Rumor Keraguan Vaksin Muncul di Singapura, Seiring Naiknya Kasus Covid

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Rumor Keraguan Vaksin Muncul di Singapura, Seiring Naiknya Kasus Covid


JawaPos.com – Ketika kasus penularan Covid-19 di Singapura meningkat, pemerintah Singapura mulai memperketat pembatasan. Sayangnya, di media sosial, masyarakat Singapura kini mulai muncul isu keraguan vaksin.

Singapura mencatat 64 kasus penularan komunitas selama seminggu terakhir, naik dari 11 kasus pada minggu sebelumnya. Tujuh dari kasus baru-baru ini disebabkan oleh varian B.1.617 dari India.

Dalam upaya untuk memadamkan wabah terbaru dan mencegah penyebaran varian, pemerintah Singapura mengatakan bahwa pelancong yang datang dari sebagian besar negara harus karantina selama 21 hari di fasilitas khusus. Acara olahraga masal juga akan ditangguhkan dan pertemuan sosial akan dibatasi pada lima orang hingga 30 Mei, di antara pembatasan lainnya.

Baca juga: Pusat Oleh-Oleh Mustafa Centre Singapura Dikunjungi Pasien Covid-19

Sekitar 2,2 juta dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di Singapura. Dan, hampir seperempat populasi telah menerima setidaknya satu dosis, menurut database New York Times.

Namun, kampanye vaksinasi Singapura telah terancam oleh isu kebohongan yang menyebar di media sosial. Misalnya, muncul rumor bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan stroke dan serangan jantung.

Baca juga: 7 Orang Tertular, Bandara Changi Singapura Dihantam Klaster Covid-19

Kementerian Kesehatan Singapura telah membantah rumor itu dan memerintahkan koreksi posting media sosial yang mendukung klaim palsu atau tidak berdasar tentang efek samping vaksin. Pemerintah juga telah menugaskan para selebgram untuk membahas masalah umum tentang vaksin dan kesalahpahaman.

Sejak penguncian selama dua bulan berakhir Juni lalu, kehidupan di Singapura berangsur-angsur kembali mendekati normal. Meski penduduk masih diharuskan memakai masker di depan umum dan harus bekerja dari rumah jika memungkinkan. Seorang profesor kedokteran di National University of Singapore, Dale Fisher, mengatakan beberapa orang di negara itu kini memang semakin lalai tentang pemakaian masker dan jarak sosial.

Menurut dr. Fisher, pelacakan kontak yang luas di Singapura dan persyaratan karantina yang ketat membuat lockdown tidak diperlukan. Terpenting adalah patuh protokol kesehatan dan pelacakan kontak.

“Dengan semua perubahan ini, saya berharap kami dapat menunjukkan bahwa lockdown yang meluas tidak diperlukan jika Anda memiliki infrastruktur kesehatan masyarakat yang baik,” tambahnya.

 


Rumor Keraguan Vaksin Muncul di Singapura, Seiring Naiknya Kasus Covid