PPKM Jawa-Bali Diperpanjang 2 Minggu, meski Kasus Terjaga Level Rendah

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

PPKM Jawa-Bali Diperpanjang 2 Minggu, meski Kasus Terjaga Level Rendah


JawaPos.com–Pemerintah kembali memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali selama dua minggu ke depan. Yakni hingga 13 Desember, kendati secara umum kasus Covid-19 masih terjaga di level rendah.

”Penerapan PPKM yang masih terus dilakukan di Jawa-Bali menunjukkan tren yang cukup stabil,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan seperti dilansir dari Antara di Jakarta.

Hal itu dibuktikan dengan jumlah kasus Covid-19 yang terus terjaga pada tingkat yang cukup rendah. Kasus konfirmasi terus ditekan dan penurunannya ada di angka 99 persen sejak puncak kasus pada Juli.

Walaupun tren Covid-19 di Jawa-Bali cenderung stabil, Luhut menjelaskan, saat ini terjadi peningkatan nilai Rt (penambahan kasus aktif nasional). Khusus di Jawa-Bali, peningkatannya terjadi 4 hingga 5 hari berturut-turut pada periode awal munculnya varian delta.

Berdasar hasil asesmen pada 27 November terdapat penambahan 23 kabupaten/kota yang masuk ke dalam level 2 dan sebanyak 8 kabupaten/kota yang masuk ke dalam level 1. Sedangkan berdasar asesmen dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10 kabupaten/kota yang kembali ke level 2 di antaranya berada di wilayah Jabodetabek yang terjadi akibat turunnya angka tracing anggota aglomerasi di wilayah Jabodetabek.

Luhut juga memaparkan tentang perkembangan kasus varian Omicron yang telah menyebar di beberapa negara, seperti Afrika Selatan, Botswana, Jerman, Belgia, Inggris, Israel, Australia, dan Hong Kong.

Untuk itu, pemerintah telah mengambil langkah-langkah kebijakan yang telah diumumkan sebelumnya dan akan terus mengevaluasi kebijakan setiap saat untuk meminimalisasi dampak dari masuknya varian baru tersebut.

Lebih lanjut, Luhut menjelaskan, hasil survei Google Mobility Jawa-Bali dan Indeks Belanja Masyarakat menunjukkan mobilitas masyarakat sudah cukup signifikan dibandingkan data pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020 dan mendekati periode libur Idul Fitri 2021.
”Oleh karena itu, kita harus berhati-hati terhadap indikasi adanya kenaikan kasus dan mobilitas, terutama menghadapi periode Nataru supaya tidak terulang pembatasan sosial yang ketat,” ucap Luhut.

Menurut Luhut, kemungkinan itu harus dijadikan sebagai pengingat untuk lebih taat protokol kesehatan dan 3T, bukan untuk menimbulkan kepanikan. Saat ini, jumlah testing dan tracing sudah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan November tahun lalu.

”Tingkat vaksinasi kita juga sudah di atas 60 persen dibandingkan dengan pada 2020, saat program vaksinasi belum berjalan,” sebut Luhut.

Selain itu, Luhut juga meminta masyarakat tidak panik karena pemerintah telah memiliki aplikasi yang terintegrasi PeduliLindungi yang perlu untuk terus ditegakkan penggunaannya.

Luhut meminta agar masyarakat tidak panik karena varian Omicron. Dia ingin agar masyarakat tetap taat protokol kesehatan agar peningkatan kasus secara signifikan pada Juli lalu tidak terjadi kembali.

”Kita hanya perlu waspada dan berjaga-jaga dengan kembali mengetatkan penerapan protokol kesehatan yang sudah mulai terlihat abai ini,” tegas Luhut.


PPKM Jawa-Bali Diperpanjang 2 Minggu, meski Kasus Terjaga Level Rendah