droplet.

“Saya pikir adil untuk melihat peningkatan penyakit pernapasan non-Covid sebagai antisipasi,” katanya.

ISPA yang meliputi flu biasa, bronkitis, dan pneumonia adalah infeksi virus atau bakteri yang menyebar dari orang ke orang. Prof Fisher menjelaskan, jika kasus ISPA lebih mudah menyebar, begitu juga Covid-19 jika di masyarakat.

“Semua penyakit ini menyebar terutama melalui tetesan,” jelasnya.

Kementerian Kesehatan Singapura memantau jumlah harian penyakit menular seperti ISPA, diare, dan cacar air yang dirawat di poliklinik, sebagai bagian dari pengawasan nasional untuk kemungkinan wabah. Pakar penyakit menular lainnya, Associate Professor Lim Poh Lian dari National Center for Infectious Diseases, juga melihat infeksi ini sebagai indikator utama untuk potensi risiko penyebaran Covid-19 di komunitas. Namun dia tidak terkejut dengan peningkatan jumlah kasus baru-baru ini.

“Jumlahnya tidak terduga, mengingat pembukaan ekonomi bertahap fase 3 mulai diberlalukan. Bertambahnya ukuran kelompok bertemu, lalu juga makan di luar, belanja, peningkatan kapasitas di mal dan restoran,” katanya.

Tahun lalu, Singapura mencatat jumlah kasus ISPA terendah dalam kurun waktu lama. Total ada 75.154 kasus ISPA yang dirawat di poliklinik. Pada 2019, angka itu meningkat dua kali lipat menjadi 156.339.

Poliklinik yang mencerminkan tren nasional mengobati satu dari lima penyakit akut, sisanya diperiksa oleh dokter umum. Ahli penyakit menular di praktik swasta, dr Asok Kurup, mengatakan alasan penurunan besar kasus ISPA tahun lalu adalah mungkin disebabkan multi-faktor. Dia mengatakan jarak sosial dan tindakan kesehatan masyarakat lainnya selama pandemi ikut berpera.

Namun, jumlah kasus ISPA, yang menurun sejak awal April tahun lalu saat pemutus sirkuit diberlakukan, terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Rata-rata kasus harian di poliklinik meningkat secara bertahap dari 779 pada minggu pertama Desember menjadi 1.423 pada minggu ketiga tahun ini. Angka itu turun sedikit menjadi 1.226 pada minggu terakhir bulan lalu.

“Tempat umum -termasuk taman, pusat perbelanjaan, restoran dan pusat jajanan menjadi semakin ramai. Ini secara kolektif mungkin telah memfasilitasi penyebaran infeksi virus lainnya,” kata Associate Professor Hsu Li Yang dari Sekolah Kesehatan Masyarakat NUS Saw Swee Hock.

Saksikan video menarik berikut ini:


Selain Covid-19, Naiknya Kasus ISPA Jadi Masalah Baru di Singapura