Meraba Alasan Donald Trump yang Berencana Blokir TikTok di AS

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Meraba Alasan Donald Trump yang Berencana Blokir TikTok di AS


JawaPos.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya bisa mengeluarkan kebijakan untuk melarang aplikasi video pendek TikTok yang paling populer di dunia. Hal tersebut dia sampaikan belum lama ini kepada wartawan di atas pesawat kepresidenan Air Force One.

Menurut The Hill, Trump mengatakan dapat menggunakan kekuatan ekonomi darurat atau perintah eksekutif untuk memblokir TikTok di AS. Berita itu muncul beberapa jam setelah adanya laporan bahwa Microsoft sedang dalam pembicaraan untuk membeli TikTok.

Investor dilaporkan menghargai TikTok yang berusia tiga tahun itu di angka USD 50 miliar atau berkisar Rp 735 triliun. Dalam komentarnya pada Jumat (31/7) lalu, Trump mengisyaratkan bahwa dia tidak mendukung membiarkan perusahaan Amerika mengakuisisi TikTok.

Pada hari yang sama, Bloomberg melaporkan bahwa Trump dapat memerintahkan ByteDance dari Tiongkok untuk melepaskan kepemilikannya atas TikTok. Menanggapi keputusan Trump, TikTok seperti biasa mencoba menyatakan bahwa kepentingan AS adalah untuk menjaga aplikasi dan tidak menimbulkan ancaman keamanan nasional.

“100 juta orang Amerika datang ke TikTok untuk hiburan dan koneksi, terutama selama pandemi. Kami telah mempekerjakan hampir 1.000 orang untuk tim AS kami tahun ini saja, dan dengan bangga mempekerjakan 10.000 karyawan lain untuk pekerjaan dengan gaji besar di seluruh AS,” ungkap juru bicara TikTok.

Menanggapi isu keamanan TikTok yang bergulir selama ini, pihak TikTok juga berdalih bahwa data mereka aman dan terkait dengan user di AS, data tetap berada di teritori setempat. “Data pengguna TikTok AS disimpan di AS, dengan kontrol ketat pada akses karyawan. Investor terbesar TikTok berasal dari AS dan kami berkomitmen untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna kami saat kami terus bekerja untuk membawa sukacita bagi keluarga dan karir yang berarti bagi mereka yang berkreasi di platform kami,” imbuh juru bicara TikTok.

Pengumuman Trump seolah menutup spekulasi bahwa regulator AS berencana untuk memblokir TikTok, yang sangat populer di kalangan remaja Amerika, atas kekhawatiran bahwa itu bisa menjadi alat mata-mata untuk Beijing.

Pertanyaannya adalah bagaimana divestasi atau larangan TikTok akan terbentuk. TikTok dimiliki oleh ByteDance yang berbasis di Beijing, yang telah muncul sebagai startup teknologi paling menjanjikan di Tiongkok dalam beberapa waktu terakhir. Perusahaan tersebut juga mengoperasikan Douyin, TikTok versi Tiongkok yang populer, secara terpisah untuk pengguna yang berbasis di Tiongkok itu sendiri.

ByteDance sendiri telah mencari berbagai cara untuk menjauhkan TikTok dari asosiasi kepentingan Negeri Tirai Bambu.

Upaya dalam beberapa bulan terakhir berkisar dari menunjuk mantan eksekutif Disney Kevin Mayer sebagai CEO TikTok, mengklaim data aplikasi disimpan di Amerika, hingga menjanjikan untuk menciptakan 10.000 pekerjaan di AS. Tim komisaris TikTok juga mencoba meredakan kekhawatiran dengan menegaskan bahwa empat dari lima kursi dewan perusahaan induknya dikendalikan oleh beberapa investor global paling dihormati di dunia, termasuk Arthur Dantchik, direktur pelaksana Susquehanna International Group; William Ford, CEO Atlantik General; Philippe Laffont, pendiri Coatue Management; dan Neil Shen, bos Sequoia China.

Pendiri dan CEO ByteDance, Zhang Yiming adalah ketua dewan direksi. Perlu dicatat bahwa Komite Investasi Asing di AS (CFIUS) masih belum merilis keputusan tentang apakah merger Musical.ly-TikTok merupakan ancaman keamanan ke AS.

TikTok juga memiliki basis pengguna yang besar di luar AS. Sebelum ini India juga melarang TikTok karena kekhawatiran keamanan nasional dan kritik favorit di antara banyak politisi AS. Negara itu adalah pasar aplikasi luar negeri terbesar.


Meraba Alasan Donald Trump yang Berencana Blokir TikTok di AS