Ahli Hongkong: Lansia Meninggal Bukan Karena Sinovac, Serangan Jantung

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Ahli Hongkong: Lansia Meninggal Bukan Karena Sinovac, Serangan Jantung


JawaPos.com – Hongkong menggunakan vaksin Covid-19 Sinovac untuk memvaksinasi warganya. Namun sejumlah laporan mengungkapkan adanya kasus kematian pada lansia pasca vaksinasi. Para ahli pun angkat bicara.

Para ahli mengatakan bahwa kematian seorang pria lansia yang telah menerima suntikan Sinovac mungkin tidak terkait dengan vaksin. Akan tetapi disebabkan oleh penyakit kardiovaskular yang dideritanya seperti dilaporkan RTHK.

Pria berusia 60 tahun itu divaksinasi pada 11 Maret dan meninggal pada Rabu (24/3). Lansia itu orang lokal ke-10 yang meninggal setelah inokulasi. Sembilan kasus melibatkan Sinovac dan satu kasus terkait vaksin Pfizer-BioNTech.

Baca juga: Bandingkan dengan Sinovac, Ahli Hongkong Puji Vaksin Pfizer-BioNTech

Dilansir dari The Standard, Sabtu (27/3), seorang ahli di Hongkong Lee Cheuk-kwong mengatakan mereka telah melihat riwayat medis dari kematian terbaru. Dan menemukan bahwa dia menderita kondisi termasuk hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit arteri karotis.

“Berdasarkan riwayat kesehatan dan gejalanya, kami percaya bahwa kemungkinan besar penyakit kardiovaskular yang menyebabkan kematiannya, tetapi tentu saja kami perlu mendapatkan lebih banyak informasi dan mungkin memiliki laporan post-mortem untuk memastikan apa penyebab kematiannya,” kata Lee.

Panel juga menyimpulkan bahwa kematian seorang lansia lainnya, 17 hari setelah dia menerima suntikan Sinovac tidak terkait dengan vaksin. Mereka mengatakan lansia berusia 80 tahun itu menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan kondisi kronis lainnya. Dia diinokulasi pada 2 Maret dan meninggal pada 19 Maret.

Para ahli mencatat seseorang yang meninggal memiliki riwayat termasuk diabetes dan hipertensi. Mereka menambahkan akan membuat penilaian yang lebih rinci setelah laporan otopsinya tersedia.

Pada konferensi pers, panel juga ditanyai tentang sembilan orang yang dilaporkan mengalami Bell’s palsy atau kelemahan sementara atau kelumpuhan otot di wajah setelah divaksinasi dengan vaksin Sinovac atau Pfizer-BioNTech. Pakar lain, Ivan Hung, mengatakan angka tersebut sejauh ini tampaknya tidak menunjukkan adanya penyimpangan, namun para ahli terus memantau situasi.

Hung juga berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran atas penangguhan penggerak inokulasi Pfizer-BioNTech. “Efek sangat kecil dalam hal program vaksinasi,” kat Hung.

Saksikan video menarik berikut ini:


Ahli Hongkong: Lansia Meninggal Bukan Karena Sinovac, Serangan Jantung