Gajah Kate

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Gajah Kate


Berkerumun di satu atap belum tentu sama dan senasib. Pada kerumunan hening yang semuanya tunduk itu Sastro membatin, ”Kalau yang kami tunggu-tunggu ini betul-betul wali, dia akan memandangku dan tersenyum pas muncul di pintu.”

MUNCULLAH ibu-ibu dari pintu ukiran jepara itu. Pakaiannya serbaputih. Bersih pula. Wajahnya tunduk. Begitu mendongak, ia pandangi Sastro lama-lama. Perempuan separo baya itu pun tersenyum sambil membiarkan tangannya diciumi para penunggu.

Sastro baru bangkit merangkak pada akhir senyuman perempuan bertangan lembut itu. Ia turut berebutan menciumi tangannya. Tanda bahwa, itu tadi, berkerumun di satu atap ibarat bangsa belum tentu sama dan senasib. Belum tentu satu keyakinan. Ada yang sudah yakin begitu saja. Mungkin latah terhadap keyakinan orang tua atau tetangganya. Sastro perlu bukti lebih dahulu. Sudah terbukti, baru ia bersedia larut ke dalam keyakinan bersama.

Suami Jendro itu diberi kesempatan curhat terakhir setelah para penunggu lainnya. Tadinya ia bakal menyela curhat setelah perempuan wali ini mem-puk-puk kening seorang tamu lumpuh yang kemudian mampu bangkit, berjalan dan berlari-lari. Malah sambil menyanyikan Maju Tak Gentar karya Cornel Simanjuntak.

Sastro urung menyela sebab seekor gajah putih menerombol ke hadapan…

O ya, pada kerumunan di satu atap itu tak hanya berhimpun binatang yang punya kesadaran: manusia. Binatang-binatang yang konon tak punya kesadaran seperti semut hingga gajah pun berkumpul. Seekor gajah putih kate sebesar ayam kate menerombol antrean curhat Sastro.

Sastro tersenyum kecut. Gajah Putih Non Kate, julukan perempuan wali itu, berkomat-kamit seperti Mbah Dukun dalam lagu lawas rock Alam. Dengan segelas air putih, gajah putih kate lalu disembur. Dengan ini Si Kate berharap pekan depan tubuhnya membengkak sebesar gajah-gajah mainstream. Pekan depan itu Si Kate berencana ke Jakarta.

Pekan lalu, saat mendaki hingga puncak gedung KPK di Kuningan, Jakarta, gajah putih kate ini sanggup menerawang seorang bupati nun jauh di Probolinggo, tapi gajah di tubuhnya sendiri tak tampak. Dengan tubuh yang membesar segajah normal nanti ia yakin sanggup melihat seorang bupati nun jauh di Probolinggo bahkan sesemut-semutnya, tapi juga sanggup melihat gajah di tubuhnya sendiri, di puncak KPK.

***

Sastro baru saja akan mengawali curhatnya saat Wali Gajah Putih Non Kate dawuh, ”Engkau pusing jualan suwar-suwir, jajanan khas Jember dari fermentasi tape itu, kan? Sebab, Jember sekarang ngetop-nya soal pemakaman manusia terdampak Covid-19 ketimbang soal suwar-suwirnya, kan?”

Sastro hanya disuruh konsen memikirkan kualitas suwar-suwirnya. Suwar-suwir dan jajanan lain agak berbeda dengan agamawan. Agamawan terkenal berkat asal usul pondoknya. Nama pondoknya harum, agamawan tersebut akan mudah beroleh pengaruh. Dodol garut tak akan terkena dampak bila Kota Garut meredup. Soto kudus tetap berjaya walau Kota Kudus belum lama ini terdaftar di zona sangat merah Covid-19.

”Yang penting kualitas suwar-suwirmu tetap markotop. Kalau perlu kembangkan. Wujudnya jangan balok kecil-kecil begitu. Coba disuwir-suwir jadi serabut-serabut persis daging rawon suwir. Jangan namanya suwar-suwir, tapi wujudnya utuh. Balok. Nama dan wujud harus sesuai. Murni dan konsekuen. Suwar-suwir itu namanya berantakan, tapi faktanya utuh. Nanti engkau bisa kena pidana menyindir terbalik negara kesatuan. Namanya utuh, tapi faktanya….?”

Sejak itu suwar-suwir Sastro makin laris manis. Jendro, istrinya, lebih banyak menebar senyum di pasar-pasar, di sekolah saat mengantar hari pertama anaknya bersekolah tatap muka, di arisan-arisan dan lain-lain. ”Waduh, suwar-suwir suamimu ciamik, Jeng. Kakek saya yang sudah ompong saja lahap. Bangun tidur tidak terus gosok gigi, malah ngelamuti suwar-suwir suamimu…Xixixixixi….”

***

Nasihat-nasihat Wali Gajah Putih Non Kate memang jos. Cuma, namanya manusia, pasti masih ada kekurangannya. Wali ini masih iri kepada wali lainnya di balik gunung yang bisa tahu persoalan sosial politik Nusantara sedetail-detailnya, padahal tak sedetik pun ia pernah keluar dari padepokannya. Wali Gajah Putih Non Kate juga tahu banyak, tapi berkat sekali-sekali ia keluar dari sanggarnya. Jalan-jalan ke Jember, ke Kuningan markas KPK di Jakarta, dan lain-lain.

Suatu hari Sastro-Jendro ingin merampungi persaingan antarwali itu. Keduanya sangat bersenang hati saat dimintai tolong oleh wali di balik gunung untuk membawakan jeruk segar semobil boks buat Wali Gajah Putih Non Kate. Sesampai di sanggar Wali Gajah Putih Non Kate, saat unboxing, betapa kaget Sastro-Jendro melihat seluruh jeruk segar sejam yang lalu kini sudah busuk semua.

Gajah putih kate yang menyambut mereka tersenyum, ”Jangan panik. Yang membuat jeruk busuk itu wali kita sendiri. Jeruk busuk ini artinya JEalous itu buRUK dan harus dibusukkan. Perdamaian antarwali harus disegarkan. Siang ini Wali Gajah Putih Non Kate berencana nyambangi wali di balik gunung itu untuk saling belajar.” (*)

SUJIWO TEJO

Tinggal di Twitter @sudjiwotedjo dan Instagram @president_jancukers


Gajah Kate