Cerita Aditya D.H., Warga Surabaya yang Jalani Masa Pandemi di Eropa

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Cerita Aditya D.H., Warga Surabaya yang Jalani Masa Pandemi di Eropa


Menjalani kehidupan di Eropa tahun ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi Aditya Dwi Hardianto. Selama hampir lima bulan, dia terjebak masa pandemi di sana. Berbagai kebijakan karantina wilayah atau lockdown dia alami saat tinggal di Barcelona, Spanyol. Adit mengambil sejumlah pelajaran dari keadaan itu. Misalnya, melihat tingkat kedisiplinan masyarakat Eropa dalam mematuhi protokol kesehatan.

HANAA SEPTIANA, Jawa Pos

MENEMPUH pendidikan di luar negeri merupakan impian Adit sejak lama. Itu terwujud saat Adit diterima sebagai mahasiswa pascasarjana di Barcelona Technology School (BTS) pada September 2019.

Dia telah merencanakan banyak hal saat tinggal di sana. Misalnya, menjalin relasi di dunia internasional, traveling, hunting foto pesawat atau planespotting, dan menonton konser. Namun, sebagian rencana itu harus ditunda. Sebab, pandemi Covid-19 menimpa dunia, termasuk di Eropa sejak akhir tahun lalu.

Di awal tahun, Adit harus melakukan kuliah secara daring. Baginya, hal itu membuat kuliahnya kurang efektif karena interaksi kurang maksimal.

Namun, dia berupaya menjalaninya dengan berbesar hati. Pemuda 27 tahun itu pun berhasil lulus dan diwisuda secara daring pada awal Juli lalu.

Adit lantas menyegarkan pikiran dengan mengunjungi beberapa negara di Eropa setelah menjalani wisuda. Misalnya, Prancis dan Jerman. Namun, kebijakan lockdown harus dilaluinya tak lama setelah itu. Sebab, Eropa menjadi salah satu benua dengan tingkat kasus positif Covid-19 terbanyak di dunia. Beberapa negara di sana memutuskan kebijakan yang sama, termasuk Barcelona.

Dia sempat melakukan perjalanan pulang dari Jerman sehari sebelum kebijakan lockdown Barcelona. Adit mengaku gugup saat harus melaluinya. Terlebih, keberangkatan pesawat yang ditumpanginya tertunda selama 20 menit karena lalu lintas udara harus menyesuaikan dengan kebijakan itu.

”Sempat panik, takutnya enggak jadi berangkat. Syukurlah, akhirnya tetap berangkat dan karantina mandiri di Barcelona,” ujar alumnus Master in Digital Transformation Leadership BTS itu.

Total empat bulan pemuda asal Surabaya itu menjalani karantina mandiri. Namun, dia mengaku keadaan tersebut tidak terlalu membuatnya gelisah. Sebab, dia mengaku memiliki kepribadian introver. Yang justru lebih nyaman dengan suasana senyap agar lebih fokus pada rutinitas sehari-hari.

”Keluar cuma untuk beli kebutuhan sehari-hari,” kata pria yang berprofesi relationship manager di salah satu perusahaan start-up di Indonesia itu. Selebihnya, Adit menjalani hari-harinya dengan membaca buku atau berselancar di media sosial.

Selain itu, Adit cukup terpukau dengan kedisiplinan masyarakat Eropa saat lockdown diterapkan. Dia mengaku jarang melihat orang yang abai terhadap protokol kesehatan. Misalnya, menggunakan masker dan menerapkan pola hidup bersih seperti cuci tangan. ”Suasananya juga sepi. Masyarakatnya lebih banyak di rumah kecuali untuk beli kebutuhan sehari-hari,” ucap alumnus sosiologi FISIP Universitas Airlangga itu.

Sebelum pandemi melanda, Adit merencanakan pulang ke Indonesia awal Agustus. Sebab, dia berniat untuk menyaksikan konser salah satu grup band favoritnya, Iron Maiden. Namun, konser itu dibatalkan. Dia pun memutuskan untuk pulang akhir Juli. Sejumlah prosedur isolasi mandiri juga dipatuhi saat tiba di Surabaya. ”Semoga masih ditakdirkan ke sana lain waktu,” pungkasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Cerita Aditya D.H., Warga Surabaya yang Jalani Masa Pandemi di Eropa