Upaya Guru Membangkitkan Motivasi Murid Belajar saat Masa-Masa Sulit

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Upaya Guru Membangkitkan Motivasi Murid Belajar saat Masa-Masa Sulit


Ragam persoalan dialami siswa saat mengikuti pembelajaran selama masa pandemi Covid-19. Banyak siswa yang kehilangan motivasi dan disiplin dalam belajar. Namun, guru-guru tetap bersemangat mengajar. Berbagai inovasi ditelurkan.

UMAR WIRAHADI, Surabaya

ANTON Setiawan bertolak dari sekolah tempatnya mengajar kemarin (25/11) sore. Yaitu, SMPN 26 Surabaya di Jalan Banjar Sugihan, Tandes. Masih mengenakan pakaian mengajar, dia menggeber motornya. Masuk dari kampung ke kampung. Tujuannya adalah Jalan Manukan Lor IV-A Nomor 50.

Di sana dia ingin menemui salah seorang muridnya. Cukup lama dia berada di atas motornya. Bahkan sempat berhenti beberapa kali untuk menanyakan alamat tersebut.

Alhasil, dia sampai keluar masuk gang-gang sempit. Sebab, alamat yang dituju keliru. Setelah sekitar 30 menit di atas motor, Anton pun menemukan alamat itu. Sebuah rumah sederhana bercat kuning. Pria berkacamata itu langsung mengucapkan salam. ”Asalamualaikum,” katanya sambil mengetuk pintu.

Tidak lama berselang, pintu rumah pun terbuka. Tampak seorang anak keluar dari dalam rumah. Tanpa banyak kata, si anak itu langsung mencium tangan Anton Setiawan. ”Silakan, Pak,” ucap si anak.

Anak itu bernama M. Farid Rizki Arifani, 14. Dia adalah salah seorang murid kelas VIII di SMPN 26 Surabaya. Bocah 14 tahun itu tidak berkata-kata. Hanya senyumnya yang selalu mengembang setiap ditanyai Anton. Dia hanya menjawab satu kata setiap ditanya.

”Memang anak ini (Farid Rizki Arifani, Red) begini. Dia murid spesial,” ujar Anton kepada Jawa Pos yang mengikuti kegiatan home visit ke rumah siswa kemarin.

Di rumah itu, Anton langsung mengajak siswanya ngobrol. Macam-macam yang dibicarakan. Mulai tentang kegiatan selama berada di rumah hingga pelajaran apa saja yang diikuti selama daring kemarin. Tujuan utamanya, ingin memberikan pendampingan materi pelajaran yang diperoleh kemarin.

Namun, sepanjang apa pun pertanyaan, si siswa hanya menjawab satu kata. Selebihnya, dia hanya tersenyum. ”Jadi, saya tanya pendek-pendek. Kalau kalimatnya terlalu panjang, dia tidak bisa menangkap maksud pembicaraan,” ungkapnya.

Farid Rizki Arifani diduga mengalami keterbelakangan cara berpikir. Dia sulit menangkap pelajaran. Ironisnya, kondisi itu baru diketahui para guru di SMPN 26. Padahal, Farid sudah tercatat sebagai siswa selama lebih dari setahun. ”Mungkin ini efek pembelajaran daring. Sebab, interaksi antara guru dan siswa berkurang,” ujar pria 40 tahun itu.

Saat ini Farid masuk kategori slow learner. Jadi, yang bersangkutan harus didampingi secara khusus. Pembelajaran tidak bisa dilakukan secara bersama-sama dengan siswa lainnya.

Mengunjungi langsung rumah anak didik bukan hal baru bagi Anton. Sepulang dari sekolah, dia tidak langsung menuju ke rumahnya di kawasan Lontar, Sambikerep. Namun, dia lebih dulu berkeliling ke rumah sejumlah anak didiknya.

Satu per satu siswa yang dianggap kurang bisa mengikuti pembelajaran didatangi. Anton ingin memastikan langsung kendala yang dihadapi anak didiknya. ”Kebanyakan soal kuota sehingga sambungan internet saat mengikuti pembelajaran daring sering tidak optimal,” ungkapnya.

Ada juga yang bosan. Mereka malas mengikuti pembelajaran secara online. ”Biasanya, yang begini disebabkan motivasi belajar yang surut. Jadi, harus diberi motivasi belajar lagi. Setelah kita datangi, ya semangat lagi,” ujar ayah tiga anak itu.

Anton bukan hanya tipe guru yang rajin menemui siswanya. Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu juga punya prestasi yang bagus selama menjadi guru. Dia termasuk guru yang rajin menulis. Puluhan karya tulis ilmiah ditampilkan di portal Guru Berbagi milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Karena itu, pada April lalu, dia dianugerahi gelar Guru Terpopuler. Pada peringatan Hari Guru Sedunia 2020, dia juga mendapat apresiasi dari Kemendikbudristek.

Selain itu, Anton melakukan inovasi pembelajaran. Salah satunya menbuat media pembelajaran Kondangin. Akronim dari dakon daur ulang inspiratif. Melalui permainan dakon, siswa diajak bermain-main untuk membuat kosakata dalam bahasa Inggris. Kosakata harus berasal dari huruf yang diperoleh dalam dakon. ”Anak-anak kita ajak belajar dengan having fun,” tuturnya. 


Upaya Guru Membangkitkan Motivasi Murid Belajar saat Masa-Masa Sulit